Chapter 25

6.4K 347 10
                                    

Janji tidak ingin membunuh lagi? Haha itu hanya perkataan di bibir Reyga saja. Lagipula mana bisa Reyga meninggalkan waktu luangnya untuk tidak menyiksa korbannya?

Kali ini Reyga tertawa, sambil memandangi langit malam ditambah dengan hembusan angin yang membelai wajahnya, Reyga menghisap rokok yang terselip di bibirnya, lalu menghembuskan asapnya ke atas.

Reyga tertawa mengingat ketika dirinya berjanji tidak akan membunuh orang lagi kepada Clara.

Memangnya Clara siapa bisa melarangnya untuk tidak membunuh lagi? Bahkan kedua orangtuanya sekalipun tidak akan pernah bisa.

"Tugas aku hanya Dua, Clara. Satu, nyiksa orang lain. Dua, bikin kamu bahagia," Reyga tertawa kembali namun tak lama ekspresinya terlihat serius, "aku gak bakal ninggalin tugas aku yang pertama, sayang."

Sial! Hasrat Reyga ingin membunuh kembali muncul.

Tak memikirkan apapun lagi, Reyga membuka laci meja belajarnya, dan mengambil pisau berkarat berukuran cukup besar, kemudian memasukannya kedalam baju hitamnya.

Pria tampan itu kemudian berjalan keluar kamarnya dengan rokok yang masih menyala terselip di bibirnya.

"Kamu mau ke mana? Kamu kok ngerokok sih, Sayang?" Pertanyaan Kirana keluar begitu saja dari mulutnya.

Reyga menoleh lalu mendekat ke arah sang Mama, tanpa merespon pertanyaan tersebut, Reyga mengarahkan rokok yang menyala tersebut ke tangan Kirana dan menempelkannya dengan perlahan.

"Aakhhh, Reygaaa! Kamu gilaaa! Ini panas! Aaaakkhhhh!!" Kirana berteriak tidak kuat dengan perlakuan bodoh sang anak kepadanya. Namun kalimat Kirana itu tidak menghentikan Reyga untuk membolongi kulit Mamanya tercinta.

Mendengar suara teriakan, bahkan rintihan, dan tangisan sekalipun membuat Arya yang tengah berada di ruang kerja belari menghampiri sang istri dengan panik.

Arya melemas melihat Kirana sedang menangis, dan yang pasti karna ulah Reyga yang bodoh pula.

"Reyga! Kamu durhaka ya sama orangtua!" Arya menendang rokok menyala yang masih menempel di kulit tangan Kirana hingga rokok tersebut terpental ke samping.

"Sa-sakit banget, Pa. Sakit, hiks hiks." Kirana menangis melihat kulit tangannya sudah berlubang dengan darah yang mulai keluar, Arya yang merasa tidak tega langsung memeluknya.

"Kamu gila ya, Reyga! Kenapa kamu bisa ngelakuin itu sama Mama kamu?!" Geram Arya, sambil memberikan tatapan tajam kepada Reyga yang sedang memasang wajah santai tanpa ada rasa bersalah.

"Abisnya Mama berisik, ngeliat aku ngerokok aja pake ditanya-tanya. Itu hak aku, Ma!" Jawab Reyga langsung tanpa beban. Arya yang semakin kesal melemparkan botol minuman yang sudah kosong ke arah kepala Reyga hingga terdengar bunyi.

Tuk!

Botol tersebut terjatuh ke bawah setelah terbentur kepala Reyga. "Sakit, Pa." Kata Reyga dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Kepala kamu kena botol aja udah sakit, gimana Mama kamu yang dengan sengaja kamu tempelin rokok yang masih nyala!" Sahut Arya dengan perasaan yang semakin kesal. Apalagi mendengar suara tangis dari mulut Kirana, Arya tidak tega. Putranya itu benar-benar tidak punya hati.

"Yaa, makanya, Ma kalau ngeliat aku ngerokok gak usah ditanya-tanya, aku bingung tau mau jawab apa." Jawab Reyga lagi-lagi dengan santainya.

"Kurang ajar kamu." Desis Arya kesal melihat tingkah konyol Reyga yang benar-benar berbeda dengan anak seumurannya.

"Kaya gak tau aku aja, Pa." Setelah mengatakan itu Reyga berjalan meninggalkan rumah.

"Reyga mau ke mana, Pa? Ini udah malem, kalau dia dibunuh gimana?" Tanya Kirana khawatir.

Ganteng, Romantis, Tapi SadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang