5. Back

2.4K 454 28
                                    

Summer, 20 Jun 20xx

13 year old...



Langkah kaki cepatnya melewati satu persatu anak tangga yang berbaris membuat keringat mengalir di dahinya.

Hari demi hari ia datang ke kuil hanya untuk bertatap muka langsung dengan pemilik ekor rubah putih halus itu. Ingin rasanya dipeluk oleh tangan dingin miliknya di tengah malam dengan rembulan yang bersinar di musim panas.

Ditemani dengan senter dan pita yang menghiasi rambutnya, ia mencari ke balik kuil dan menampakkan senyuman lebarnya mungkin saja dia bisa menunjukkan senyumannya setelah menemukan teman rubahnya.



"Shinsuke! Jangan membuatku hanya kelelahan dengan berlari kemari tanpa alasan. Keluarlah! Aku tahu ada di sini!"



Suara daun daun yang bergerak terbawa angin menjawab semuanya. Senyumannya melebar saat angin kencang kembali berhembus persis saat musim semi.



"ahaha! Aku tahu kalau kau akan keluar, Shinsuke!"



Angin kencang berhenti dan suasana kembali menjadi tenang. [name] menatap sekitar berusaha menemukan telinga rubah putihnya.



"Shinsuke! Berhenti bersembunyi dan tampakkan dirimu!"



Suara hembusan angin mengisi suasana di sekelilingnya. Kembali teringat kata katanya saat musim semi.



"... Karena aku benci manusia..."



Ia menatap kedua telapak tangannya yang mulai menggigil karena dinginnya malam.



"Shinsuke... Jangan bilang kalau kau membenciku..."



Air mata menetes ke telapak tangannya dan angin berhembus sedang. Ikatan pita di rambutnya lepas dan menerbangkannya dengan mudah.

Sementara laki laki di balik dedaunan pohon hanya menatap sendu kearah dahan yang ia duduki. Enggan menatap perempuan bersurai [h/c] yang masih diam di depan kuil.

Tangannya terulur ke depan dan pita berwarna merah itu berada di tangannya.

Kita dapat melihat dari atas dahan saat [name] berbalik dan berjalan menuruni anak tangga dengan mengelap air matanya.



"yappari... Kau memang membenciku..." gumam [name] dengan menghapus air mata yang baru saja keluar dari matanya. Kakinya yang lesu menuntunnya menuruni satu persatu anak tangga di dinginnya angin yang berhembus.



"kurasa tadi hanya angin biasa..."



Sesuatu melintas di atas kepalanya. Benda tipis berwarna merah itu kini terbang terbawa hembusan angin. Merasa familiar, [name] mengecek rambut sebelah kirinya yang kini melambai lambai terbawa angin.



"chotto! Jangan terbang terlalu jauh!"



[name] berusaha mengejar pitanya dan kemudian angin kembali berhembus normal. Pitanya perlahan mendarat di anak tangga terakhir kuil.

Langkah kaki [name] terhenti dan segera mengambil pitanya.



"ketemu kau!-..."



Namun sesuatu seketika terlintas di pikirannya. Ia berbalik dan berlari menaiki tangga walau energinya kini sudah sangat menipis.

Ia berhenti di depan salah satu tiang penyangga kuil dan mengikatkan pitanya padanya.



"Shinsuke! Jika kau mau bermain dengan pitaku, kau bisa memainkannya disini! Aku tahu kalau kau ada di sekitar sini. Jadi keluarlah dan kita bermain lagi!"



Teriakan [name] menggema di sekeliling kuil. Manik golden Kita menatap pita yang kini melambai lambai terbawa angin di samping [name] seolah olah mengajaknya untuk bergabung juga.

Tapi takdir memang berkata lain.



"Shinsuke! Aku tahu kau membenciku! Jadi kau bisa melampiaskan rasa bencimu langsung padaku!"



[name] kembali berteriak dan membuat telinga rubah itu turun, enggan mendengar teriakannya lagi. Ia menutup matanya erat dan berusaha untuk pergi secepat mungkin.



"Aku sama sekali tak membencimu, Shinsuke!..."



Cahaya keluar dari tubuhnya setelah teriakan itu terdengar. Dapat terlihat jelas dari arah kuil dimana [name] berada.

Dan benar saja, kedua pasang manik [e/c] itu menoleh kearahnya dengan wajah penasaran.



"Shi-Shinsuke?..."



[name] berlari secepat mungkin yang ia bisa dengan sisa energinya.

Ekor lebat itu kini terlihat jelas dengan cahaya terang yang mengelilinginya.



"Shinsuke! Itu kau!"



Kita berbalik dan menatap tubuh kecil [name] dari atas pohon yang tengah berlari mendekat.



"Itu kau! Kita-kun!"



"[name]! Jangan-..."



"Shinsuke! Jangan pergi lagi!" teriakannya bercampur dengan suara nafasnya yang memburu dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya.



"iie! Jangan mendekat! Kau akan-..."



"AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU, SHINSUKE!!"



Saking senangnya menatap Kita yang tengah berada di atas dahan, ia tak menyadari batu yang ada di hadapannya dan berakhirlah tubuhnya mendarat di atas tanah kering dengan hidungnya menjadi korban pertama.

Ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pohon yang sama dengan darah yang keluar dari hidungnya.

Tak ada siapa pun lagi disana...



"Shinsuke?..."

Ribbon [Kitsune!K.Shinsuke x Reader]Where stories live. Discover now