10. Waiting

1.8K 360 14
                                    

Autumn, 26 September 20xx

14 year old...



Daun daun maple berguguran di sepanjang jalan menuju kuil. Suara daun terinjak menggema di sepanjang anak tangga kuil yang ia naiki. Angin dingin mulai berhembus pertanda punggung musim dingin akan segera terlihat.

Langkahnya terhenti di lantai batu lebar yang dipenuhi oleh dedaunan gugur. Matanya menatap pita merah yang masih melambai lambai di pilar.

Sudah berapa bulan ia lewatkan tanpanya?...


"padahal tadi anginnya berhembus kencang... Ternyata bukan Shinsuke."


Ia mendudukkan tubuhnya di depan kuil dan menatap langit malam di atasnya yang tak secerah saat ia menghabiskan waktu dengannya saat musim semi.

Wajahnya ia tenggelamkan ke lipatan kakinya saat angin sepoi sepoi menerpa wajahnya.


"lagipula musim semi masih lama... Aku tak bisa menunggu selama itu. Kenapa harus musim semi?"


Suara lonceng peringatan terdegar dari arah desa yang ia tinggali dengan beberapa teriakan panik orang orang di dalamnya.

Tanpa basa basi lagi [name] bangkit dan berlari menuruni tangga untuk kembali.

Suara senapan menggelegar di dalam hutan disaat peluru melesat di depan matanya.


"a-apa itu tadi?!!-..."


Suara senapan kembali terdengar dan kini berhasil mengenai bahu kanannya. Ia memegangi bahunya yang kini mengeluarkan banyak darah. Air mata mengalir deras dengan keringat dingin yang mengalir juga deru nafas yang tak teratur.

Langkah kaki terdengar mendekat dan membuatnya menoleh namun semua itu berhenti saat rambutnya dijambak kasar ke atas.


"ittai! Ittai yo! *hiks*. Lepaskan aku!"


Kerah lehernya diangkat dan membuat tubuh kecilnya terangkat ke udara.


"kenapa kau berada di wilayah kami, gadis brengsek?..."


Nada bengis itu kembali terdengar setelah beberapa bulan lamanya. Satu pisau teracung kearah matanya. Tepat di hadapan matanya.


"jawab atau kutusuk mata indahmu!"

"a-aku-... Aku ha-hanya ingin-... Ingin berkunjung ke kuil!"


Tubuhnya dilempar kasar kearah pohon di belakangnya dan berhasil membuat darah keluar dari sudut bibirnya.


"pulang dan jangan kembali atau akan kutembak jantungmu sebagai gantinya."


Kepalanya ia anggukkan cepat dan segera berdiri walau kakinya kini bergetar karena ketakutan. Kakinya memaksa dirinya untuk berlari dengan memegangi bahunya yang masih mengeluarkan banyak darah dan berusaha berteriak meminta tolong pada siapa pun yang ada di sekitarnya sekarang ini.

Kakinya tersandung oleh batu dan membuatnya kini tergeletak di atas tanah. Rasa sakit bertambah di bahunya saat berhasil menyentuh tanah.


"SIAPA PUN!! KUMOHON!! TOLONG!!..."


Tangannya yang lain menggenggam kasar rerumputan di sekitarnya berusaha menyalurkan rasa sakitnya.

Satu cahaya yang menerangi tubuhnya berhasil membuatnya mendongak.


"Shinsuke?!"


Dan kini ia ada di hadapannya...

Rambut putih, ekor putih lembut, telinga putih runcingnya...

Walau kini sebelah matanya berwarna merah menyala. Ia ingat mata itu. Saat sosok di hadapannya berusaha untuk membunuhnya.


"Shinsuke!"


[name] memaksakan kakinya untuk berdiri dan tangannya langsung mendekap sosok yang ia natikan selama ini.


"akhirnya! Kau kembali! Aku merindukanmu! *hiks*"


Air mata mengalir deras dari matanya saat satu tangan sosok di depannya memeluknya erat.


"lukamu... Boleh aku melihatnya?"


[name] mengangguk mengerti dan melepaskan pelukannya. Ia melepaskan tangan yang kini berlumuran darah dan rasa sakit itu kembali datang.

Tangannya ditahan oleh tangan dingin laki laki di depannya.


"Shi-Shinsuke-..."


Satu telapak tangan dingin menyentuh luka di bahu [name].


"itta-..."

"semua akan baik baik saja..."


Rasa sakit di luka itu kini berangsur angsur hilang.

[name] mengerti apa yang Shinsuke lakukan.



"kau bilang kau akan kembali saat musim semi..."

"gomen..."

"iie! Maksudku, kau bilang kita akan bertemu lagi di musim semi. Jadi menurutku kau tak akan datang sebelum musim semi. Bukannya aku melarangmu datang sekarang! Aku malah senang."

"sebenarnya aku memang tak boleh kembali sebelum musim semi."

"eh?"


Angin dingin berhembus dan menerbangkan dedaunan di atas pohon.


"memangnya kenapa?"

"aku tak ingin menyakitimu..."

"ta-tapi... Apa maksudnya? Kau itu temanku, bukan?"

"Kitsune bisa menjadi liar disaat saat tertentu. Jadi aku tak ingin melukaimu..."




"sekali pun kau melukaiku, aku bisa memakluminya..."




Manik golden itu menatap manik [h/c] di depannya penuh tanya.




"itu karena kau satu satunya temanku!..."

"ka-kau tak memiliki teman manusia satu pun? Banyak manusia yang tinggal di bumi ini."

"mereka semua meninggalkanku. Maksudku, mana mungkin seorang teman sejati meninggalkan temannya. Bukankah itu konyol?"


Laki laki di hadapannya masih tak bergeming sekali pun. Enggan menatap kembali wajah lawan bicara di depannya.


"berarti... Aku bukan temanmu?"

"he-heh?! Kenapa kau bilang seperti itu?! Kau temanku!"

"aku selalu meninggalkanmu. Dan itu sangat lama."

"bu-bukan itu maksudku!"

"lalu?! Kau sudah mengatakannya sendiri, bukan?!" nada suaranya meninggi saat menatap si pemilik surai [h/c] di depannya.



"kau selalu ada untukku saat mereka tak peduli lagi padaku! Kau selalu mememaniku saat mereka jengkel denganku! Kau selalu mengakuiku saat mereka menganggapku aneh! Kau selalu..."



[name] menundukkan kepalanya dengan satu tetes air mata yang mengalir di pipinya.

Shinsuke hanya menatap surai [h/c] yang menutupi wajah wanita di hadapannya.





"aku tunggu..."

Ribbon [Kitsune!K.Shinsuke x Reader]Where stories live. Discover now