7. Red Ribbon

2.2K 423 22
                                    

Winter 25 December 20xx

13 year old...



Wanita tua itu menaiki kuil di kaki bukit dekat dengan rumahnya. Matanya tertuju pada pita yang bergerak terbawa angin dingin musim dingin.



"sudah lama aku tak datang kemari... Mungkin sudah hampir 13 tahun... Semenjak aku menemukan [name]-chan..."



Kaki lemahnya terus melangkah kearah belakang kuil dan kini sebuah pita yukata lusuh berwarna merah tergantung di sana.

Tangan keriputnya mengusap pelan pita itu dengan senyuman kecilnya.



"sudah lama kita tak memegang pita ini..."



Pandangannya tertuju pada langit malam dengan beberapa salju yang perlahan turun dari langit.



"dulu cinta kita memang hanya sebuah tragedi... Dan aku tak mau itu terulang pada cucuku..."



Ia kembali berjalan ke depan kuil dan mulai berdoa. Walau lusuh dan tak terawat, ia tahu kalau Tuhan pasti selalu melihatnya.



"Nenek!"



Suara itu datang...



"apa yang nenek lakukan disini? Aku jadi sendiri di rumah! Aku takut..."



Senyuman ia berikan pada cucu tercintanya. Tangannya mengusap kecil surai [h/c]nya yang lembut.



"nenek hanya ingin bertemu dengan kakekmu..."

"eh? Kakek? Mana? Dimana dia?"

"dia sudah meninggal..."

"mou! Nenek bilang ingin bertemu dengan kakek!"



Tawa kecil terdengar dari mulut si nenek dengan mencubit hidung cucunya gemas.



"makannya nenek datang kesini. Nenek ingin mendoakannya."

"hm?"



Beberapa keping ingatan muncul di benak si nenek. Walau dia sudah tua, dia tak akan melupakan sosok laki laki yang telah menemaninya beberapa tahun yang lalu.



"dulu... Setiap festival, nenek dan kakekmu selalu datang kemari untuk berdoa. Setiap musim kami selalu datang berkunjung kemari. Tapi sayangnya hubungan nenek dan kakek tak bisa bertahan lama saat nenek mendengar pernikahannya... Tapi sampai sekarang nenek masih mengingatnya..."



[name] menganggukkan kepalanya mengerti dan ikut berdiri di depan kuil tua itu.



"[name]-chan juga suka datang kemari, kan?"

"oh! Ya. Memangnya kenapa?"

"nenek hanya ingin tahu orang yang selalu kau bicarakan itu. Pemilik telinga rubah dan ekor rubah lembut itu."

"oh! Dia Shinsuke! Kita Shinsuke. Dia temanku. Memangnya kenapa?"

"hanya teman? Tak lebih?"

"a-apa maksud-..."



Wajah [name] spontan memerah mengingat kata kata temannya jika seseorang memiliki kedekatan yang lebih terhadap orang lain, berarti mereka memiliki hubungan khusus.



"ti-tidak. Kami hanya sahabat dari kecil."



Kekehan kembali terdengar dan membuat wajah [name] kembali memerah.



"nenek harap dia bisa menemanimu lebih lama lagi."

"maksud nenek?"

"agar kau tak berakhir seperti nenek."

"ma-mana mungkin! Shinsuke adalah teman yang baik! Mana mungkin dia meninggalkanku..."

"souka... Oh! Apa [name]-chan pernah mendengar tentang legenda benang merah takdir?"

"benang merah? Kurasa tidak."



Wanita tua itu duduk di bawah naungan kuil dan menepuk tempat di sebelahnya mengisayaratkan sang cucu untuk duduk di sebelahnya.



"jadi apa itu?"

"jika seseorang memang ditakdirkan dengan orang lain, maka dewa akan menghubungkan mereka dengan benang merah yang kokoh. Legenda ini biasanya ditunjukkan dengan benang merah yang terlilit di jari kelingking seseorang sebagai lambang janji dewa pada mereka. Tapi itu hanya perumpamaan. Kita tidak tahu siapa takdir kita, kan?"

"tapi... Aku tak pernah melihat benang merah itu di tanganku. Berarti aku tak memiliki takdir, ya?"

"itu hanya perumpamaan. Hanya beberapa orang dan makhluk lain yang dapat melihatnya. Tenang saja... Tanpa benang merah sekali pun, seseorang memiliki orang yang ditakdirkan untuk mereka."

"souka... Tapi kenapa harus benang? Kenapa tak pita saja supaya lebih kokoh? Karena pita terdiri dari banyak benang merah, kan?"



Satu usapan lembut dari sang nenek mendarat di puncak surai gadis [h/c] di sampingnya.



"kau bisa saja."

"hehe... Agar lebih kokoh dan kuat."

"nenek memiliki sesuatu untukmu."



Sang nenek bangkit dan kembali berjalan ke arah belakang kuil dimana pita merah itu tergantung di sana. [name] hanya mengekori neneknya dari belakang dan menatap lekat lekat pita yang tergantung di hadapan mereka berdua.



"pi-pita?!"

"ya. Bisa kau jaga pita ini agar takdirmu menjadi lebih kuat sesuai dengan kata katamu tadi?"

"umh! Pasti!"

"sebelum itu, nenek ingin bertemu dengan orang yang kau maksud dulu."

"ta-tapi..."

"hm?"

"dia bilang dia akan kembali saat musim semi."

"kalau begitu tunggulah sampai kalian bertemu lagi. Takdirmu ada di tanganmu sendiri."

"itu berarti aku dan Shinsuke akan selalu bersama?"



Satu kata namun begitu menyakitkan jika hal itu semua hanya sebuah basa basi semata.



"ya. Asal kalian memiliki kepercayaan yang kuat satu sama lain seperti pita itu, semua itu akan terjadi..."

Ribbon [Kitsune!K.Shinsuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang