6. Connect

2.3K 462 42
                                    

Autumn, 30 October 20xx

13 year old...


Pita di pilar kuil itu melambai lambai terbawa angin malam yang damai. Manik gold itu tak bisa lepas menatap keindahan pita merah di hadapannya.


".... Yappari... Kau memang membenciku..."


Cengkraman tangannya bertambah kuat saat mengingat kalimat itu. Tidak, dia tak membenci gadis itu sama sekali. Dia hanya benci karena gadis itu bukan makhluk sepertinya.

Inginnya dia megubahnya menjadi siluman sepertinya agar abadi dengannya.

Tapi dunia mereka berbeda...

Dia ingin mengikat pita itu ke lengan mereka berdua agar tak dapat terpisahkan selamanya...


Ctak!...


Sebuah batu melesat tepat di hadapannya saat tangannya hendak meraih pita di depannya. Beberapa anak laki laki datang dan mengepungnya dengan ketapel di tangan mereka yang melakukan kuda kuda menyerang.


"berhenti! Kami adalah pembasmi siluman! Serahkan dirimu sekarang atau kau akan mati! Haha!"


'inilah kenapa aku benci manusia...'


Semua batu terlontar kearah Shinsuke namun dengan mudahnya dihindari karena instingnya yang cukup tajam.


Ctak!....


Namun satu batu diantara mereka yang terlempar dari arah pohon berhasil mengenai kepalanya.


"sekarang!"


Angin berhembus kencang dan menerbangkan topeng milik kelompok anak itu ke udara.


"jangan kabur, kau!"


Sosoknya kini menghilang dan hanya menyisakan pita merah yang masih tergerak terbawa angin. Daun daun berguguran terbawa angin damai di dekat kuil lusuh itu.

Laki laki itu mendecak kesal dan berlari menuruni tangga kuil dengan langkah cepat.


"suatu hari nanti aku akan menangkapmu dan merampas apa yang kau punya agar kau tak bisa hidup lagi!"


Tatapan datar Shinsuke keluarkan saat semua anak kuil itu berlari mengikuti pemimpin mereka.

'manusia memang lemah... Tapi kenapa mereka lebih kejam?...'


Ia memperhatikan kembali pita di pilar kuil di sampingnya dengan tetap memegangi kepalanya.

Tak lama kemudian langkah kaki kembali terdengar mendekat oleh telinga rubahnya yang sangat peka akan suara.

Wanita [h/c] itu kini berdiri di depan kuil dengan nafas terengah. Menatap kearah pilar dimana angin kini berhembus pelan menggerakkan pitanya.


"perasaanku saja atau angin tadi memang sangat kencang?" gumam [name] dengan berjalan mendekati kuil.

Awan yang menutupi bulan perlahan menjauh dan kini menampak lekukan indahnya. Cahayanya juga terang walau belum purnama seutuhnya.

Shinsuke mengangkat tangannya dan kini benda asing berwarna merah berada di pergelangan tangannya. Menghubungkannya dengan pemilik lainnya di sebrang sana.

Ia keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari ujung satunya karena ia tahu kalau benda panjang itu memiliki dua ujung.


"Shinsuke! Aku membawa sesuatu untuk-..."


Manik goldnya tak sengaja berhadapan dengan manik [e/c] [name].


"ketemu kau!" [name] merentangkan keduanya dan berlari mendekat, memdekap tubuh tingginya yang terbalut kain yukata berwarna biru tuanya.

Tangannya tergerak ke punggung [name] untuk membalas pelukannya. Sensasi hangat dapat Shinsuke rasakan dari tubuh gadis di pelukannya.

Ekor rubahnya yang panjang juga ikut andil untuk memeluk tubuh mungilnya.

Ia ingin selalu seperti ini...


"ne, aku membawa beberapa mochi yang nenekku buat. Apa kau mau?"

"mochi?"

"umh! Apa kau tak pernah memakannya?"

"tidak."

"kalau begitu aku orang pertama ya-... Kepalamu! Berdarah!" [name] terlonjak kaget saat cairan merah itu keluar dari pelipis laki laki di depannya.


"i-ikut denganku!"


[name] menarik pergelangan tangannya dan manik gold itu tertuju pada benda merah yang terlilit di pergelangan tangan [name].


'benda itu... Ada padanya juga?...'


"ne, kenapa kau bisa terluka?"


Bukannya menjawab, Shinsuke hanya menundukkan kepalanya. Mereka kini berada di bawah kuil, tepatnya di dekat anak tangga terakhir.


"jawab aku! Apa kau hampir terbunuh?"



Shinsuke hanya menggeleng kecil dan benda merah itu perlahan menghilang dari tangannya.

Waktunya habis...


"Shinsuke! Apa kau mendengarku-..."


"[name]!"


Seketika [name] bungkam. Angin dingin berhembus lembut menerpa wajah mereka.


"bisakah kita bertemu lagi?"


Kesal, Kedua tangan [name] perlahan menggenggam kuat salah satu tangan Shinsuke.


"tentu saja! Kau pikir aku tak mengharapkanmu kembali?! Kau selalu menghilang tiba tiba dan aku membenci itu! Aku selalu mencarimu setiap hari! Kemana saja kau?!"


[name] menundukkan kepalanya dengan beberapa bulir air mata keluar dari mata indahnya.

Tangan dingin Shinsuke perlahan memeluk tubuh [name] dan menenggelamkan wajahnya ke dadanya. Membiarkan perempuan di dekapannya mendengar suara degup jantungnya yang kencang.


"bisakah kita bertemu saat musim semi tiba?"

"tapi kenapa? Besok juga aku akan datang kemari! Lusa, minggu, bulan! Tiap hari aku akan datang kesini!"

"aku tak bisa menemanimu lebih lama dari ini..."


Melepas dekapannya, Shinsuke meletakkan salah satu tangannya menutupi mata [name] dan saat itu juga cahaya putih itu keluar dari tubuhnya.


"aku bukan manusia normal sepertimu... Itulah kenapa waktuku di dunia ini hanya sebentar..."


Masih tak bergeming, [name] langsung menarik tangan itu dari wajahnya dan menatap wajah Shinsuke yang menampakkan senyuman kecilnya.


"apa yang kau maksud?! Kau itu manusia, kan?!"


Tak ada jawaban...


"jangan bilang kalau kau-..."

"pokoknya aku ingin kita bertemu lagi di musim semi!"

"Shinsuke..."

"tapi jika kau membenciku, kau tak perlu-..."

"sudah kubilang aku tak membencimu sama sekali! Aku berjanji, aku akan datang ke kuil ini saat musim semi! Tapi jangan tinggalkan aku lagi!"


[name] merentangkan kembali tangannya disaat angin lembut berhembus membawa tubuh itu hilang dari hadapannya.


"kau bisa pegang kata kataku! Aku berjanji akan kembali, [name]!"


'karena kita sudah terhubung...'

Ribbon [Kitsune!K.Shinsuke x Reader]Where stories live. Discover now