Ruang Fotokopi

5.5K 774 25
                                    

¶ When your lips don't work like they used to before ¶

Lantunan lagu Ed Sheeran menjadi peneman staff BPM unit nongkrong sore bersama di cafe favorit mereka.

Sore ini karena para staff bisa pulang lebih cepat, mereka berlima memutuskan untuk kumpul-kumpul dulu sebelum pulang ke rumah.

Sudah lama semenjak mereka tak jalan bersama, perihal Irene baru selesai cuti lahiran sehingga sedang sibuk-sibuknya mengurus bayi. Ini juga Irene tak akan ikut kumpul jika tidak disempat-sempatkan, plus ia akan pulang lebih dulu karena tak mungkin meninggalkan anak sampai lebih dari jam tujuh. Meski ada pengasuh dan orangtua Eugene, tetap saja tangan terbaik adalah ibu kandung.

"Jadi gimana lo Bi? Kenapa nggak nikah-nikah?"

Baru juga duduk mengambil pesanan mereka berlima bersama JK, Sherin sudah menyambutnya dengan pertanyaan demikian.

"Pacar gua mau fast-track S3! Kagak kelar-kelar tu orang nuntut ilmu. Padahal gua udah nuntut cepet nikah."

Mereka langsung tertawa mendengarnya.

"Lo sendiri gimana Sher?" Kali ini Hasbi yang bertanya pada Sherin. "Hubungan lo sama Jejer lebih lama dari cicilan rumah gua anjir. Gue aja udah kelar nyicil sekarang tinggal siap huni."

Sherin mengibaskan tangannya malas menjawab, "Ya gitu. Emang belom serius. Gue masih takut nikah!"

"Selagi bisa saling ngertiin, pernikahan nggak seserem itu kok." Irene menjawab sambil memakan croissant-nya.

"Iya bener banget." Sasa angkat bicara sebagai orang yang juga sudah menikah di antara mereka berlima. "Meskipun pernikahan gue anehnya minta ampun, tapi gimanapun juga, yang namanya tinggal serumah tuh yang penting saling ngertiin. Mau hubungannya nikah kek, temen kosan kek, sodaraan kek. Pokoknya harus mau mahamin satu sama lain. Sisanya paling urusan seks? In case lo nggak suka cara Jejer make out ya, ya yaudah sih go ahead?"

"Eh iya Sa, tapi lo udah hampir dua tahun gini bener-bener nggak ada sudden make out session gitu? Atau foreplay? Atau apa kek gitu?! Ciuman kek ciuman?"

Sasa memutarkan bola mata mendengar pertanyaan Hasbi. Percakapan mereka sore itu kelewat seru hingga mereka tak sadar langit mulai menggelap. Irene yang seharusnya pulang sebelum maghrib saja tertahan lagi dan lagi. Yang lain kerap menahannya, selagi susu bayi sudah distok di dalam kulkas, gendongan nenek pun dapat menggantikan kehangatan ibu. Lagipula Irene sudah cukup struggling selama setahun terakhir, tidak ada salahnya satu malam berkumpul bersama teman-teman. Di lain sisi, Eugene pun juga sedang lembur di kantor. Jadi ia bisa beralasan 'Nanti biar pulangnya bareng kamu'.

"Nggak ada anjir. Nggak usah ciuman, catching feeling aja nggak ada!"

"Tapi aneh dah lu, nggak cinta tapi mau cuti bulan madu." Sherin menggeleng-geleng kepala meminum strawberry milkshake-nya.

"Obligatory doang itu, formalitas." Sasa menggoyangkan kepalanya mengikuti irama lagu yang diputar di café. "Lagian itung-itung liburan, puyeng pala gue kerja mulu."

"Mba, tapi kalo Pak Saga ternyata ada deket sama cewek lain gimana?"

Saat JK bertanya seperti itu Sasa diam benaran. Pasalnya selama menikah sejauh ini, keduanya tak pernah merundingkan masalah perselingkuhan. Sepertinya memang tak ada juga. Jika di antara keduanya ada yang mengganjal pasti langsung diceritakan, agar cepat terselesaikan.

"Gue sih sebenernya yaudah aja kalo dia suka sama orang, tapi sejauh ini nggak ada sih? Dia tuh ya orangnya lempeng-lempeng aja gitu, pulang kerja ya pulang. Sabtu-minggu ngurus bisnis sampingan. Olahraga kadang sama temen kadang sendirian. Dia bukan tipe yang clubbing main cewek gitu, bukan."

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang