One Man's Trash is Other Man's Treasure

2.9K 365 15
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pouch gue dong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Pouch gue dong."

Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Di saat Saga sedang saling bertukar pesan dengan Olivia, Sasa dan Sherin sedang berdandan siap-siap menuju gathering kantor. Keduanya merasakan perasaan bercampur aduk menghadapi malam nanti. Sedihnya terpisah dengan teman lama, marahnya mereka menghadapi kenyataan, hingga malasnya mereka menemui pria yang tak mau mereka temui.

Sasa terduduk di depan bangku cermin menaburkan blush-on ke pipinya. Di lain sisi Sherin yang hanya suka berdandan dengan cermin kecil terduduk di kasur sambil mengoleskan foundation ke wajahnya.

"Sa. Tapi emangnya lo nggak ada chance buat ambil hati Pak Saga ya?" Keduanya masih sesekali membahas curhatan mereka tadi malam di sela-sela kegiatan mereka. "Gue sedih aja gitu ngeliat opsi lo cuma 'Terima Pak Saga tetep sama Olivia despite nikah sama lo' atau cerai. Dua-duanya bikin lo sengsara, gila."

Itulah mengapa Sasa merasa lemah menghadapi masalah ini dengan Saga. Dua kemungkinan yang ada hanya membuat hatinya sakit, jalan keluarnya hanyalah menghadapi ini semua sendirian dan bangkit.

"Wtahever lah udah." Sasa sedang malas membicarakan permasalahannya. "I will just find another job."

"Yah Sa!" Sherin langsung menurunkan tangannya yang memegang kaca. "Gue tau sih yang lo hadapin emang berat tapi my heart broke twice kalo lo pindah!!"

Sasa tak tau harus menjawab apa.

"Lagian lo nggak kasian sama Pak Saga? Meski masalah kalian berat, tapi di kantor kan dia lagi pusing satu staff kesayangannya keluar. Kalo lo keluar juga bayangin deh gimana pusingnya dia."

"Biarin aja dia kewalahan." Sasa yang sempat berhenti berdandan lalu melanjutkan mengeluarkan maskara. "Udah Sher gue lagi nggak mau bahas dia dulu, mau nyiapin mental nanti pulang gathering bareng dia."

Seperti biasa para manajer akan menjadi tempat tebengan karyawan, dan malam ini pun bukan pengecualian. Eugene akan mengangkut staff-staffnya bersama Irene sedang Saga akan mengangkut keempat staffnya. Akan sangat aneh jika Sasa tau-tau pulang sendiri—apalagi kalau sampai pulang bersama Juna. Sasa tak mau menjadi bahan omongan orang-orang mengenai pernikahannya yang menyedihkan. Meski tadi Juna sudah mengechatnya untuk pulang bersama pun Sasa menolak ajakan pria tersebut.

Sasa lalu mengalihkan topik. Sambil mengambil lipstick merah muda kesayangannya, ia bertanya. "Lo sendiri bakal ketemu sama Jericho nanti gimana tuh?"

"Nggak tau ah. Gue harap dia paham ini yang terbaik buat kita." Jawab Sherin. "Gue tau banget dia sayang sama gue, gue bersyukur and I am well aware how much of a good man he is. Tapi gimana ya Sa, ya emang nggak cocok. Gue nggak pernah sepenuhnya nyaman sama dia. Gue tuh ngerasanya selama ini lama-lama nggak enak minta putus cuma karena kasian aja, bukan karena sayang."

Ucapan yang satu itu menohok Sasa dalam-dalam. Mungkin Sherin tak menyadarinya karena mungkin memang itu perasaannya. Tapi ucapannya membuat Sasa memosisikan diri sebagai Jericho. Bagaimana kalau Saga merasakan hal yang sama terhadap Sasa? Bagaimana kalau ia hanya menjalani hubungan dengan Sasa karena kasihan? Bahkan hubungan terjalin hanya karena kasihan saja bisa terjadi kan?

Dan sungguh, Sasa tak mau terlihat menyedihkan bagi pria itu. Tertahan hanya karena perasaan kasihan bukan kasih sayang. Hatinya bukan panti asuhan, untuk apa cintanya hanya berbalas rasa empati?

Ibarat melepas tangkapan senapan, jika pria itu ingin terbang, maka terbanglah pergi. Sasa harus siap menerima kenyataan kalau pria itu menganggap rumah mereka bukan tempat yang nyaman untuk kembali.

The Proposal | A Romantic ComedyWhere stories live. Discover now