Chapter Twenty - Painful Truth

379 69 6
                                    

Sawarat dan Tine sedang tertidur pulas, tiba – tiba saja Tine mendengar suara berisik di telinganya dan terbangun. Ia mendapati seekor tikus di lehernya, menggigit putus rantai kalungnya dan sedang berusaha menarik keluar batu Nuwa dari tangannya. Tine reflek menggigit tikus tersebut dan membeku seketika saat menyadari gerakan di belakangnya.

Sarawat membuka matanya dan melompat kaget saat menyadari aura siluman di sekeliling mereka. Tine segera membuang tikus di mulutnya ke lantai sebelum Sarawat menyalakan lampu dan bangun. Sarawat segera menyambar talisman di dekatnya, lalu melemparkannya pada para siluman tikus tersebut dan melumpuhkannya, namun beberapa di antaranya berhasil melarikan diri dari lubang di sudut ruangan.

Tine duduk mematung dengan ekspresi syok melihat keadaan kamar yang berantakan.

"Kau baik – baik saja?" tanya Sarawat padanya dan meletakkan sebelah tangannya di bahu pria itu.

Tine merespon dengan mengangguk dan tersenyum gugup.

Sarawat terbelalak kaget melihat darah yang mengalir dari sudut bibir Tine, lalu membawa tangannya untuk menyekanya, membuat pria itu melompat kaget dan reflek menepis tangannya dan permissi ke toilet.

Setelah membersihkan diri, Tine menatap bayangannya di cermin, lalu memandangi kalung yang putus di tangannya dan memejamkan matanya, berusaha untuk tenang dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik – baik saja.

Sementara di luar ruangan, Sarawat yang merasa penasaran, membawa tangan ke hidunganya dan mencium bau darah di jarinya. Ia membelalakkan mata kaget dan seraya menoleh ke arah siluman tikus yang terbujur kaku di lantai, lalu memeriksanya dan mendapati bekas gigitan ular di tubuh makhluk itu. Sarawat syok dan tidak ingin mempercayainya. Ia lalu menoleh perlahan ke arah pintu kamar mandi dan berharap kecurigaannya salah.

Lima menit kemudian....

Tine mengenakan handuk dan melangkah keluar dengan gugup sambil menggenggam pendant di tangannya dan memindai sekeliliing ruangan yang sudah rapi kembali

"Maaf, membiarkanmu membersihkan kamar sendirian, apa ada yang hilang?"

Sarawat merespon dengan menggeleng, lalu memeriksa Tine dari atas ke bawah dan terakhir tertuju pendant di tangannya, namun tidak mengatakan apapun.

"Apakah demammu sudah turun?" tanya Tine, mengganti topik lalu mengulurkan tangan hendak menyentuh dahi Sarawat, namun pria itu reflekmenghindar.

Tine terkejut, ia bisa merasakan atmosfir yang berbeda dari Sarawat, suasana di antara mereka pun berubah menjadi canggung.

"Kurasa, sudah waktunya aku pergi..." Tine terdengar khawatir. "Sebaiknya kau tinggal di rumah hari ini dan istirahat penuh, jangan lupa makan dan minum obat..."

Sarawat tidak membalas, ia hanya membisu dan mencoba menenangkan dirinya.

Tine menghela nafas dan berjalan melewati pria itu, hendak mengenakan pakaiannya, tetapi Sarawat tiba-tiba menarik lengannya, mendorongnya ke kasur dan menguncinya, membuat pria itu membeku seketika seakan terhipnotis.

Sarawat menatap lurus ke mata Tine sejenak sebelum mendekatkan hidungnya, mengendus leher dan tubuh pria itu, lalu berhenti sejenak sambil memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, ia kembali membuka mata dan langsung mencium Tine tanpa aba - aba, kemudian membawa tangannya meraih member pria itu di bawah handuk dan menstimulasinya. Tine tidak sempat berpikir dan langsung mengeluarkan erangan spontan.

Tidak berhentiu disitu, ia lalu merangkak turun perlahan, menyingkirkan handuk dan memasukkan object di tangannya ke dalam mulutnya, mengulumnya seperti lollipop, yang sontak membuat Tine menarik nafasnya dalam dan berhenti bernafas. Ia melepaskan pendant di tangannya tanpa sadar saat mencengkram sprei dengan kuat, sebagai respon dari reaksi terangsang.

IND - The Reason of Reborn - ENDOnde as histórias ganham vida. Descobre agora