Chapter Fourteen - Dog Demon

328 69 10
                                    

Arthit mengikuti suara dan tiba di sebuah tanah kosong yang ditumbuhi pepohonan rindang, ia menemukan Tine yang terpaku di sebuah pohon dan sebuah pisau menembus bahunya, ia segera menghampiri pria itu lalu mencabut pisaunya dan segera menahan tubuhnya.

"P'Arthit....mereka mengambil pendantnya..." Tine berkata terbata – bata.

Arthit membelalakkan matanya kaget dan bertanya.

"Siapa mereka?"

"Siluman...anjing..."

Tidak lama mereka mendengar suara langkah kaki mendekat, ia segera menyuruh Tine berubah wujud dan bersembunyi, sementara Arthit menyamar menjadi Tine.

"N'Tine?!" panggil Sarawat. "Aku mendengar kau berteriak, kupikir terjadi sesuatu padamu, kau baik – baik saja?" tanyanya khawatir memeriksanya dari atas ke bawah.

Arthit membersihkan tenggorokannya dan meniru suara Tine. "A-aku baik – baik saja..."

"Bukankah bilang ingin ke toilet? Kenapa bisa muncul di tempat ini?"

"A-aku mengikuti suara anjing hingga kemari..."

"Benarkah?" Sarawat menatapnay curiga, lalu tidak sengaja melirik pisau di tangan Tine, Arthit baru menyadari kalau ia lupa menyembunyikan pisaunya, dan di atas pisau terdapat darah Tine.

"Apa yang terjadi?"

Arthit tidak menjawab, ia segera menyembunyikan kedua tangannya ke belakang dengan mencurigakan.

Sarawat menyadari hal itu dan menghampirinya. "Apa yang kau sembunyikan?" ia memandang pria itu dengan curiga, lalu menarik tangannya dengan paksa. Arthit menolak awalnya, namun akhirnya ia menyerah dan memberikan pisaunya.

Sarawat juga menarik tangan Tine yang lain dan menghela nafas, lalu merobek ujung bajunya untuk membalut luka di tangan pria itu. Arthit sengaja memotong telapak tangannya dan mengoleskan darahnya di pisau untuk menyamarkan darah Tine dengan darahnya.

Setelah selesai, ia meriksa darah yang menempel pada pisau, menciumnya sejenak untuk mengetahui apakah itu darah hewan, manusia atau siluman. Kemudian berpikir sejenak lalu menjulurkan lidahnya mengecap darah pada pisau tersebut.

Melihat hal itu, tiba –tiba saja Arthit seraya menyingkirkan pisau, menarik tengkuknya dan menghisap darah di lidah pria itu sebelum racun dari darahnya masuk ke tubuh pria itu.

Pria itu membeku seketika dan syok sambil memandang mata Tine lurus dan bom waktu di jantungnya seakan aktif seketika. Arthit menggunakan kesempatan itu mengubah sebuah ranting di dekatnya menjadi mayat ular.

Tanpa di duga, Sarawat malah menghisap bibirnya dan mengecap lidahnya, Arthit syok dan langsung menarik diri lalu meludah di tanah kemudian segera mengelap bibirnya.

"Apa – apaan kau?!" tukas Arthit melototinya tajam.

Sarawat memandangi pria di depannya lurus dan seakan terhipnotis, jantungnya berdegup kencang dan tanpa sadar membawa tangannya menyentuh bibirnya, ia terenyak beberapa saat kemudian.

"Harusnya aku yang bertanya begitu! Kau yang menciumku dulu!"

"Maaf..." ucap Arthit setelah beberapa saat, menyadari kesalahannya dan malu.

Ia segera memalingkan wajahnya dan mengepalkan tinjunya kuat berusaha menahan emosi, mengutuk situasi tersebut.

Sarawat menelan ludahnya dengan gugup dan melirik pisau di tangannya lagi untuk mengalihkan situasi canggung tersebut dan tidak sengaja melihat mayat ular di tanah di belakang Tine.

"Kau membunuh ular?" tanyanya curiga pada pria itu.

"Bukan...dia mati karena hendak menyelamatkanku dari...seorang pria misterius yang tiba - tiba menyerangku....dan P'Arthit...dengan pisau itu..." ujar Arthit menunjuk pisau di tangan Sarawat.

IND - The Reason of Reborn - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora