O4 / real, not real

858 264 32
                                    


selama beberapa hari kemudian, doyoung selalu dihantui suara asing itu. doyoung akui bahwa suara itu datang setelah dia bertemu dengan gadis di persimpangan jalan itu.

kini doyoung semakin tidak tenang. yang gadis itu katakan hanya tolong, tolong, dan inget gue. entahlah, doyoung tak mengerti. apakah dia meminta tolong pada doyoung untuk mengingat dia? memangnya siapa yang doyoung lupakan?

di sekolah, di kelas, di tempat les, di rumah, di kamar mandi, di dapur, dan di manapun doyoung berada pasti suara itu memenuhi pikirannya.

dan karena suara itu pula, doyoung selalu memakai headphone-nya setiap hari di kelas, kecuali saat ada guru yang mengajar. kalau tidak ada, sudah dipastikan suara itu akan mengganggunya lagi.

sekarang sudah jam istirahat, pemuda itu hanya menghabiskan waktu hanya di kelas saja, dia bisa makan sesuatu setelah ada di rumah nanti. doyoung hanya bermain game, istilah kekiniannya mabar, bersama yedam yang berbeda kelas dengannya.

"hei, dude."

taeyoung mendatanginya, doyoung hanya membuka sebelah telinga dan mengangkat dagu, membentuk gestur wajahnya seperti bertanya 'naon maneh?'

"hari ini gue nebeng lo, ya?"

"emang gak bareng sama geng lo?"

"kagak. lagi pada sibuk. boleh ya boleh ya?" bujuk taeyoung, wajahnya memelas, namun tetap tengil.

"hm." jawab doyoung sekenanya.

"sekalian gue mau liat cewek gembel yang diceritain lo waktu itu." lanjut pemuda kim itu, sambil duduk di atas meja doyoung dan mengeluarkan ponselnya.

oke, kesempatan bagus.

"tuh, penasaran juga kan lo! dia tuh setan tahu! kemaren sore gue balik sekolah masih ada, eh pas pagi besoknya kagak ada."

"wah ajaib, mungkin dia nampakin mukanya pas udah sore doang. sekalian nakut nakutin orang." ujar taeyoung.

"enggak, dude. kemaren di jalan kebetulan lagi rame banyak yang ke stadion. tapi yang liat dia tuh cuma gue doang!!! yang lainnya mah walaupun ngelewatin depan muka juga tetep cuek." cerca doyoung. "mata batin gue dibuka kayaknya biar bisa liat setan bangsat kek dia."

"ye ngelantur lo!" taeyoung menoyor dahi doyoung pelan. "oh iya doy, btw ciri ciri dia gimana? cakep gak?"

"cakep dari hongkong..." gumam doyoung dengan nada mengejek. "ya dia tuh sebelas dua belas sama gembel. baju kumuh, muka banyak luka, rambut acakadut, tapi masih cengar cengir aja anjrit gimana gak serem?! mana kemaren ngomong gak jelas lagi ah bikin takut aja."

"lo didatengin dia?! emang ngomong apaan sama lo?!" tanya taeyoung.

"gak tahu gak jelas banget. males juga gue ngingetnya."

taeyoung mengernyit. "dia munculnya dari mana? maksudnya, dia habis dari mana gitu sampe bajunya kucel gitu? dari sawah kah, dari hutan kah? apa jangan jangan dia lagi prank jadi gembel, ntar siapa aja yang ngebantuin dia dapet duit."

"yeh dude, emangnya si anu yang di youtube itu? jadi gembel cuma buat keperluan konten aja?" ujar doyoung, jengkel.

"tapi gak tahu sih. kalo abis mendaki gunung gak mungkin, soalnya jalan kesana gak lewat kompleks kita kan? beda arah sama jauh juga, mana mungkin dia sampe nyasar ke depan kompleks?" lanjutnya.

"udah dude, bener ini mah. dia setan, fix dia setan!" seru taeyoung.

doyoung mengangguk pelan, setuju dengan dugaan taeyoung. walaupun terdengar tidak masuk akal tapi oke lah, doyoung juga masih percaya adanya makhluk halus serta antek anteknya dan terkadang dia masih takut.

doyoung belum kuat iman.

"gue bukan setan..."

"huh?"

"gue bukan setan, doy. gue nyata."

"ck, jangan ganggu bisa gak?" ketus doyoung, lalu memakai headphone-nya lagi.

"gue ganggu?" tanya taeyoung, menunjuk dirinya sendiri.

"bukan lo, tapi setan."

"ANJIR LO JADI ANAK INDIHOME YA!!!"

crossroads ✓Where stories live. Discover now