11 / 'hutan lupa'

708 216 11
                                    


langit telah berganti menjadi biru gelap, hari sudah malam. jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang. dibantu penerangan dari senter ponsel milik doyoung, mereka kembali menyusuri hutan itu tanpa tahu arah, hanya mengandalkan insting seorang jiheon yang berjalan paling depan, di sampingnya ada taeyoung.

doyoung berjalan gontai di belakang mereka berdua, tangannya memegang ponsel untuk menyinari jalan setapak itu. sementara gadis yang diketahui bernama yuna itu berjalan paling belakang, seakan tidak takut dengan kegelapan yang menyelimutinya.

kemudian gadis itu memilih untuk berjalan beriringan dengan doyoung, senyumannya tak luntur dari wajahnya yang penuh dengan tanah karena tidak mandi selama beberapa hari. yuna bahkan tidak ingat kapan terakhir kali tubuhnya bersentuhan dengan air.

"iyaaa, gue tahu gue ganteng, tapi gak usah diliatin sampe segitunya juga dong." sahut doyoung, dia menyadari bahwa yuna terus menatap dirinya.

"hahaha lo masih persis kayak dulu yaaa~ pedenya masih setinggi tiang listrik, untung lo ganteng beneran." jawab yuna.

doyoung refleks memundurkan kepalanya, menatap yuna heran. apakah yuna baru saja memujinya? hhh gadis itu benar benar tidak bisa ditebak.

"mau denger satu cerita gak?"

"gak makasih."

"ih serius, doy. ceritanya rame loh~"

"diem atau gue gantung lo di pohon?" ancam doyoung. kemudian menyenteri wajah yuna, sehingga dia menutup mata karena cahaya yang tiba tiba menyorotinya.

"doyoung gelap!"

"woi dude, senternya mana?!"

"iya iya maap!"

"hahaha coba aja kalo gitu~ lo pasti gak akan berani~" jawab yuna. rupanya dia tidak takut dengan ancaman doyoung.

pemuda kim itu mendecih. yuna tidak tahu saja bahwa doyoung tidak pernah bermain main dengan ucapannya.

"dulu, mungkin setahun yang lalu, gue sama keempat kakak tingkat gue pernah maen ke suatu hutan. kita berasal dari satu klub yang sama, klub pecinta alam. tahu gak?"

doyoung otomatis menggeleng. namun matanya tetap fokus ke depan, mendengar ocehan yuna yang masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri, bagai angin lalu.

"gue sama empat kakak gue mau ngebuktiin satu mitos yang beredar luas. pernah denger mitos 'hutan lupa' gak, doy? mitos itu sempet dibicarain sama banyak orang, yang katanya siapapun yang lewat ke hutan itu jadi lupa segalanya."

"gue sih percaya percaya aja sama begituan karena memang ibu gue juga percaya. terus gue pengen coba buat buktiin sendiri, dan tentunya bareng mereka berempat yang satu klub pecinta alam. gue rela ngebohongin ibu dengan alesan mau muncak ke gunung, karena gak mungkin ibu gue bakal ngizinin kalo gue mau ngebuktiin mitos itu. katanya kalo gue kesana sama aja kayak nyari mati hahahahaha."

yuna menendang batu kecil yang berada di dekat kakinya, mencoba mengingat kejadian yang pernah dia alami setahun lalu. doyoung sih tidak peduli. mitos itu sudah lama sekali, dan doyoung tahu mitos itu dari orangtuanya, bahkan sampai detailnya pun doyoung tahu sekali.

"terus?"

"tuh kan penasaran~"

"udah lanjut aja!"

"iya iya~ terus gue sama keempat kakak gue masuk deh ke hutan itu. sebenernya gak ada yang aneh sih, kayak hutan biasanya aja. gak lama kemudian, kita tersesat sampe muter muter. habis itu udah deh~"

"gitu doang?!"

"heem, habis itu gue gak inget apa apa lagi~ yang gue inget cuma cerita mitos itu, keluarga gue, kalian bertiga, sama persimpangan jalan itu. gue gak inget sama sekali kalo waktu itu gue ke hutan itu bareng keempat kakak gue. ingetnya baru sekarang. aneh kan?"

doyoung bergelut dengan pikirannya sendiri. seperti ada yang mengganjal dari cerita yuna tadi. pemuda itu yakin masih ada kelanjutan dari cerita itu. namun doyoung memilih tidak mempedulikannya. mungkin yuna tidak tahu kelanjutan cerita itu dan dia hanya mengada ngada saja.

"doyoung, ada makanan gak?" tanya jiheon menoleh ke belakang.

"hmm, tadinya sih ini buat tobi. tapi gapapa dimakan aja." ucap doyoung, menyodorkan sereal bar coklat dari kantung hoodie-nya untuk jiheon.

"dipotong aja bagi jadi tiga atau empat, yuna mau gak?" tawar jiheon.

yuna mengangguk cepat. "mau!"

"ish, harusnya jangan ditawarin, ji." gerutu doyoung, dia pun terpaksa membagi sereal bar itu menjadi 4 bagian.

yuna tersenyum setelah mendapat makanan itu dari doyoung. yuna memiringkan kepala dan memperhatikan mata doyoung. namun doyoung tidak sadar, melainkan taeyoung lah yang menyadarinya.

dan sekarang taeyoung sudah menghujani yuna dengan tatapan aneh—ah bukan, lebih tepatnya tatapan ilfeel. taeyoung bergidik ngeri bertepatan dengan yuna yang segera menoleh ke arahnya.

senyum lebarnya, mata bulatnya, taeyoung seperti melihat langsung boneka annabelle versi manusia. apalagi suasana yang sangat mencekam, membuat gadis shin itu tampak seperti annabelle sungguhan.

"gue gak perlu repot repot ceritain lanjutan mitos itu, karena nanti kalian sendiri yang akan mengalaminya."

crossroads ✓Where stories live. Discover now