O9 / the myth

694 216 21
                                    


"serius tobi lari kesana?"

taeyoung mengangguk mantap.

"yang bener aja lo???" tanya doyoung tidak percaya. semuanya kompak terdiam. mereka bukannya tidak mau pergi kesana—ke hutan itu. tapi ada sesuatu yang membuat mereka tidak ingin pergi kesana.

"duh, gimana dong?"

"ya mau gimana lagi, ji? kalo lo berdua mau tetep nyari tobi ya oke, gue bakal ikut nyari." taeyoung memberi usul. "tapi kalo soal—"

"heh, lo masih percaya sama mitos itu? udah gak jaman kali ah." potong doyoung acuh tak acuh. lalu disetujui oleh jiheon.

"gue bukannya mau nakut nakutin nih, tapi gue mau peringatin aja. kalo gak mau kena imbasnya ya gak usah macem macem. relain aja tobi hilang kesana."

"YAAA GAK BISA GITU DONG!" teriak jiheon tak setuju dengan ucapan tak bermutu dari mulut taeyoung. doyoung terkejut bukan main. baru kali ini jiheon marah.

"gak bisa! gue harus cari tobi."

kemudian gadis itu meninggalkan doyoung dan taeyoung, beralih memasuki rumput dan semak belukar. mau tak mau doyoung mengekori jiheon, dan akhirnya taeyoung pun pasrah mengikuti mereka berdua yang mulai berjalan menuju hutan.

tak ada yang aneh, hanya ada pohon pinus, bebatuan besar, dan akar merambat dengan duri yang tajam. doyoung harus berhati hati, karena ada racun yang 'katanya' berbahaya dan bisa melumpuhkan.

doyoung menjaga jiheon yang memimpin perjalanan dari samping, kedua matanya mulai menjelajah ke setiap penjuru hutan, mencari keberadaan tobi yang kabur.

"doy, jam berapa sekarang?" tanya jiheon sambil menoleh ke samping.

"gak pake jam, coba tanya taeyoung."

"mau jam 3 sore." jawab taeyoung singkat. pemuda itu berada di belakang, agak jauh dari mereka berdua. namun dia tetap santai menyusuri hutan dengan tangan disilang di dada.

"anjir kok udah sore lagi. perasaan baru tadi siang tobi hilang." ujar doyoung.

"kita balik aja, yuk. atau minta tolong polisi aja buat nyari tobi. jangan sama kita, terlalu bahaya." ujar taeyoung.

"iya, jiheon. disini bahaya. kita udah jauh banget dari jalan setapak tadi. pulang, yuk." ajak doyoung, menarik pelan pergelangan tangan jiheon yang tak berhenti berjalan ke depan.

"ji?"

"kalian aja deh yang pulang. gue mau nyari tobi. gue takut dimarahin orang rumah kalo dia hilang." tutur jiheon.

"tapi—"

"gapapa, tinggalin aja gue."

"ya gak bisa gitu dong. kalo lo kenapa napa gimana?!"

pemuda itu tidak tahu mau bagaimana lagi. jiheon sangat keras kepala, walaupun tutur katanya tetap lembut seperti tadi. doyoung tidak ingin terjadi sesuatu pada jiheon, maka dengan berat hati dia tetap mengikuti jiheon kemanapun dia pergi. walaupun sedari tadi entah mengapa firasatnya buruk.

"dude, seriously? kalian mau tetep disini? woi tungguin!" seru taeyoung, lari mengejar kedua temannya yang jauh di depan sana.

langit mulai berubah menjadi kelabu. angin mulai berhembus kencang menembus kulit. sepertinya sore ini akan turun hujan, sedari tadi memang turun setetes demi setetes air dari langit, namun tak kunjung membesar. hanya gerimis saja.

hari semakin larut, namun mereka semakin tidak menemukan jalan keluar. tobi tidak ada dimana mana, namun mereka bertiga seperti berada di daerah yang sama, hanya berputar putar di tempat. bahkan jiheon menemukan pohon yang dia ukir sendiri sebanyak empat kali. itu berarti mereka sudah melewati jalan itu empat kali.

jiheon berpikir, ada sesuatu yang aneh dari hutan ini atau jiheon yang buta arah?

"ji, bentar dulu. capek."

doyoung duduk sembarangan di bawah pohon. bukan lagi pohon pinus seperti yang di awal. tidak tahu ini pohon apa. jiheon pun ikut berjongkok di sebelahnya, sementara taeyoung bersender di pohon yang berbeda. tangannya masih setia disilang di dada.

baiklah, harus doyoung akui, bahwa mereka tersesat sekarang. bukan hanya jiheon yang buta arah, namun ketiganya. mereka tidak mempersiapkan apa pun untuk perjalanan yang tidak terduga ini. hanya berbekal ponsel masing masing di kantung dan sinyal yang perlahan menghilang.

oh, jangan lupakan taeyoung yang sedari awal membawa semua jajanannya kemari.

"dude, kresek lo isinya apa aja? bagi bagi, dong." pinta doyoung.

"cuma ada cilor, kentang spiral, sama bakso cuanki tapi kuahnya udah dingin. udah gak enak lagi." jelas taeyoung, sedikit mengintip ke dalam kreseknya. "oh iya, gue juga punya air minum, masih utuh kok."

"taeyoung boleh minta minum gak?" tanya jiheon pelan.

"ambil aja, tapi harus hemat. kita gak tahu disini sampe kapan." kata taeyoung.

jiheon mengangguk pelan. lalu menerima air mineral itu dari taeyoung. sedangkan dua pemuda itu berbagi bakso cuanki yang kuahnya sudah dingin. tidak apa apa, hanya bakso inilah makanan yang agak berat walau nyatanya tidak membuat kenyang sama sekali.

"sedang apa kalian disini?"

"l-lo belom pergi?!"

crossroads ✓Where stories live. Discover now