O7 / stop it!

774 229 32
                                    


"hei dude, dari mana aja lo? enak banget ya tidur tiduran di uks ditemenin neng jiheon." sahut taeyoung tiba tiba, merangkul pundak doyoung dan berjalan beriringan menuju parkiran.

"diem."

"wah, aura dinginnya muncul lagi nih. udah bagus tadi pagi lo ceria. eh, sekarang malah gini lagi. kenapa dude?"

"diem."

"lo gak bisa ngomong apa apa selain kata diem ya? kenapa sih? marah lo sama gue?"

"diem!"

"tuh kan malah ngebentak. gue ngomong baik baik, dude. ayo senyum dong iiiii." ujar taeyoung, membentuk gestur senyuman selebar senyum pepsodent.

"diem!!! gue lagi gak mood. awas! badan lo ngalangin jalan." doyoung mendorong bahu taeyoung cukup keras sampai pemuda itu terhuyung ke belakang.

bukannya marah, justru dia kaget.

tanpa mengucapkan maaf doyoung berlalu dengan motornya begitu saja, meninggalkan taeyoung dengan tanda tanya di benaknya. tak lama kemudian, ada jiheon yang sudah berdiri di belakang taeyoung, dan melihat kejadian itu di depan matanya.

"biarin aja, dia lagi gak mau diganggu." ujar jiheon tiba tiba.

"aneh banget anjir tiba tiba ngambek kayak cewek." timpal taeyoung, kemudian pergi ke pos satpam menunggu jemputan.

hhh, ada apa dengan doyoung?












































doyoung tidak peduli lagi jika dia sedang mengebut di jalanan. tidak peduli dengan bunyi klakson motornya yang terus berbunyi setiap menit. doyoung harus menemui gadis itu lagi, sekarang. dia ingin memarahinya karena berani mengganggu doyoung di jam pelajaran.

dan membuat doyoung menjadi orang gila di depan teman temannya.

dengan napas memburu, doyoung berhenti di persimpangan jalan lagi. mencari gadis aneh yang telah mengganggunya selama berhari hari. tak lama kemudian, doyoung bisa menemukan gadis itu, baru saja berjalan dari perbatasan sawah dan pepohonan. dia pun kembali lagi ke tempat semula dan mengembangkan senyumnya. berdiri tanpa kenal waktu entah tujuannya untuk apa.

bodoh, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan?

"oh hai, doy."

"ngapain disini? mau ketemu gue lagi?"

menyebalkan. bagaimana dia bisa sesantai itu padanya? dia tidak ingat apa yang sudah dia lakukan pada doyoung? dan sekarang gadis itu malah tersenyum bodoh sambil melambaikan tangan pada doyoung. benar benar menyebalkan.

doyoung langsung menghampiri gadis itu dan membawanya ke arah stadion. saat ini di jalan sedang ramai, maka dari itu doyoung menyeretnya ke tempat yang lebih sepi.

"s-sakit..."

"diem."

dia membawa gadis itu ke pojok, mendorong tubuhnya sampai membentur tembok. tidak peduli dia akan mengerang kesakitan atau tidak, toh bukan doyoung ini yang merasa. amarah telah menguasai doyoung, membuat pemuda itu tidak sadar sudah bersikap kasar seperti ini.

"jelasin."

"huh?"

"jelasin kenapa lo ganggu gue di sekolah? emangnya lucu lo bisik bisik ke telinga gue, hah?! lo gak mikir apa gue keganggu sama suara lo?! bisa gak sih lo berhenti ganggu gue?!"

"ah itu~ kenapa? gue kan cuma ngomong fakta. ada yang salah?"

doyoung tertawa hambar. "heh denger ya, pokoknya mulai hari ini gue minta lo berhenti ganggu gue, berhenti minta tolong ke gue, berhenti bisik bisik di telinga gue, pokoknya berhenti! semuanya! ngerti?!"

gadis itu menatap telunjuk doyoung yang tidak berhenti menunjuk ke arahnya sambil mengucapkan kata kata penuh penekanan itu, lalu tersenyum miring. bukan senyum yang biasa dia tunjukkan, melainkan senyum yang doyoung sendiri pun tidak tahu artinya apa.

alis doyoung mengerut. merasa aneh dengan perubahan raut wajahnya, bahkan doyoung baru sadar bahwa gadis itu tidak bicara lewat pikiran, tapi bicara langsung dengan mulut.

"ya gak bisa begitu dong~"

"kenapa gak bisa? lo bisa kan nyari bantuan ke orang lain? asalkan jangan gue. gue gak mau nolongin lo, bahkan gue gak mau liat muka lo lagi."

"kalo gue maunya elo gimana?"

"gak boleh! lo harus pergi dari sini, pergi sana yang jauh! berhenti ganggu hidup gue!"

"kenapa jadi marah marah sih?~"

"hhhh sinting!"

setelah itu, doyoung pergi meninggalkan gadis itu sendirian. namun anehnya, gadis itu tidak terkejut dengan hinaan doyoung, dia cukup kebal untuk menerima semua caci makian itu. gadis itu hanya tersenyum lebar sambil menatap punggung doyoung yang perlahan menghilang.
















































"mau gimana pun, gue tetep mau elo yang inget gue, gue gak suka dilupain kayak gini, doy. gak enak."

crossroads ✓Where stories live. Discover now