O6 / whispers

789 238 45
                                    


"doy, maaf soal kemaren..."

"tapi lo masih mau bantuin gue kan?"

"lo udah inget siapa gue?"

"kalo udah, coba tebak gue siapa?..."

"gue tahu lo denger."

"doy, please... cuma lo satu satunya harapan gue. tolong inget gue."

"doy—"

"BERISIIIKKKKK!!!"

doyoung menutup telinganya frustasi. mengapa gadis itu terus menganggunya? apakah dia ingin melihat doyoung tidak tenang seperti ini?

"kim doyoung, ada apa? kenapa kamu teriak teriak?" tanya pak seungyoun.

beliau hampir saja ingin memarahi doyoung karena berteriak saat pelajaran berlangsung. namun ketika melihat wajahnya yang terlihat pucat dan panik, beliau langsung luluh.

namun doyoung tidak menjawab. pemuda itu menutup telinganya kuat kuat dengan wajah yang panik. doyoung sangat marah, tapi juga ingin menangis di saat yang sama.

yang pastinya doyoung menjadi tontonan anak kelasnya saat ini. terutama jiheon. dia khawatir melihat doyoung yang ketakutan di ujung sana. doyoung tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. seperti ada sesuatu yang aneh dengan temannya itu.

"doyoung kenapa..." gumam jiheon.

"ngapain teriak teriak? gak guna."

"sebenernya tanpa lo ngomong langsung, gue bisa denger suara apapun dari lo. suara pikiran lo, suara hati lo. gue bisa denger."

"keren kan?"

"coba kalo lo tahu itu dari awal, pasti lo gak akan dicap orang gila sama temen temen lo."

"kayak sekarang..."

"mereka semua pada liatin lo tuh."

"arrghhhh!!! pergi gak? jangan ganggu gue!" pemuda itu mengacak rambutnya kasar. dan teman di sebelah doyoung memundurkan badannya, takut.

"p-pak, saya boleh bawa doyoung ke uks? kayaknya dia lagi kurang sehat." ujar jiheon tiba tiba berdiri.

"iya nak jiheon, bawa saja dia. semoga lekas membaik ya." jawab pak seungyoun.

tanpa berlama lama, jiheon memapah tubuh doyoung ke uks. tenaganya terkuras begitu saja, entah bagaimana. napasnya terengah engah, bibirnya pucat, seperti orang sakit. padahal tadi pagi doyoung terlihat baik baik saja, masih bisa bercanda gurau dengan jiheon dan taeyoung.

"doy, lo kenapa? ada masalah?"

doyoung menggeleng pelan. dia tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. dia ingin menenangkan pikirannya di tempat yang sepi. dan doyoung bisa mendengar tawaan yang menggema di sepanjang koridor. itu pasti ulah gadis itu.

sepertinya saat itu doyoung sedang sial. sial sekali sampai harus berurusan dengan gadis aneh yang dia temui di persimpangan jalan itu. mengapa harus doyoung? mengapa?!

"ya udah deh, lo tidur aja disini, siapa tahu bisa lebih tenang, gue bikinin teh dulu." titah jiheon, menyibak tirai salah satu bangsal dan mendudukan doyoung disana.

"jangan... disini aja..."

"loh kenapa?"

"gue gak butuh teh, butuhnya jiheon."

"eh?"

"jangan kemana mana, temenin aja disini." ucap doyoung lirih, entah dia sedang gombal ataupun tidak, yang jelas saat ini pipi jiheon terasa panas. rasanya canggung sekali.

kemudian jiheon duduk di kursi dekat kasur doyoung, sementara pemuda itu berbaring dengan pandangan kosong, menatap langit langit uks.

"kenapa? ada yang ganggu pikiran lo?"

"ada... banyak."

"siapa? atau apa?"

"gak tahu, ji. dia ganggu gue terus. dia bisik bisik ke telinga gue tiap hari sampe bikin gue kayak orang gila kayak tadi. teriak sendiri, ngomong sendiri..."

"......"

"gue... gila ya?"

"hush, ngomongnya! enggak, lo gak gila doy, enggak. oh bentar gue tahu, kayaknya lo lagi digangguin sama yang gak nyata ya? gue juga dulu pernah kayak lo, persis." kata jiheon.

"terus gimana?"

"tapi lo harus berusaha setenang mungkin. jangan ladenin dia, biarin aja. ntar juga pergi sendiri. jangan anggap dia nyata, doy. biarin aja kayak angin lalu."

"oh git—"

"tapi gue nyata, gimana dong?"

"gue bukan setan atau makhluk halus kayak temen lo bilang. enak aja!"

"gue manusia, gue masih hidup!"

"lo gak akan bisa ngehindar dari gue, kim doyoung."









































































"pergi."

"huh?"

"pergi, ji. gue pengen sendiri."

"....oke."

crossroads ✓Where stories live. Discover now