19 / epilogue

1K 192 10
                                    


"lah, kok malah abang yang jemput? mami kemana???" tanya pemuda itu. pasalnya di parkiran sekolahnya saat itu hanya ada mobil maminya, namun orang yang menyetirnya bukan beliau, tapi kakak sepupunya, hwang yunseong.

pemuda itu, hwang yunseong—membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. lalu tangannya dikeluarkan setengah seperti orang kaya baru yang ingin memamerkan mobilnya.

donghyun mendecih, kakak sepupunya ini senang sekali tebar pesona di sekolahnya. padahal wajahnya saja pelit ekspresi, juga menyebalkan. rasanya donghyun ingin sekali menampar pipi orang yang terpaut tiga tahun lebih tua darinya itu.

"gapapa, pengen aja. sekalian mampir, gue kan alumni sini. mami lo lagi beres beres di rumah baru, gue disuruh jemput lo sekalian ngambil sisa barang di rumah lama." jelas yunseong panjang lebar.

sedangkan donghyun ber oh ria. kemudian tiba tiba merasa pundaknya dirangkul dari belakang. pelakunya siapa lagi kalau bukan kim doah, duplikat donghyun versi cewek namun nyatanya mereka tidak mirip sama sekali. sepertinya mata teman temannya itu agak bermasalah.

doah menatap donghyun sambil menaik turunkan alis dengan tengilnya. donghyun sudah tahu maksud dan tujuan gadis itu menghampirinya, lalu donghyun segera melepas rangkulan doah, menghela napas berat.

"paket satu aja ya." ujar donghyun.

"iiihh gak gitu perjanjiannya. paket tiga, titik gak pake koma. gue tunggu di depan yaaa~" doah segera berjalan ringan menuju gerbang depan. "eh halo bang yunseong! keumdong nya gue pinjem dulu!"

"yo santuy ajaaa! buru sana kejar!" timpal yunseong dari dalam mobil, dan membuat donghyun lagi lagi menghela napas.

lalu pemuda keum itu mengikuti doah yang sudah berdiri di salah satu stand takoyaki di depan sekolahnya. dia benar benar membeli paket tiga seperti yang dia katakan. padahal uangnya hanya sedikit lagi, donghyun tidak rela menghabiskan uang jajannya untuk doah.

tapi tak apa lah, bersedekah itu perlu.

"mang, jadinya paket satu."

"iiihh enggak enggak, paket satu mana bisa kenyang, keumdong??? mang, paket tiga jadi beneran." kata doah.

"emang paket tiga isinya berapa sih?" tanya donghyun pada doah, tangannya menghalau terik matahari yang masuk ke matanya.

"dua belas dong, kalo paket satu isinya tiga doang ih mana kenyang."

"lah kan biasanya juga dimakan sama nasi, kenapa gak sama nasi aja?" tanya donghyun lagi, masih tidak rela membelikan takoyaki paket tiga untuk doah yang nyatanya paling mahal dari semua paket yang ada.

"gak mau ah, lagi pengen nyoba takoyaki gak pake nasi." jawab doah sekenanya. tak lama kemudian, pesanan doah pun jadi dan donghyun mau tak mau harus membayar jajanan gadis itu.

"dua lima ya? jangan lupa kembaliannya itu jangan kasih ke dia, mang. capek gue dipalak dia terus." sahut donghyun sambil memberi uang biru itu pada tukang takoyaki itu.

doah hanya memakan jajanan itu dengan wajah tanpa dosa. sedangkan orang yang mereka panggil 'emang' itu hanya tertawa. sudah biasa melihat pemandangan seperti ini.

"udah puas kan? dah, gue mau balik."

"hehehe makasih banyak keum donghyun uwuwuwu~ lain kali traktirin gue lagi yaaa~"

"gak ya makasih." tolak donghyun. "pulang sama siapa lo?"

"biasa, sama kak arin."

donghyun mengangguk pelan. kemudian tungkainya beralih masuk ke dalam sekolah dan segera menghampiri sepupunya yang mungkin sudah berlumut di mobil.

"lama." cibir yunseong.

"salahin aja doah." jawab donghyun.

tanpa berlama lama, mobil itu pergi menjauh dari sekolah. kebetulan, keluarga keum baru saja pindah beberapa minggu yang lalu. dan ini kali pertama donghyun datang ke rumah barunya, waktu itu dia tidak sempat melihat lihat rumahnya karena dia harus menjaga seseorang di rumah sakit.

omong omong, kemana ya orang itu? orang yang terluka di pinggir hutan yang waktu itu diselamatkan maminya ketika pertama kali berkunjung ke rumah baru. pemuda itu benar benar kabur, bahkan baju rumah sakit pun dia tinggalkan di kamar mandi dan memilih memakai hoodie hijau neon-nya yang sudah tak bersih lagi.

ah, sebenarnya donghyun menyesal sudah meninggalkan pemuda itu yang sepertinya sebaya dengannya itu sendirian. kalau saja dia tidak ceroboh, pemuda itu tidak mungkin nekat kabur dari rumah sakit dan membawa dompetnya kabur bersamanya.

donghyun bukan rindu dengan pemuda itu, masa iya donghyun rindu dengan orang yang baru saja dia temui? hm apa itu namanya... miss at the first sight?

jangan mengada ngada, donghyun masih normal ya!

pemuda keum itu memandang ke sekitarnya, banyak petak petak sawah yang asri, unggas yang berkeliaran bebas, bahkan terkadang menyebrang sembarangan tanpa aba aba lampu merah. untung saja tidak tertabrak. kalau iya, habis orang yang menabraknya itu dimarahi pemiliknya.

kemudian pemandangan sawah itu berubah menjadi pepohonan. sepertinya itu pohon pinus. donghyun sangat tahu beberapa jenis pepohonan, walau tidak semua. namun tak jauh di depan sana, donghyun menemukan presensi yang tidak asing baginya, berdiri di persimpangan jalan dengan hoodie hijau neon yang mencolok.

itu dia, pemuda yang kabur itu! donghyun tidak mungkin salah liat, itu memang benar dia.

"bang, bang."

"hm?"

"ih bang berhenti dulu coba!"

"apaan? ganggu aja orang yang nyetir!"

"bang, gue mau nunjukin sesuatu!"

yunseong mau tak mau segera mengerem mobilnya karena donghyun terus mengoceh. sepupunya itu menatap ke belakang, melihat sesuatu dari dalam mobil dan membuat alis yunseong bertautan.

"liat apa sih?"

"tahu gak bang? waktu itu mami nyelametin orang di pinggir hutan? terus yang tiba tiba kabur itu, inget gak? pernah diceritain sama gue kan?"

yunseong mengangguk.

"itu orangnya! berdiri di persimpangan jalan itu! gue yakin banget dia orangnya, bang!!!" kata donghyun sambil menunjuk ke pemuda itu.

"hush, jangan ditunjuk bego!"

donghyun menatap pemuda itu lamat. dia sangat yakin itu adalah pemuda yang pernah donghyun temui. tapi untuk apa dia kabur? mengapa dia malah berdiri disana? apakah dia tidak punya rumah?

kemudian manik mereka bertemu. pemuda itu menyunggingkan senyumnya, membuat donghyun bergidik ngeri, seakan ada angin yang meniup tubuhnya tiba tiba.

"hai, donghyun. kita ketemu lagi."

mata donghyun membulat, kaget setengah mati. apakah dia baru saja mendengar suara pemuda itu berbisik di telinganya?

karena ketakutan, donghyun menepuk keras bahu kakak sepupunya sambil bersembunyi di bawah kursi mobil, dan meringkuk seperti terkena serangan panik. membuat pemuda hwang yang duduk di kursi pengemudi sontak mengernyitkan dahi, bingung.

"dek, lo kenapa dah? duduk di atas, jangan tiduran disitu..."

"bang, jalan aja yuk. serem..."

crossroads ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora