[26] Titik Terang

1.7K 175 19
                                    

Zeeva, satu nama yang terlintas di pikiran Zahra kali ini. Mendengar suara motor Jeno yang pergi dari halaman rumahnya, ia langsung meraih kunci mobilnya dari atas nakas dan juga ponselnya.

Baru saja akan mengunci rumah, ia baru teringat jika dirinya tidak tahu alamat rumah Zeeva. Zahra segera masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan rumahnya.

Tepat saat lampu merah menyala. Ia meraih airpods dan mulai menelepon Zeeva. Terdengar sambungan telepon.

"Waalaikumsalam. Zeev, share lokasi lo sekarang."

Zahra mematikan sambungan teleponnya cepat dan mulai menancapkan gas saat melihat lampu hijau. Mulai menuju tempat Zeeva.


• Mask •


"Pipi lo merah kenapa? Please cerita, gue udah dua kali liat lo kayak gini, Ra."

Keduanya kini telah berada di sebuah ruangan bercat putih dan biru. Zahra duduk di meja belajar dan Zeeva yang menyilakan kaki di atas kasurnya dengan bantal di atas pangkuannya.

"Sebenernya gue gak mau cerita ke siapapun. Tapi gue rasa dia makin keterlaluan ... Lo masih inget Jeno kan?"

Zeeva mengangguk.

"Dia suka dan obsesi mau jadi pacar gue ... "

"Bentar deh ... Bukannya dia sahabat lo. Kok bisa ... " sela Zeeva membuat Zahra menghembuskan napas pelan.

"Lo kayak gak tau aja. Persahabatan laki-laki perempuan gak selamanya berjalan mulus."

"Oke paham. Lanjut deh ... "

Zahra mulai menceritakan semuanya dari awal sampai kejadian tadi. Zeeva terlihat kesal mendengar cerita yang ia dengar. Ia tidak habis pikir jika ada orang yang bisa melakukan itu semua karena obsesi.

"Hampir 6 bulan lebih lo diperlakukan kayak gitu. Dan lo kuat banget gak cerita itu semua ke keluarga. Gila gila. Bener bener tuh anak gila. Gue sebenernya udah curiga semenjak lo keluar dari rumah sakit waktu itu ... "

"Sekarang rencana lo mau gimana?" tanya Zeeva.

"Gak tau Zeev. Gue udah niat buat dia sadar. Tapi, kayaknya gue gak bisa, gak berani lah, fisik gue di sakitin terus." Zahra mendekat ke Zeeva dan ikut bergabung makan camilan di sana.

"Udah lah laporin aja ke polisi."

"Kasihan masa depan dia Zeev." Zeeva menghela napas panjang.

"Gimana ya ... Gue gak ada ide, Ra."

Saat keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Suara ketukan membuat Zeeva membuka pintu. Muncullah Eunwoo yang masih dengan kemeja baby blue melekat di tubuh atletisnya.

"Ngapain?"

"Temen gue mau ketemu Zahra." Zeeva sempat terkejut. Bagaimana bisa kakaknya itu tahu jika ada Zahra disini.

Zeeva mengalihkan tatapannya ke belakang tubuh Eunwoo menampilkan laki-laki dengan hoodie hitam bertuliskan merek ternama.

"Iwannnn!" pekik Zeeva membuat Eunwoo memutar bola matanya malas.

"Bocil, gak berubah ya lo." Zeeva mendengus malas dan membuka lebar pintu kamarnya mempersilahkan dua laki-laki tampan itu masuk ke kamarnya.

Mask | Jeno ✔️Where stories live. Discover now