[28] Behind The Mask

1.4K 176 41
                                    


"Sialan." Semua umpatan di bumi ini sudah di keluarkan oleh seorang Jeno Razka. Kedatangan seorang laki-laki yang mempunyai kartu AS kehidupannya seakan membuat hidupnya dirundung masalah.

Jeno sangat membenci Jaehyun sampai kapanpun. Selain Hendery, pria berumur 21 tahun itu selalu merusak kebahagiaannya. Apapun kebahagiaan yang Jeno miliki selalu direnggut oleh dua orang itu.

Mengapa dunia tidak berpihak kepadanya sedikitpun?

Kalian boleh menyalahkan Jeno yang kasar, suka memaksa dan obsesi pada gadisnya. Sudah boleh bukan, Zahra disebut sebagai gadisnya? Lagipula Renjun sudah memutuskan hubungan mereka.

Tapi, apakah salah jika dirinya memperjuangkan cintanya?

Ok, kembali lagi pada kondisi Jeno saat ini. Ruang kerjanya yang rapi seketika berubah berantakan seperti kapal pecah. Semua berkas berserakan di bawah meja. Bahkan bantal sofa kini sudah berada di dekat pintu masuk.

"Sialan ... Ini semua salah Hendery! Gue kira mereka udah gak berhubungan. Gue yakin, Hendery yang nyuruh Jaehyun jagain Zahra. Kenapa hidup gue selalu berputar pada Jaehyun. Sialan!"

Laki-laki itu mendudukkan diri di sofa. Tangannya mengusap kasar rambutnya hingga berantakan. Lengan kemejanya sudah naik hingga siku dengan dua kancing teratas yang terbuka.

Ruangan dingin ber-AC sudah tidak berpengaruh pada tubuh Jeno. Yang laki-laki itu rasakan hanya panas yang menjalar di tubuhnya hingga kepalanya.

"Gue butuh bantuan lo!" Pemutusan sambungan telepon secara sepihak yang Jeno lakukan menjadi pemecah keheningan ruangan ini.

Tidak butuh waktu lama, sebuah ketukan pintu yang Jeno yakini berasal dari seseorang yang ia telepon beberapa menit lalu membuatnya berteriak mengizinkan masuk.

"Apa yang bisa gue bantu?" tanya pria berkemeja baby blue dengan setelan celana kain hitam.

Pria itu tanpa banyak bicara duduk di sofa samping Jeno. "Periksa gue."

Sedikit mengerutkan keningnya, pria berkemeja baby blue itu menatap Jeno intens. "Cepat! Gue gak enggak tau sama diri gue sekarang!"

Meraih sebuah alat dari tasnya. Pria itu mulai memeriksa tensi darah Jeno dan juga melakukan beberapa pemeriksaan lainnya.

"Ada yang ganggu pikiran lo akhir-akhir ini?" tanyanya setelah memasukkan alat itu kembali ke tas.

"Gue enggak tahu."

"Pernah ngerasa mau ngelakuin hal gila?" Lagi dan lagi Jeno hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Gimana gue ngasih diagnosis kalau lo aja gak mau terbuka sama gue."

Mendengar decakan pelan dari Jeno, pria berkemeja baby blue menahan telapak tangan Jeno saat laki-laki itu akan berdiri.

"Kebiasaan nyakitin diri sendiri?" gumamnya.

Meraih sebuah kotak berisikan obat, pria berkemeja baby blue itu dengan hati-hati membersihkan darah kering di punggung tangan kanan Jeno, memberinya obat tetes dan membalutnya dengan plester.

"Lo ada gangguan mental. Bukan gila seperti orang pada umumnya. Ada sesuatu yang bikin lo jadi ngelakuin hal diluar nalar, seperti melukai diri sendiri atau bahkan lo bisa aja ada pikiran buat lukai orang lain. Kalau menurut dugaan gue, itu akibat dari diri lo yang merasa dapat tekanan dari orang terdekat," jelas pria itu.

Dengan tenang tangan pria itu menyilang di dada serta punggung yang sudah bersandar santai di sofa. Menatap lurus ke arah meja kerja Jeno yang berantakan. Tipikal Jeno saat marah.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang