7. Caveron

1.9K 67 0
                                    

Arsen memasuki sebuah warung yang sudah dipenuhi dengan sekumpulan lelaki termasuk kelima temannya. Begitu masuk, teriakan menyambutnya.

"WOI DARIMANA BOS?"

"EH BOS DATENG."

"BOS NGOPI SINI!"

Arsen menatap mereka semua datar. Lelaki itu mengangguk pelan. Kemudian ia mendudukkan dirinya di samping Elang dan Jo.

Ya. Mereka adalah Caveron. Geng besar yang menguasai jalanan dan ditakuti. Diketuai oleh seorang Arseno Erland Adelard Archius. Karena ketegasan, bijaksana dan kebringasannya dalam menghadapi lawan, ia ditunjuk menjadi ketua.

Caveron memang sebuah geng motor. Namun mereka tidak pernah mengganggu orang dan membuat onar. Mereka tidak akan mengusik jika di usik terlebih dahulu. Mengusik Caveron sama seperti mengusik seorang Arsen. Oleh karena itu jangan coba coba mengusik Caveron.

Boleh nakal dan berandalan. Tapi nyusahin orang jangan.

Kira kira begitu yang pernah diucapkan Arsen. Arsen melarang keras anggotanya untuk mengusik sebelum di usik.

Memang di setiap hari Minggu kebanyakan anggota Caveron akan datang ke warung ini untuk nongkrong. Tidak harus Minggu sih, kapanpun mereka bisa kesini jika ingin.

"Eh Aden Kasep udah dateng. Darimana atuh?" Tanya Mbok Ipeh. Pemilik warung.

Arsen tersenyum tipis. "Main, Mbok. Es teh satu ya, Mbok."

"Siap." Mbok Ipeh mengacungkan jempolnya. Kemudian wanita itu pergi untuk membuatkan Arsen es teh.

"Ini teh nya, Aden." Mbok Ipeh meletakkan es teh milik Arsen di meja.

"Makasih, Mbok."

"Sama sama." Wanita itu pun pergi.

"Darimana lo?" Tanya Mars.

"Paling juga abis berduaan sama ibu negara," sahut Jo.

"Berduaan mulu lo. Awas ketiganya setan," ucap Edwin.

"Iya setannya lo," sahut Arsen membuat semuanya terbahak.

"BHUAHAHA, YHA SETAN!" Ledek Galen.

"Sialan!" Umpat Edwin.

"Woi, Lang! Diem diem bae," ucap Galen.

Elang melirik sekilas. Lelaki itu diam saja.

"Lala mana?" Tanya Elang.

"Rumah," jawab Arsen.

Elang menganggukkan kepala.

Arsen mengedarkan pandangannya. Menatap anak anak Caveron yang sedang berkumpul. Ada yang bermain gitar. Ada yang bermain game dan lain lain.

"Caveron gimana? Ada masalah?" Tanya Arsen.

"Gak ada." Jawab Elang.

"JANGAN DATANG LAGI CINTAA.. BAGAIMANA AKU BISA LUPA.. PADAHAL KAU TAU.. KEADAANNYA, KAU BUKANLAH UNTUKKU...." nyanyi Galen dengan suara sumbang yang membuat semua orang di warung menutup telinganya.

"BERISIK ANJENG!" Edwin menoyor kepala Galen membuat Galen menghentikan nyanyiannya.

"Apasih lo! Gue tuh nyanyi buat mantan gue yang pengen balikan tapi gue gak mau," ucap Galen menatap Edwin sinis.

"Bodo amat kampang! Asal lo tau suara lo bener bener sumbang!" Hardik Edwin.

"Bodo amat," ucap Galen. Lelaki itu kemudian menyanyi lagi.

"PERGILAH KASIH KEJARLAH KEINGINANMU..."

"Aseeek," sahut anak anak Caveron.

"SELAGI MASIH ADA WAKTUU...."

"Mantaap."

"JANGAN HIRAUKAN DIRIKUU..."

"AKU RELA BERPISAH, DEMI UNTUK DI---- WOI ANJENG SIAPA NIH YANG NGELEMPAR?!"

Belum selesai Galen menyelesaikan lagunya, sebuah sandal tiba tiba sudah mendarat mulus mengenai kepalanya.

"Gue, kenapa?" Ternyata yang melempar sandal ke Galen adalah Mars.

"Sakit bangsat!"

"Suara lo bener bener gak enak ya anjing! Budeg gue dengernya," ucap Mars dengan kesal.

"Sirik mulu lo!" Cibir Galen.

Baru saja hendak membuka mulutnya untuk menyanyi lagi. Suara Arsen menghentikannya.

"Nyanyi sekali lagi, gue suruh anak anak hajar lo."

Galen kicep ditempat. "Ampun, Bos. Ampun," ucapnya.

Jo dan Edwin tergelak. "Mampus lo! Banyak gaya sih," ucap Jo.

Galen menatap Jo dan Edwin sinis. Teman sialan. "Punya temen gini banget Astaghfirullah," gumamnya yang masih bisa di dengar oleh seluruh penghuni warung.

"Lang, ngomong elah. Diem mulu," ucap Edwin.

"Males." Ucap Elang singkat, padat, dan jelas.

"Yaelah ngomong gak bayar kali, Lang," sahut Jo.

"Elang gak level ngomong sama lo pada. Levelnya sama gue." Itu Arsen yang menyahut.

Semua penghuni warung tergelak.

"Punya bos gini amat," gumam Edwin meniru kata kata Galen.

"Weh itu kata kata gue!" Protes Galen tidak terima.

"Berani sama gue?" Tanya Arsen.

Edwin menggeleng. "Enggak, Bos. Ampun," ucapnya.

"Badan besar otot kekar tapi mental kerupuk," ejek Elang.

"Buset si Elang, sekali ngomong langsung jleb," ucap Mars.

"Temen lo tuh," ucap Galen.

"Bukan temen gue," sahut Jo dan Edwin.

"Emang gue mau temenan sama lo?" Balas Elang.

Galen, Jo, dan Edwin auto kicep.

"ARSEN WOY!" Tiba tiba datang Rangga -kaki tangan Arsen- dengan nafas tersengal sengal

Semua pasang mata menatap Rangga yang masih mengatur nafasnya akibat lelah sehabis berlarian.

"Apa?" Tanya Arsen.

"Clevozt nantang kita tawuran. Besok pulang sekolah di gang buntu belakang sekolah," ucap Rangga.

"Besok anggota dari dalam sekolah kumpul di rooftop. Jam pelajaran terakhir. Kita susun rencana. Kasih tau yang gak kumpul!" Perintah Arsen yang diangguki semua anggota Caveron yang ada di warung.

"Yang dari luar sekolah gimana, Bang?" Tanya Arga -anggota dari sekolah lain-

"Pulang sekolah, langsung kesini. Jangan ada yang bergerak sebelum ada perintah dari gue," jawab Arsen.

"Selebihnya, tunggu aba aba gue," lanjut Arsen.

Semua mengangguk.

"Gue yakin Clevozt bawa pasukan lebih. Kita keluarkan separuh anggota Caveron," saran Elang. Semua mengangguk menyetuji

Jumlah anggota Caveron itu banyak. Sangat banyak. Di mulai dari dalam sekolah. Sekitar ada 400 anak. Belum lagi di sekolah lainnya.

Jika biasanya Caveron akan mengeluarkan tidak sampai separuh anggota saat tawuran, maka kini mereka mengeluarkan separuh anggotanya.

"Atas dasar apa mereka nantangin kita?" Tanya Arsen.

"Biasa. Mereka gak terima kalah," jawab Rangga.

"Udah tau kalah malah nyari masalah," cibir Mars.

"Sinting emang si Diego," ucap Galen. Diego adalah ketua Clevozt.

"Gak ada kapok kapoknya," sahut Jo.

Arsen menyeringai. Sepertinya menjatuhkan mereka lagi sangat menyenangkan.

***

WAJIB MENINGGALKAN JEJAK.
VOTE DAN KOMEN KALIAN SANGAT BERHARGA BUAT AKU:)

My Naughty ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang