🎵7

80 29 9
                                    

Dua minggu berlalu sejak Abah pulang dari rumah sakit. Sejak saat itu pula aku mengosongkan semua jadwal pekerjaan dan fokus pada kesehatan Abah.

Aku nggak menceritakan perdebatan di rumah sakit dengan Mama waktu itu, termasuk pada Ibu. Aku nggak mau Ibu mendatangi Mama dan masalah jadi panjang.

"Gak bosen kamu di rumah terus, Neng?" tanya Abah saat kami jalan-jalan sore di sekitar rumah.

"Gimana mau bosen kalau nemenin yang kasep begini?" jawabku tersenyum mengelus lengan Abah yang ku gandeng.

(Kasep : Tampan)

"Kamu mah, Neng. Abah sudah tua renta dibilang kasep, tapi Rama yang masih seger malah kamu anggurin."

Aku meringis sambil bergumam dalam hati, mempertanyakan penilaian Abah.

"Teman-teman bule kamu udah lama nggak main ke rumah. Kalian masih komunikasi kan?"

Aku mengangguk, "Mereka lagi sibuk, Bah. Pan Abah ge ningali beritana kamari di komputer alit. Jeff sareng Tasher juara lomba foto di Monako, jadi pasti nuju liburan."

Jangan heran dengan istilah komputer alit. Itu adalah sebutan Abah untuk iPad yang aku berikan pada beliau. Katanya sebutan itu lebih merakyat di lidah.

"Tapi kalian teh lucu. Gaduh grup kerja terkenal tapi tetep weh susumputan jati diri. Ngalalieur para Bos cuan wae." Abah menepuk-nepuk punggung tanganku. "Padahal karasep gareulis lain jenis burikan."

(Gaduh : punya. Susumputan : sembunyi-sembunyi. Ngalalieur : bikin pusing)

Komentar Abah membuatku tertawa geli tanpa berniat mengklarifikasi dengan sebuah jawaban berkaitan dengan Noumad.

Noumad merupakan grup fotografer yang sudah 3 tahun ini terbentuk. Beranggota 7 orang fotografer freelance termasuk diriku. Meski begitu nggak banyak orang tahu kalau aku adalah fotografer. Aku lebih terkenal sebagai gadis nakal. Suka menghilang dari rumah, pergi berminggu-minggu dan ganjenin suami orang. Ya begitulah...

Seperti Abah katakan tadi, nggak sedikit agensi perusahaan yang mencoba peruntungan untuk bisa bekerjasama dengan kami. Namun rata-rata anggota Nomad adalah orang-orang yang terlalu malas untuk terikat kontrak kerja.

Bagi kami-Noumad-bekerja dalam keadaan seperti ini lebih nyaman dan menjaga privasi. Dan jika kami menyetujui satu kontrak pekerjaan artinya kontrak itu mencakup kami bertujuh. Kami nggak menerima kontrak perorangan.

Dan sebagai freelance penghasilan kami fluktiatif. Bukan berniat sombong tapi rata-rata penghasilan perbulan kami selalu cukup untuk membeli dua atau tiga buah iPhone keluaran terbaru. Itupun di luar dari penghasilan bisnis lainnya, seperti saham, menjual foto secara online atau blog website. Semisal pada platform penjual foto online, jika mereka itu memasang payout tinggi, maka keuntungannya jauh lebih besar. Entah dalam rupiah atau dolar dan itu berkali-kali, selama ada peminat foto kami.

Tapi ya perlu diingat juga, memulai kesuksesan itu nggak mudah. Begitu pun perjalanan kesuksesan Noumad.

Bukan macam bimsalabim, lalu sukses.

Pastinya kami pun melalui tahap-tahap sulit dulu. Foto di tolak lah, karya nggak dihargai 'miring' karena rookie, kekecewaan dan gagal lomba berkali-kali. Pokoknya, banyak lagi deretan kisah jatuh bangun kami yang nggak mudah dan menguras keringat serta air mata.

Kalau dikatakan secara bijak mah, orang yang pandai belajar dari pengalaman lebih bisa diandalakan dari sekedar yang punya bakat.
Begitu pun untuk Noumad. Kami banyak belajar dari sebuah pengalaman hingga bisa di posisi sekarang.

SENANDUNG (UP SETIAP SELASA DAN SABTU)Where stories live. Discover now