🎵9

77 28 12
                                    

Selamat hari 1 Januari 2022
Semoga tahun ini lebih baik, kita bisa lebih baik dan melakukan yang terbaik.

Enjoy 😊




Tepat hari ini adalah hari ulang tahun Caca dan Meira. Namun karena Mei belum pulang jadi aku hanya merayakannya dengan Caca. Si nona cantik yang tepat berusia 4 tahun. Dan beruntungnya aku mendapatkan ijin dari Gita untuk mengajak keponakan imut ku ini jalan-jalan.

Sebenarnya aku mengajak Gita juga. Tapi dia menolak. Mungkin masih enggan untuk memperbaiki kerenggangan hubungan kami.

"Bah, Sena sareng Caca bade angkat ayeuna nya. Kin pang nyarioskeun ka Uwa Atun teu kedah masak." (Aku sama Caca berangkat sekarang. Nanti tolong bilang sama Uwa Atun nggak usah masak.)

Abah mengiyakan tanpa banyak bertanya dengan tatapan penuh penyesalan itu terpancar begitu jelas. Padahal aku pun mengerti, keadaan beliau juga sama susahnya. Ketika para anak-anaknya memojokkan beliau untuk memilih antara bersamaku atau berada di acara syukuran dengan mereka.

Untung saja suasana kembali mencair saat sosok mungil datang memeluk Abah.

"Uwah.. ada putri cantik dari mana ini? Bagus sekali bajunya ya," puji Abah.

"Ini putli Caca. Lihat, Bah! Mbi kasih Caca sepatu sama tas balu!"

Gadis itu mulai pamer. Keceriannya selalu bisa membangkitkan suasana lebih berwarna.

Setelahnya aku membawa Caca ke salah satu pusat perbelanjaan. Si cantik ini meminta di belikan baju pilot lengkap dengan pesawatnya. Bukan yang biasa tapi seragam ala-ala prajurit angkatan udara.

Aku harus akui selera Caca memang lebih gagah dibanding dengan kebanyakkan teman sebayanya yang lebih menyukai boneka, perlengkapan gaun princess atau satu set rumah-rumahan.

Sayangnya, pesawat tempur mini yang diinginkan Caca belum bisa di bawa pulang hari ini. Kami masih harus menunggu seminggu lagi sampai barang siap.

"Mbak, nanti pesawat Caca jangan di kasih lain, iya!" pinta Caca kembali menegaskan saat kami selesai melakukan transaksi pembayaran. Bahkan nona kecil ini mengikuti gaya bicaraku memanggil "Mbak" pada staf perempuan di toko ini, membuat perempuan berseragam abu-abu ituharus menahan gemas karena keimutan pelanggan kecilnya.

"Gak boleh lama, Caca tunggu di lumah."

"Siap, Kapten!" Si Mba pelayan memberi hormat. Berakting layaknya prajurit pada atasan. Memang totalitas sekali servicenya.

Sebelum pulang, Caca meminta dibelikan es krim di tempat langganganan dekat komplek rumah. Dan tentunya, aku sama sekali nggak keberatan mengabulkan.

"Janji?"

"Iya, dong. Nanti Om bawain langsung., mau?"

"Om main ke lumah Abah? Yeay!!!"

Aku tersenyum mengelus kepala Caca, gadis kecilku melonjak girang di bangkunya karena anggukan kepala Dafa. Om favoritnya selain Ramadhana.

Pria berkemeja hitam yang memenuhi layar ponsel adalah sepupuku. Putra tunggal dari kakak almarhumah Bunda.

"Om mau bicara sama Bibi kamu, Boleh?"

"Boleh. Caca juga mau makan es klim. Dadah, Om Dafa!"

Aku mendekatkan mangkuk kecil es krim coklat-strawberi pesanan Caca. Nggak lupa aku untuk lebih dulu membersihkan kedua tangannya sebelum memberikan sendok stainless yang selalu kubawa bersama alat makan lainnya.

"Kamu dah pantas jadi ibu, kapan kawinnya?"

Aku memutar mata jengah, "Ngaca, Tuan Dafa. Umur anda jauh lebih tua."

SENANDUNG (UP SETIAP SELASA DAN SABTU)Where stories live. Discover now