🎵14

56 23 6
                                    

Meira masih mengangis dalam pelukkan tante Sumaya. Begitupun rasa haru dan bahagia masih mendominasi rumah ini.

Di proses pernikahan yang serba mendadak ini, nggak ada adegan pertukaran cincin antara pengantin serta adanya penandatangan dokumen kartu nikah. Bahkan mahar yang diserahkan pun, ternyata merupakan kalung milik ibu sang pengantin pria.

Aku kembali menatap Meira. Kini sahabatku itu benar-benar telah menjadi istri dari seorang Rega Nurkholik.

Pemuda yang dari awal bertemu sudah kukagumi senyumnya. Pemuda yang berhasil kembali menghadirkan sensasi lain pada ritme debaran jantungku, juga pemuda yang ternyata mampu mengusik perasaanku dalam ketidak kesengajaan.

Dan hari ini kejutan untukku tidak hanya sebatas tentang siapa yang menikahi Meira saja.

Tepatnya setelah pengucapan ijab tadi, Rega menghadiahkan sebuah potongan ayat suci Al-Quran pada istrinya, Mei.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu"

Entah pemuda itu memang mengetahui atau ini memang sudah takdir yang tergaris indah untuk Meira. Yang jelas aku tahu dengan pasti, itu adalah salah satu ayat favorit Mei. Ayat 100 dinar.

Kejadian itu membuatku sadar. Kalau mungkin Rega adalah jawaban dari setiap doa yang ku panjatkan ketika meminta kebahagiaan untuk sahabatnya, Meira.

🎵🎵🎵


Mendapati senggang suasana setalah para tamu menyerbu Meira dengan ucapan doa dan selamat- aku menjadi orang terakhir yang menghampiri Meira.

Baru setengah perjalan, kulihat dia berbalik dan berlari ke arahku dengan pipi basah serta hidungnya yang semerah tomat.

Kurentangkan tangan menyambutnya dengan senyum bahagia. Sebelum tubuh kami saling memerangkap satu sama lain dalam pelukkan erat.

"Jangan nangis. Nanti kamu masuk kategori pengantin wanita terjelek tahun ini," candaku dengan suara bergetar.

"Senandung...."

Kudengar dia merengek mengucap namaku dalam segukan tangisnya. Aku terkekeh meski tak urung air mataku ikut mengalir.

"Selamat menempuh hidup baru. Sekarang perjuangan kamu di mulai berdua bersama dia, imammu. Raih pahala sebanyaknya dan berbahagialah bersama dia," bisik ku tulus. Dan aku berharap tidak Meira, tidak pula tamu yang hadir untuk bisa menyadari ada segenggam luka dari getar suaraku.

"Kebersamaan kita mungkin nggak akan sesering dulu. Tapi aku, Senandung, akan tetap menjadi sahabat Meira, selamanya."

Isak tangis Meira semakin menjadi. Segera kuusap lembut punggungnya, mencoba sedikit menenangkan. Sungguh, aku nggak bermaksud membuatnya bersedih.

"Kamu bisa datang padaku kapanpun kamu mau. Tapi jangan suka kabur-kaburan dari rumah lagi kalau sedang ngambek," ingatku bernada canda.

"Atau ... aku beneran bakal pasangin GPS di setiap dalaman kamu," bisikku di ujung kalimat.

SENANDUNG (UP SETIAP SELASA DAN SABTU)Where stories live. Discover now