Dilema

2.3K 259 39
                                    

Ceramah Ilham ternyata masih berlanjut. Jino yang melambaikan tangan, ingin kembali memesan secangkir kopi digagalkan oleh Nolan yang menarik lengan pria itu.

"Sumpah gue ngantuk banget," ucap Jino yang memang terlihat sayu raut wajahnya.

Nolan jadi curiga. "Nggak yakin gue lo beneran nggak ngapa-ngapain semalem, kenapa bisa kurang tidur coba?" ucapnya.

Jino yang melengos tidak menanggapi ocehan sahabatnya. Pria itu menopang dagu dan kembali menatap Ilham yang sibuk mengunyah makanan. "Teruuus gue musti gimana, Ustad Ilham."

"Ya gimana, jalani aja lah," balas Ilham. "menikah itu kan menyempurnakan separuh agama, apapun yang kalian lakukan berdua akan menjadi pahala, bahkan hanya dengan berpegangan tangan aja dihitung pahala, apa lagi-" Ilham tidak melanjutkan kalimatnya." Ya intinya nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan," imbuh pria itu.

"Kasian juga Bini lo, dia masih muda, harus ninggalin kedua orangtuanya demi ngikutin lo dan malah nggak dihargai. Astaghfirullah, yang kaya begini nih, masuk neraka lewat jalur bayar cicilan." Nolan ikut memojokkan.

Jino menggosok keningnya yang terasa panas, dia benar-benar pusing dengan masalah yang ia hadapi saat ini. Dan yang lebih parah lagi dia masih belum bisa percaya bahwa dirinya sudah ada yang punya, yaitu Nara istrinya yang aneh luar biasa.

Seorang pria setengah berlari ke arah mereka, kemudian duduk di sebelah Ilham, siapalagi jika bukan Ojan. "Gilaaa maba tahun ini cantik-cantik banget, liat mereka gue jadi kepikiran pengen nikah muda," ucapnya yang mendapat sikutan dari Ilham.

"Kalo nikah mudanya sama cewek yang lo suka sih nggak masalah." Jino berkomentar.

"Istri lo kuliah di sini juga, kan? Kenalin si, yang mana orangnya," ucap pria bernama Fauzan penasaran.

"Nah bener tuh." Nolan setuju dengan usul sahabatnya.

Jino beranjak berdiri, merapikan barang-barangnya yang tergeletak di atas meja, pria itu bersiap untuk pergi. "Iya nanti gue kenalin," ucapnya.

Ilham dan Nolan ikut beranjak berdiri, membuat Ojan yang kebingungan lantas berkomentar. "Kalian mau kemana gue kan baru dateng, belum makan ini," ucapnya

"Gue ada rapat," ucap Jino, sebagai ketua Bem tentu dirinya selalu disibukkan dengan banyak kegiatan. Dan setelah ini mungkin dia akan melepaskan jabatannya, fokus pada kuliahnya yang sudah memasuki semester akhir.

Mau tidak mau Ojan ikut beranjak juga, namun pergerakan mereka terhenti saat tiga mahasiswa yang mereka tebak masih baru masuk ke dalam kantin.

"Nah, mereka itu maba yang gue ceritain, cantik-cantik banget gila." Ojan tidak henti-hentinya menggelengkan kepala.

"Beneran pengen nikah muda kalo liat yang begini gue juga." Nolan ikut berkomentar.

"MasyaAllah, ukhty." Ilham mengusap dadanya ketika melihat wanita berhijab di sebelah kiri.

"Yang tengah cantik banget si, tapi udah ditandain sama Randy. Kayaknya mereka saling kenal, nggak ada harapan. Gue sebelah kanan aja, manis juga kok." Ojan memilih sesuka hati.

"Yang berhijab cantik ya, Astagfirullah aa hilap." Ilham segera menundukkan pandangannya, namun kemudian melirik lagi. "Jika tatapan pertama adalah sebuah kenikmatan, makan lirikan berikutnya merupakan bisikan setan."

"Dan lo ngelirik dia lagi." Jino berkomentar.

"Ini salah setan, bukan gue," balas Ilham menegaskan.

"Jangan nyalahin setan buat nutupin kekurangan lo. Manusia itu takdirnya difitnah setan, bukan menfitnah setan." Jino mengingatkan.

Perfect Marriage (Tamat Di KbmApp) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang