Rencana

2.2K 271 26
                                    

Bujang tampan

Nolan W: Ji, lo jadi minjem duit?

Jino S: Nggak jadi, udah makan gue.

M Fauzan: Tadi si Sisil nyariin, udah ketemu?

Jino S: Lain kali kalo dia nyariin lagi, bilang aja nggak tau.

M Fauzan: Kalo Ojan tau gimana?

M Ilham I: ya pura-pura nggak tau lah.

M Fauzan: Ojan nggak bisa hidup dalam kepura-puraan.

M Ilham I: 😑😑😑

Nolan W: Lu makan siapa yang bayarin Ji?

M Ilham I: Bininya lah duit dia kan sama bininya.

Jino S: Gratis gue makannya.

Nolan W: Kok bisa?

M Ilham I: Cuci piring ya?

M Fauzan: pasti dia makan di warung padang samping kampus nih. 🤔

Jino S: Ko lo tau Jan?

M Fauzan: Soalnya di sono doang yang kasih hadiah makan gratis kalo berani bawa Istri plus pacar terus ngumpul satu meja.

Jino S: Nggak gitu konsepnya Ojaan.

M Ilham I: bukannya gratis makan buat anak yatim sama kaum dhuafa doang ya?

M Fauzan: oh berarti Bapak Jino termasuk ke dalam kaum dhuafa.

Jino S: Geblek si Ojan.

M Ilham I: Geblek si ojan 2

Nolan W: Geblek Si Ojan 3

M Fauzan: Lah dia kan bukan anak yatim, wah lu nyumpahin bapaknya mati lu ya.

M Ilham I mengeluarkan M Fauzan dari grup.

Nolan W: kok bisa nggak bayar Ji?

M Fauzan masuk menggunakan tautan.

M Fauzan: gue masih penasaran kenapa Bapak Jino bisa makan nggak pake bayar.

Jino S: Gue ketumpahan kuah rendang.

Nolan W: Haha kok bisa.

M Fauzan: apa Ojan juga harus dapet siraman kuah rendang juga biar bisa makan gratis.

M Ilham I: 😌😌

Nolan W: Siraman Rohani lu mah Jan.

"Bang, kamu jadi kan nganterin aku pulang ke rumah papa?"

Kalimat itu membuat Jino mengalihkan pandangannya dari layar hp, mereka kini berada di sebuah toko pakaian di dekat kampus, Jino yang duduk di sofa sudah mengganti kausnya dengan yang baru.

"Kenapa kamu nggak ganti baju?" Jino bertanya saat mendapati istrinya itu masih mengenakan celana jins yang kotor.

Nara mengusap lututnya, "Nggak usah lah, abis ini kan aku pulang," ucap gadis itu, dan kemudian teringat sesuatu. "Kamu jadi rapatnya?"

"Jadi, nanti abis nganterin kamu."

"Bareng sama Sisil?"

Pertanyaan itu membuat Jino tertegun, pandangannya mengarah pada sang istri yang sibuk melipat baju kotor miliknya untuk ia masukkan ke dalam kantong keresek, sepertinya gadis itu sengaja menghindari tatapan suaminya.

"Iya, kan dia juga panitia," ucap Jino, entah kenapa terdengar berat, gadis di hadapannya itu kemudian mendongak.

"Kalo emang aku jadi orang ketiga di antara kalian, nggak masalah kalo seandainya kamu mau mengakhiri hubungan kita, setidaknya kita sudah mencoba untuk bertahan."

Perfect Marriage (Tamat Di KbmApp) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora