Perasaan

3.3K 498 70
                                    

Sisil yang terlihat kesal kemudian menceritakan apa yang terjadi pada teman-temannya saat mereka sedang berkumpul di sebuah ruangan. "Ternyata Jino selama ini bohongin gue," ucapnya kecewa.

"Ya terus, lo sekarang mau apa?" Luna, sahabat gadis itu kemudian bertanya, "lo kan udah putus sama Jino, mau marah pun percuma," imbuhnya.

Itu yang Sisil rasakan saat ini, dia  begitu marah saat mendapati pria yang sekarang ini menjadi mantan kekasihnya ternyata telah berdusta, gadis itu ingin sekali mendatangi Jino dan menumpahkan kekesalannya, tapi dengan statusnya saat ini, dia bisa apa. "Gue nggak mau putus," rengeknya nyaris menangis.

Luna menghela napas, "kadang suami orang emang lebih menggoda ya Sil, harusnya lo buka mata, di luar sana bnyak cowok yang nungguin lo tau nggak," ucapnya.

Sisil menggeleng, "gue mau Jino," ucapnya benar-benar nyaris menangis, membayangkan apa yang pria itu lakukan setiap malam bersama istrinya dia benar-benar tidak terima. "Gimana pun juga gue lebih dulu kenal sama dia, gue terlanjur sayang banget sama dia."

"Sadar Sil, lo tuh nggak pantes kaya gini, lo cantik, banyak banget cowok yang mau sama lo." Luna mengguncang bahu sahabatnya, tidak habis pikir dengan gadis itu yang benar-benar sudah dibutakan oleh cinta, dan parahnya pada orang yang salah juga. Melihat sahabatnya itu kembali menggelengkan kepala membuat Luna kemudian menghela napas.

"Gue masih belum rela Jino jadi milik wanita manapun selain gue, nggak bisa."

***

"Tutorial cara menghilangkan bekas cup*ang." Delila mendapat sikutan di lengannya saat mengeja kalimat yang dia ketikkan pada kolom pencarian Google.

"Jangan kenceng-kenceng gue malu." Nara yang duduk di sebelahnya kemudian mengomel. Mereka berkumpul di kantin kampus yang mulai sepi, pasalnya acara yang diselenggarakan malam ini sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu, dan Nara masih enggan bergabung karena malas bertemu dengan suaminya itu.

"Biarin aja sih nggak usah ditutupin, maha karya itu namanya Ra, etapi aku jadi penasaran gimana cara kalian melakukannya sampe kaya gitu, duh jadi ngebayangin." Kanaya tertawa saat melihat sahabatnya yang begitu kesal ketika digoda. Dan cubitan di lengan ia dapatkan dari wanita yang sudah memerah raut wajahnya.

Nara berdecak, belum sempat menanggapi Delila lebih dulu bersuara, gadis itu menyodorkan ponselnya.

"Kenapa yang muncul malah ikan ya?" Delila bertanya kebingungan.

Kanaya tertawa saat melihat layar ponsel gadis itu, "Iya itu ikan yang lagi viral," ucapnya.

"Terus ini aku gimana dong nutupinnya." Nara kembali melirikkan pandangannya pada cermin yang ia genggam, memperhatikan bagian leher yang masih terlihat samar meskipun sudah ditutup dengan bedak yang dia bawa.

Kedatangan Jino yang berjalan ke arah mereka membuat Delila memberikan isyarat pada sahabatnya yang kemudian menoleh.

"Kalian nggak ikut acara? ditungguin loh," ucap Jino saat sudah berdiri di sebelah meja panjang yang istri juga teman-temannya duduki.

Kanaya dan Delila saling berpandangan, kemudian beranjak berdiri, "Iya, Kak. Kita duluan ya," ucap salah satu dari mereka.

Nara juga ikut beranjak berdiri dan bersiap untuk pergi, namun pria berstatus suaminya itu meraih lengannya kemudian menahan untuk tetap berada di sini.

"Kamu ke mana aja si?" Jino bertanya dengan sedikit mencondongkan kepala saat wanita di hadapannya itu terus menunduk. "Ada apa?" imbuhnya kemudian yang tidak juga mendapat tanggapan.

Nara mendongakkan wajah, menatap pria di hadapannya itu tanpa berbicara, dan pandangan Jino yang mengarah pada lehernya membuat dia tidak lagi bertanya.

Perfect Marriage (Tamat Di KbmApp) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang