Menyebalkan

2.1K 281 28
                                    

Nara yang terlambat dengan takut meminta maaf pada kakak tingkat yang tengah membacakan daftar Nama peserta di lapangan, dan yang membuat dirinya terharu ternyata kakak itu justru membiarkannya ikut bergabung dengan teman-temannya tanpa melewati hukuman.

"Kayaknya kakak itu tau deh lo bininya Kak Presiden Bem, makanya nggak dihukum." Delila berbisik saat Nara sudah duduk di sebelahnya.

Nara belum sempat menanggapi, masih merasa senang karena dia ternyata diistimewakan, dan sikutan dari Kanaya di sebelahnya lebih menarik perhatian gadis itu.

"Suami kamu ngobrol sama pacarnya kan ya?" Kanaya mengadu.

Mendengar itu Nara kembali menoleh ke parkiran, menyaksikan sang suami dengan kekasihnya yang bak sinetron India kejar-kejaran, hanya saja kurang dengan backgroun hujan yang sayangnya cuaca begitu panas. "Biarin aja," ucap Nara kemudian mengacungkan telapak tangannya dengan semangat. "Selagi cincin kawin tidak lepas dari jari manis ini, aku masih sah jadi istri dia," ucapnya terdengar masa bodoh.

"Eh, cincin kawin emak gue yang udah dijual gimana dong, apa emak gue jadi janda, padahal bapak gue masih ada." Delila menanggapi.

Kanaya yang semula ikut bersemangat dengan ketegaran Nara jadi memutar bolamatanya malas atas tanggapan si lemot Delila, "itu kan cuman kiasan lah Del," ucapnya gemas.

"Mohon perhatian!!"

Seruan itu membuat ketiganya menoleh ke arah depan, seseorang yang Nara kenali sebelumnya tampak berdiri menatap kerumunan, dan sikutan dari gadis bernama Kanaya kembali Nara rasakan di lengan yang sama seperti sebelumnya.

"Ciee mantan," goda Kanaya, yang tahu betul dengan kisah romansa antara dirinya dengan pria itu saat masih Sma.

"Eh, emang pernah jadian?" Pertanyaan Delila terlalu menohok bagi Nara, dan ia memilih untuk tidak menanggapinya.

Randy adalah kakak kelas saat Sma, tidak ada ikatan pacaran di antara mereka, hanya saja Kedekatan keduanya tidak dapat dikatakan sebagai teman biasa, dan saat Randy lulus, tidak ada lagi kabar tentang pria itu sampai ke ponsel Nara, hingga kemudian di kampus barunya ini, mereka ternyata kembali berjumpa. Oh siyal.

"Tadi Kayaknya ada yang telat masuk barisan, nggak adil dong kalo yang lain dihukum tapi dia sendiri nggak." Pria bernama Randy berucap tenang.

Nara terkejut, bisa-bisanya pemuda itu mempermasalahkan sesuatu yang bahkan sudah tidak jadi masalah untuk yang lain, rasanya dia ingin menangis.

Saat Nara beranjak berdiri karena mendapat tatapan memojokkan dari peserta yang lain, gadis itu mendengar Randy tampak berdebat dengan kakak tingkat yang sesaat tadi meloloskan hukuman untuknya, dan tentu saja Randy yang memang membela kebenaran terlepas kesalahan itu diperbuat oleh sang mantan atau kekasih pujaan, pemuda itu tampak menjunjung tinggi keadilan, siyalaan.

Nara mendekat, keduanya saling berhadapan, gadis itu dapat melihat Sorot kerinduan dari pria di hadapannya, namun tentu saja dia tidak mau menanggapinya, bukannya geer, soalnya kemarin pemuda itu sempat meminta nomor ponselnya, dan dia tidak memberikannya begitu saja.

Kedatangan pemuda yang disebut-sebut sebagai kakak tingkat paling tampan membuat perhatian calon maba -alias mahasiswa baru, terlebih yang wanita tampak mengalihkan perhatian.

"Kak Jino!!" Teriakan itu berasal dari salah satu calon mahasiswi di belakang Nara, dan langsung mendapatkan surakan.

Nara tersenyum pada pemuda yang tidak semua orang tau bahwa dia adalah suaminya, kali ini mungkin dirinya akan terbebas dari masalah, begitu pikirnya.

Randy tampak menghormati Jino dengan menanyakan apakah Nara mendapat hukuman atau tidak, karena menurut gosip mengatakan gadis itu adalah istrinya, namun sebenarnya Randy belum sepenuhnya percaya, lebih tepatnya, menolak untuk percaya.

Perfect Marriage (Tamat Di KbmApp) Where stories live. Discover now