28. H-1

11.9K 1K 190
                                    

4 tahun kemudian..

Selama itu ia bergulat dengan dirinya sendiri, mencoba menerima kenyataan, mencoba untuk tidak menjadi orang pendendam, mencoba untuk tidak egois, dan selama 4 tahun ini semua telah berubah.

Kicauan burung dan cahaya matahari pagi hari yang cerah berhasil menembus ruangan kaca milik pasangan pasutri ini dan membangunkannya.

Si manis menggeliat dengan nyaman di ranjang. Perlahan matanya sedikit terbuka, lalu disambut dengan wajah tampan si dominan.

Ia tersenyum hangat "pagi sayang"-sapanya kepada si manis.

"Pagi juga kak"

"Masih belum diganti?"

"Apanya?"

"Namaku"

"Kenapa?"

"Beri aku nama juga seperti aku memberinya padamu, atau paling tidak panggil aku sayang juga"

"Pabo!"

Si dominan menyentil pelan bibir si manis.

"Kasar"

"Tidak"

"Iya! Jangan bicara seperti itu, orang manis sepertimu tidak pantas mengatakannya"

Si manis terkekeh pelan lalu mendusal dada si dominan.

Nyaman katanya.

Padahal si dominan telanjang dada.

Tidak masalah. Toh mereka berdua juga sudah menjadi suami istri.

"Kenapa?"-tanya Jeno pelan.

"Tidak ada"-balas Jaemin sambil geleng-geleng di depan dada Jeno yang membuat ia kegelian.

Jeno mengusap Surai lembut milik Jaemin "kau tau tidak?"

"Tidak"

"Aku belum mengatakannya"

"Oh hehe, katakan"-balas Jaemin sambil terkekeh pelan.

Jeno bahagia, ekspektasi nya mengenai Jaemin setelah mendengar bahwa kandungan Jaemin gugur ia akan marah, emosi, lalu meninggalkan Jeno dengan rasa bersalahnya.

Tapi pikiran Jeno seperti itu jauh lebih diluar dugaan dengan apa yang terjadi sekarang.

Awalnya memang seperti itu, tapi itu tidak bertahan lama. Jeno tahu Jaemin belum sepenuhnya menerima fakta bahwa ia kehilangan anaknya tapi ia berusaha keras untuk terlihat bahagia.

Karena setelah dipikir-pikir lagi, mau semarah apapun, mau sebenci apapun, mau menangis sampai kapanpun anaknya tidak akan pernah kembali lagi. Jadi untuk apa sedih terlalu larut? Bukankah itu malah membuat diri kita semakin down?

Jeno diam, Jaemin heran karena suaminya tak kunjung mengatakan apapun.

Ia pun mendongak menatap wajah tampan Jeno, tapi Jeno malah menyambar bibir milik Jaemin.

Sedikit lama.

Jeno menyesap bibir bawah Jaemin dengan lembut. Jaemin terbuai oleh ciumannya.

Beberapa detik kemudian Jeno melepasnya lalu tersenyum ke arah Jaemin.

"Aku sayang LeeLee"

Pipi Jaemin seketika memanas. Padahal sudah beberapa kali Jeno memanggil namanya itu, tapi kenapa dia salting sekarang?

"Nana juga sayang kakak"

Jeno mencebikkan bibirnya "ck, berikan aku nama juga!"

"Nama untuk apa?"

recurrent [nomin] ✓Where stories live. Discover now