HANCUR #2

131 26 53
                                    

Jika aku bisa mengulang waktu, aku ingin seperti dulu karena bagiku kenangan lebih berarti daripada kekecewaan yang sekarang terjadi.

__ Sediakan tissu jangan lupa__

          Happy reading..

Vio membuka matanya, ia menatap alam yang cerah. Namun tidak baginya, bagi Vio semuanya terasa mendung, sunyi. Ia kemudian menatap nanar kembali foto yang masih ia genggam erat dari semalam. Ia sekarang berjalan gontai menuju kamar mandi, untuk berangkat ke sekolah yang tidak ada artinya lagi baginya.

"Mama gak kangen sama Vio ya?"

"Vio anaknya nakal?"

"Vio salah apa sama mama?"

gadis itu tersenyum miris sambil menatap cermin di depannya, kemudian ia menggendong tasnya dan segera turun dengan langkah gontai.

Di meja makan sudah ada om Ferdi dan tante Lina, tante Vio yang jauh berbeda dengan Intan. Sekarang saja perempuan itu sedang menatap sinis padanya.

Vio menunduk, kemudian duduk di kursi makan. Berhadapan dengan om Ferdi yang tengah melahap nasi gorengnya.

Vio memberanikan diri untuk menatap pamannya, ia menghirup napas panjang.

"Om, mama Intan kapan pulang?"

Preng.

Vio terkejut saat om Ferdi menjatuhkan piringnya ke sembarang arah kemudian digantikan tatapan sinis dari om nya.

"Sudah berapa kali om bilang! Gak usah bahas soal Intan!" ucap om Ferdi.

Vio hanya bisa menunduk, kenapa selalu saja begini jawabannya saat dirinya mengatakan tentang Intan kepada om nya.

"Heh, lagian kamu kenapasih? Saya sekarang istrinya om kamu! Bukan Intan!" ucap Lina ikut-ikutan.

"Kenapa om selalu marahin Vio kalo Vio tanya tentang mama Intan?" Vio berusaha untuk membuka suara, ia sekarang terlihat ingin sekali tau keberadaan mamanya. Meskipun Intan memang hanya tantenya, bukan mama sebenarnya.

"Kenapa? Karena om udah punya istri! Dan sekarang yang harus kamu turutin adalah mamah Lina bukan mama Intan!" bentak om Ferdi.

Tes.

Satu air bening mulai jatuh di mata Vio, matanya memanas dan hatinya seakan beberapa kali mengalami rasa sakit ini. Kenapa ia selalu sedih? Kenapa kebahagiaan tak kunjung menghampirinya?

"Tapi Vio sayang sama mama Intan, Vio cuma mau tau dimana mama Intan." balas Vio mulai sesegukan.

Om Ferdi menghampiri Vio yang tengah menatapnya, kemudian saat itu juga ia menampar pipi Vio dengan keras. Tak ada lagi yang namanya Kebahagiaan untuk Vio saat ini.

Plak.

"Om tampar Vio? Gak papa om tampar aja, Vio cuma pengen tau dimana mama Intan, udah cuma itu aja kok om." ucap Vio lirih kemudian ia beranjak lari menuju keluar masih dengan air mata yang membasahi pipinya.

Vio berjalan dengan sesegukan, ia tak peduli dirinya sekarang ada dipinggir jalan. Ia tak peduli semua orang yang sedang berkendara menatapnya, biarkan semua orang tau bahwa dirinya adalah orang yang paling rapuh dan orang yang tak akan mempunyai kebahagiaan lagi.

"Mama, Vio kangen." lirih Vio, suaranya memelas. Ia mengusap air mata yang terus mengalir, rasanya ia sudah tidak tahan dengan semua ini.

"Mama kangen gak sama Vio?"

"Mama dimana?"

Vio terus berkata seperti itu, hampir setiap hari ia mengatakannya atau bahkan satu jam sekali ia berkata seperti itu. Gadis itu masih terus terisak, namun detik kemudian ia mengusap air matanya dan menatap jam yang tertempel di tangannya.

HANCUR Where stories live. Discover now