HANCUR #3

94 26 61
                                    

Kehadirannya sedikit membuatku tenang, apakah dia malaikat yang diturunkan khusus untukku?

__ sediakan tisu?__

          Happy reading all..

"Em, cantik kamu kenapa nangis?" ucap Reyhan menautkan kedua alisnya.

Vio menunduk, ia memejamkan matanya sebentar kemudian menghela napas pelan.

"Cantik? Pertanyaan aku gak bisa kamu jawab ya?" lagi-lagi Reyhan membuka suara, pria itu kemudian tersenyum tipis.

"Yaudah, gak papa kok kalo kamu gak bisa jaw-"

"Mama." seketika gadis yang sekarang tengah menunduk berbicara lirih, membuat omongan Reyhan terpotong. Reyhan membelalakan matanya. Mama? Apa sekarang gadis itu sedang merindukan ibu nya? Apakah pertanyaannya salah? Pikir Reyhan.

Tes.

Rasa sesak mulai menghampiri Vio, mungkin menurutnya hanya air mata yang bisa mencurahkan seluruh rasa sakitnya. Bahkan tanpa ia suruh pun, air mata pasti akan selalu menemaninya.

Reyhan sedikit merasa bersalah sekarang, bukan apa-apa tapi karena dirinya telah membuat gadis yang ada dihadapannya ini menangis kembali, padahal tadi ia telah bilang bahwa ia sangat tidak suka melihat seorang perempuan menangis.

Kali ini Reyhan mendongakan kepala gadis yang sekarang tengah terisak itu dengan menangkupkan kedua tangannya pada pipi Vio, manik matanya menatap gadis itu penuh arti.

"Cantik, kamu punya masalah? Kamu bisa cerita sama aku. Aku siap jadi tempat curhat kamu." ucap Reyhan mencoba untuk menenangkan Vio yang masih terisak.

"Vio, Vi- Vio." gadis itu masih terisak, ucapannya pun terbata-bata akibat isakannya.

"Yaudah, kamu tenangin dulu diri kamu ya cantik." ucap Reyhan melepas kedua tangkupan tangannya di pipi Vio, kemudian Vio segera mengusap air matanya dan mulai mengatur napasnya.

Vio menatap Reyhan lekat, tatapan keduanya kini saling beradu.

"Apa Vio gak berhak buat dapet kebahagiaan?"

Pertanyaan itu membuat Reyhan terdiam, rasanya pertanyaan itu terlalu menohok. Kenapa gadis itu menanyakan tentang kebahagiaan?

"Maksudnya?" tanya Reyhan.

Vio menghela napas pelan, ia kemudian tersenyum miris.

"Vio emang lemah, Vio emang udah rapuh." ucapnya.

Lagi-lagi Reyhan dibuat bingung, ia semakin tidak mengerti apa yang dikatakan oleh gadis ini.

"Cantik, kok kamu bilangnya gitu? Semua orang itu berhak buat dapet kebahagiaan, termasuk kamu." ucap Reyhan mencoba menenangkan.

Vio menggelengkan kepalanya pelan, lagi-lagi air matanya luruh begitu saja.

"Tapi Vio udah rapuh, semuanya udah hancur."

Reyhan tersenyum tipis, rasanya ia juga ingin menangis sekarang. Namun dirinya harus terlihat kuat, meskipun ia tahu bahwa gadis yang sekarang ada dihadapannya ini terlihat sangat sedih.

"Gak ada yang namanya rapuh, gak ada juga yang namanya hancur. Cantik, kamu harus kuat jalani hidup ini, kamu gak boleh nyerah." ucap Reyhan.

Vio kemudian menghapus air matanya dan menatap Reyhan.

"Vio gak punya kebahagiaan, dan selamanya Vio gak akan pernah bahagia, karena-" Vio menggantung kalimatnya, ia memalingkan wajahnya dari tatapan Reyhan.

"Karena orang yang sangat Vio sayang malah tinggalin Vio."

Tes.

Sudahlah, Vio terlalu rapuh untuk hal ini. Dirinya telah hancur dengan semua ini. Untuk apa dirinya ada di dunia ini jika hanya untuk bersedih? Untuk apa dirinya masih bertahan jika orang yang sangat ia sayangi malah meninggalkannya tanpa kabar?

HANCUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang