HANCUR #4

97 24 35
                                    

Terimakasih telah membuatku sedikit tenang. Mampukah kamu tetap bersamaku hingga nanti?

__ setetes ketenangan__

Happy reading..

Hari ini matahari telah terbit dengan sinarnya yang cerah membuat seorang gadis mendongakan kepalanya yang tadinya tenggelam di lipatan kedua tangannya. Gadis itu menatap langit yang cerah dengan tersenyum miris, entah sampai kapan dirinya akan seperti ini, terlihat rapuh.

Gadis itu segera berdiri, ia meraih pintu depan pelan dan membukanya. Tak ada siapapun disana, ini adalah kesempatannya untuk bersiap berangkat sekolah, bagaimanapun dia tidak ingin bolos, ia tidak ingin mengecewakan mama Intan, katanya.

Gadis itu segera menaiki tangga dan segera meraih pintu kamarnya. Sepertinya hari ini ia beruntung, sedari tadi ia tidak melihat Om Ferdi dan Mamah Lina dimanapun. Apakah mereka belum bangun? Entahlah. Yang sekarang ia pikirkan hanya satu, mandi dan berangkat menuju sekolah yang menurutnya sama-sama tempat yang mengecewakan. Sama hal nya seperti rumah.

"Ma, Vio kangen sama mama."

"Ma, Vio selalu kangen sama mama."

"Mama dimana? Mama gak kangen ya sama Vio?"

"Mama gak sayang lagi ya sama Vio?"

"Ma, ayo ucapin selamat ulang tahun buat Vio. Vio harap mama datang ke rumah dan ngucapin itu ya ma, Vio kangen."

Tes.

Lagi-lagi Vio meneteskan air matanya, entah untuk keberapa kalinya. Ia telah memakai seragam lengkap dan tengah memegang foto mama nya. Ya, seperti yang ia katakan, sekarang dirinya berulang tahun. Tepatnya ke-16 tahun. Dirinya telah tau bahwa setiap ulang tahun pasti hanya ada kesedihan, bahkan selama 7 tahun tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya, cukup hanya dirinya yang mengatakan itu. Tak ada seorang pun lagi yang mengatakannya. Pasti nanti malam ia akan meniup sebuah lilin sendirian. Sendirian!

Vio berjalan gontai menuju lantai bawah dengan isakan kecilnya, ia melihat seorang perempuan yang tengah sarapan sendiri di meja makan. Namun ia tak peduli, dirinya sangat ingin mencurahkan isi hatinya saat ini juga. Tapi pada siapa? Apakah ada orang yang siap mendengarkannya? Owh ya, dia teringat akan seseorang yang baru saja ia kenal kemarin. Reyhan Shidqi Savero, nama yang menurutnya unik. Dan tentu saja ia akan menepati janji nya kemarin, nanti sore dirinya pasti akan ke Pantai untuk menemui pria itu.

"Ekhem, mau kemana lo?" ucap Sanya, anak dari mamah Lina.

Vio membalikan badannya dengan lesu, ia buru-buru mengusap pipinya agar air mata nya tidak terlihat oleh Sanya.

"Aku mau berangkat sekolah kak." jawab Vio.

"Gak sarapan dulu lo? Tumben, terus lo naik apa ke sekolah?" tanya Sanya.

Vio menggelengkan kepalanya dan tersenyum miris kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Owh ya lo gak diberi uang jajan ya sama papah dan mamah?" ledek Sanya.

Vio kembali menatap Sanya kemudian ia menatap lurus kembali, tak ingin ada perdebatan terjadi.

"Dasar anak gak berguna!"

Jleb.

Kenapa setiap kata itu yang dikeluarkan oleh siapa saja dan mengenai dirinya selalu menyakiti hati nya? Apa ia pantas diperlakukan seperti ini? Sudahlah tidak perlu dibahas.

Vio segera berlari menyusuri jalan, belum sarapan bukan alasannya untuk tidak sekolah. Lagi pula ia telah biasa dengan hal itu, sejak mama Intan pergi entah kemana dirinya tak pernah peduli dengan kesehatannya.

HANCUR Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt