HANCUR #8

52 16 16
                                    

Katakan sejujurnya, apa memang akan ada pelangi setelah hujan yang begitu deras? Aku hanya meminta setitik pelangi itu, aku juga ingin merasakan kebahagiaan seperti yang orang lain dapatkan..

       __ Viola Aurelia __

SELAMAT!

Disini hanya Mengandung sedikitbawang merah dan bawang putih wkwk..^^

Sediakan tissue nya dikit aja lah buat chapt ini ^^

Semoga fell nya dapet, amiiin..

__ Vote and coment __

"Ma, pa, Vio kangen- hiks."

Beginilah keadaan sekarang, rapuh, berantakan, bahkan hancur. Itu yang dirasakan Vio sekarang, gadis itu masih menenggelamkan wajahnya dengan suara isakan yang tertahan. Ia hanya tidak ingin jika om nya dapat mendengar suara isakan nya, ia tidak ingin om nya marah hanya karena dirinya telah tau kebusukan om dan mamah Lina.

Vio mulai menyeka air matanya, dirinya berjalan menuju meja belajarnya. Menatap foto wanita paruh baya.

"Ma, mama Intan kemana? Kenapa disaat Vio sendiri mama Intan malah pergi ninggalin Vio di rumah? hiks."

"Jadi waktu di pantai itu, itu beneran mama? Kenapa mama lari? hiks."

"Mama udah gak sayang sama Vio ya? Vio kangen, hiks. Vio kangen sama mama Intan."

Suara isakan tangis gadis itu mulai memecah, tidak! Dirinya memang bukan gadis yang kuat dengan hal ini. Sekali lagi, dia hanya gadis biasa yang lemah dengan semua ini.

Sudahlah, hari mulai sore. Langit berwarna jingga pun mulai muncul. Vio, gadis yang sekarang tengah duduk di meja rias, bercermin setelah dirinya membersihkan diri di kamar mandi. Lihat saja, matanya pun masih lebam. Ia kira sikap om nya memang telah berubah, namun ternyata sama saja seperti dulu.

"Vio harus kuat! Vio gak boleh nangis terus!" gumam dirinya dengan sebuah senyum miris.

Vio tau, dirinya memang rapuh jika harus disangkutpautkan dengan keluarganya, tapi ia juga tidak boleh terlalu sedih meskipun memang seperti ini keadaannya, mama kandung dan papah kandungnya belum ditemukan, bahkan jejak mereka tidak Vio ketahui. Dan mama Intan? Wanita yang ia anggap seperti mama kandungnya telah ia temui namun tak bisa ia peluk.

Tid.. tid..

Motor sport berwarna merah itu memasuki area rumah Vio, pria itu melepaskan helm full face nya. Dia, Reyhan Shidqi Savero.

Bingung? Pasti. Pasti kalian bingung akan hal ini. Mengapa seorang Reyhan bisa tau alamat rumah Vio? Padahal waktu itu ia tidak sempat mengikuti mobil yang didalamnya terdapat Vio. Bukan! Reyhan bukan laki-laki yang pusing dengan masalah itu. Pria itu bisa saja menyuruh temannya.

Waktu itu memang Reyhan berniat menanyakan alamat rumah Vio kepada teman lama se-SMP yang sekarang bersekolah di SMA Bintang Negara, sekolah yang sama dengan Vio. Meskipun Reyhan tau temannya itu - panggil saja Adit - adalah seniornya Vio. Tapi karena Adit adalah anggota dari OSIS di SMA Bintang Negara, ia pasti tau alamat rumah dari seluruh siswa siswi di sekolah itu.

Dan sekarang, alasan Reyhan tau rumah Vio adalah karena ia baru tau tadi siang. Ya, ingat? Dirinya yang mengantar Vio pulang dan karena itu ia tau rumah Vio dan tidak jadi menanyakan alamat rumah Vio kepada Adit- teman lamanya.

Reyhan, pria itu telah berdiri di depan rumah besar iti, rumah milik Vio namun lebih tepatnya milik om nya Vio, Om Ferdi.

Vio segera menatap ke arah jendela dari jauh, siapa? Mungkin saja ada tamu? Vio segera berjalan menuruni anak tangga, ia melihat kak Sanya yang sedang asyik bermain game dengan airphone di kedua telinganya.

HANCUR Where stories live. Discover now