Part 2: Cincin Ajaib

12.8K 2.7K 186
                                    

Yuhuuuuu! Update lagi teman-teman😍😍❤️


Mau info aja, 1 chapternya kan dikit jadi agak lambat gitu ya momen-momennya hehe tapi ini kan baru awal2 jadi penjelasannya pun bertahap😍😍 manis2 asem pahit juga bertahap wkwk

Mau info aja, 1 chapternya kan dikit jadi agak lambat gitu ya momen-momennya hehe tapi ini kan baru awal2 jadi penjelasannya pun bertahap😍😍 manis2 asem pahit juga bertahap wkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Glowena dan Medina masih mencerna cerita Ilzksarion. Katanya laki-laki itu sedang berdiri di pinggir sungai, lalu melihat seorang perempuan cantik. Ingin percaya tapi memangnya Ilzksarion Jaka Tarub? Sungguh mustahil sekali cerita bodoh ini. Glowena sampai bertanya berulang kali, apakah Ilzksarion mencuri selendang gadis itu, tapi Ilzksarion bingung apa itu 'selendang'. Glowena pun mencari cara supaya dia bisa mengungkap identitas palsu Mas Sapi yang sedang cosplay jadi karakter antagonis.

Setengah jam berlalu, Glowena menyerah. Bukan karena menyerah Ilzksarion terus menceritakan kenapa laki-laki itu bisa sampai di sini. Well, Ilzksarion cerita kalau perempuan itu menusuknya dan menjatuhkannya ke dalam hilir sungai. Cerita laki-laki itu terkesan bodoh. Apa perempuan itu secantik Dewi Yunani? Kemudian, Ilzksarion berkata jika dia tiba-tiba berada di kota asing ini. Glowena masih tidak percaya, tapi bekas luka di sekujur tubuh Ilzksarion yang disebabkan bertarung dengan lawannya membuat Glowena terpaksa percaya.

"Glow, lo masih inget chapter 150 nggak sih?" Medina bertanya. Glowena menggeleng. "Di sana tertulis Pangeran Ilzksarion diramalkan meninggal di tangan seorang perempuan. Apa lo lupa? Terus peramalnya dipenggal deh sama pangeran antagonis ini," lanjut Medina berbisik.

"Saya meninggal di tangan perempuan?" tanya Ilzksarion, membuat Medina dan Glowena tersentak kaget.

"Kok... dia bisa dengar omongan yang lo bisikin sih?" Glowena terheran-heran. Namun, detik berikutnya dia menjentikkan jari teringat sesuatu. "Baru inget Pangeran Varsavi diberkahi pendengaran yang tajam banget. Lo bisik-bisik aja bisa kedengeran. Tapi dia nggak bisa baca pikiran. Apa kita ngomong pakai telepati aja?" kata Glowena pelan kepada Medina.

"Lo pikir gue bisa baca telepati! Gila kali!" tolak Medina.

"Kalian bahas apa? Kenapa tadi sebut saya mati di tangan perempuan?" tanya Ilzksarion. Belum menyerah sebelum dapat jawaban. "Saya juga menunggu jawaban kamu secepatnya. Saya nggak suka menunggu terlalu lama."

Kedua alis Glowena terangkat sempurna. Sementara itu, Medina terbengong-bengong. Mereka berdua masih tidak percaya. Apa mereka sedang bermimpi?

"Mas, bentar. Saya diskusi dulu sama Mama Medina," kata Glowena. Dia menarik Medina keluar dari ruang inap dan memilih menjauh karena takut kedengaran telinga pangeran negeri komik itu.

Setelah cukup jauh, Glowena mengatur napas yang terengah-engah akibat jalan cepat. Dia memilih duduk di bangku taman.

"Gue nggak paham soal batu warna itu. Apa yang gue lewatin?" tanya Glowena kepada Medina.

I Save The Prince (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now