Part 7: Kembaran

8.5K 2.2K 194
                                    

Yuhuuuuu update lagi! ^^

Yuk, kalau komennya sudah mencapai 90 bakal aku lanjut lagi besok❤️❤️

Yuk, kalau komennya sudah mencapai 90 bakal aku lanjut lagi besok❤️❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oksigen yang dihirup Glowena semakin menipis setiap detiknya. Berusaha memukul tangan Ilzksarion, tapi gagal. Tenaga laki-laki itu lebih kuat dari biasanya. Kilat tajam dan hawa membunuhnya begitu kuat. Glowena ketakutan. Air matanya sampai menetes membasahi pipi, berharap Ilzksarion melepas cekikannya.

"Jawab! Kamu yang menusuk saya, kan?" Ilzksarion mengulang pertanyaan yang sama.

"Bu-bu-bukan...," ucap Glowena terbata. Bersusah payah dia bersuara dan bicara. Lehernya terasa akan remuk sebentar lagi.

Di sisi lain, Medina baru saja masuk ke dalam apartemen Glowena setelah berhasil membuka pintu karena sudah menghafal kode sandinya. Begitu masuk dia berteriak kencang. "Glow! Glow, lo harus lihat ini!" Namun, tak ada jawaban. Segera dia berlari menuju kamar dan memekik kaget melihat yang terjadi. "Astaga! Pangeran!"

Medina berlari cepat. Ilzksarion tidak menoleh sedikitpun meski dia sudah berteriak. "Mas Varsavi, tolong lepasin. Mas!"

Sekuat tenaga Medina berusaha melepas, tapi yang didapat adalah dorongan dari laki-laki itu hingga dia jatuh. Medina bingung. Dia menjadi kalut karena wajah Glowena terlihat membiru. Cekikan tangan Ilzksarion tampak kuat hingga menunjukkan urat-uratnya. Dia bingung saat Glowena menangis tanpa henti, dan tubuhnya gemetar hebat.

"Pangeran Varsavi! Hentikan!" teriak Medina lagi. Namun, diabaikan. Akhirnya tidak ada cara lain. Dia mengedarkan pandangan mencari barang yang bisa digunakan untuk memukul laki-laki itu.

Ketika hendak melayangkan lampu meja yang dia pilih, tiba-tiba cahaya dari kalung Ilzksarion dan cincin yang dipakai Glowena menampakkan cahaya. Sontak, Medina mengurungkan niatnya ketika Ilzksarion mulai mengendurkan cekikan.

"Glowena?" Ilzksarion langsung menarik tangannya, membuat Glowena jatuh tersungkur terbatuk-batuk.

Medina meletakkan lampu di atas meja kecil ruang kamar Glowena, lalu menghampiri sahabatnya yang menangis dengan tubuh gemetar. "Glow...,"

"Glowena, saya––"

"Mas, tolong keluar dulu. Glowena takut," potong Medina.

Ilzksarion menuruti permintaan Medina, meninggalkan gadis itu bersama Glowena. Perasaannya tiba-tiba tidak tenang. Entah bagaimana cahaya dari kalungnya segera mengingatkannya akan beberapa momen bersama Glowena di sini. Kalung yang dia pakai seolah membantunya.

I Save The Prince (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now