Chapter 48 | Kebahagian Sekaligus Kesedihan

3K 146 0
                                    

~Unconditional~

Katy Perry

.

.

.

'Aku ingin mencintaimu, tanpa adanya rasa takut.'
_______________

Semua mata memandangi Sean dan Auristela yang berjalan keluar ruangan. Athena menatap Auristela tidak suka. Apa Auristela tipe wanita yang tidak peka? Seharusnya Auristela menjauhi Sean. Bukankah Auristela mengetahui ada sesuatu diantara Sean dan Athena? Walaupun sesuatu diantara Sean dan Athena itu sebuah kebohongan, tapi setidaknya Auristela tidak mengambil pria yang disukai Athena.

 Bukankah Auristela mengetahui ada sesuatu diantara Sean dan Athena? Walaupun sesuatu diantara Sean dan Athena itu sebuah kebohongan, tapi setidaknya Auristela tidak mengambil pria yang disukai Athena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean membawa Auristela ketaman belakang rumah Albert. Mereka duduk di atas rerumputan berwarna hijau. "Tidak seharusnya seperti ini, Sean." Sean mengernyitkan dahinya bingung. Apa maksud dari ucapan Auristela?

"Ini tidak benar." Auristela tersenyum kecut. Matanya berbinar kala menatap dalam mata hijau milik Sean.

"Apa maksudmu?" bingung Sean.

"Kau dan Athena punya suatu hubungan. Dan sebagai temannya, tidak seharusnya aku ada di sini, berdua denganmu, berada diantara dirimu dan Athena. Itu tidaklah baik. Athena akan bersedih jika ta—" Jari tulunjuk milik Sean menempel pada bibir Auristela, sehingga membuat wanita itu tidak bisa menyelesaikan ucapannya. "Itu semua sebuah kebohongan. Aku dan Athena itu tidak ada," ujar Sean.

"Apa maksudmu?! Kemarin aku mendengarnya sendiri."

Sean menatap dalam mata biru milik Auristela. Terjatuh dalam pada mata biru itu. "Kau. Bukan Athena." Sedetik kemudian, Sean mencium bibir Auristela lembut. Auristela menyambut ciuman Sean. Menikmati kenikmatan yang Sean beri. Tangan Auristela mengalung di leher Sean. Sean terus memperdalam ciumannya. Terus, terus, terus, hingga Auristela membutuhkan oksigen.

Auristela menarik napasnya dalam. Hidung mancungnya dan hidung mancung milik Sean saling berdekatan. Deru napas keduanya terdengar di telinga. Kening mereka saling bertempelan. "Berikan aku warna cerah yang dimilik pelangi. Bimbing aku menuju cahaya dunia. Bawa aku pada rasa bahagia. Tetap bersamaku. Yakinkan aku, Auristela. Buktikan kalau yang aku pikir sudah mati itu ternyata masih hidup. Kembalikan jiwaku yang mati." Nada suaranya begitu pelan dan lemah. Ucapannya penuh makna dan arti. Sean bukan memerintah Auristela. Tapi Sean meminta hal tersebut kepada Auristela.

"Ekhem. Sepertinya aku terlalu dekat." Auristela segera menjauhkan wajahnya dari wajah Sean. Sean masih menatap bola mata Auristela dalam. Seketika Auristela hanyut dalam gelapnya mata Sean. "Aku ingin mencintaimu, tanpa adanya rasa takut. Aku ingin bebas."

"Sean...." Napas Auristela tercekat. Auristela sudah benar-benar tidak bisa berkata kata lagi. Sean menyihirnya. Membuatnya terjatuh dan menginginkan Sean sepenuhnya. "Sediakah kau, Auristela? Menjadi pelangi untuk diriku, menjadi cahaya mentari untuk diriku, dan menjadi sumber rasa kebahagiaanku?" tanya Sean

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now