Chapter 66 | Masa Lalu Sean

3.5K 150 0
                                    

~Phobias~

Johnny Orlando

.

.

.

'Dulu aku takut dengan kegelapan. Tapi sekarang, aku malah menyukai kegelapan.'
_________________

'_________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Phobia

Kata yang tepat untuk kondisi Sean saat ini. Setiap orang pasti memiliki rasa takut. Terlebih takut ditinggalkan, takut kehilangan, dan takut dilupakan. Namun bagi Sean, ditinggalkan, kehilangan, dan dilupakan sudah hal biasa. Itu semua sudah hal yang lumrah baginya. Sean sudah merasakannya sejak umur lima tahun.

Luka yang terus membekas menjadi sangat pekat. Terlebih ibunya lah awal mula yang memberikan luka tersebut. Alice—ibu Sean, telah meninggalkan Sean seorang diri bersama sang ayah yang jahat. Sean benar-benar merasa kehilangan sosok ibunya. Sean seperti dilupakan oleh ibunya. Sean diabaikan oleh dunia.

Sean sudah dibenci oleh dunia saat kecil.

Alice dan Sean sering mendapatkan kekerasan dari sang ayah—Jorge. Jorge seorang pemabuk akut, pengguna narkotika, penjudi, dan tidak segan menyiksa istri dan anaknya hanya untuk melampiaskan amarahnya. Sejak kecil Sean sudah terbiasa dengan luka. Fisik maupun batin. Namun Sean tak gentar selama ibunya—Alice selalu bersamanya, selalu menemaninya melewati semuanya bersama.

Namun semuanya hancur. Sean kecil hancur. Malaikat pelindungnya, malaikat penolongnya, malaikat penegarnya telah pergi. Pergi meninggalkan Sean sendiri bersama monster kejam. Setelah kepergian Alice yang entah kemana, membuat Jorge—ayah Sean murka. Jorge sering melampiaskan kekesalannya pada Sean. Memukul, menendang, dan membentak Sean. terlebih saat Jorge sedang mabuk. Sean sering mendapatkan luka lebam di tubuhnya.

Lima tahun terus Sean jalani dengan tabah. Sean hidup mandiri. Sean sudah berpikiran dewasa diusianya yang masih kanak-kanak. Sean tidak bermain dan bersenang senang seperti anak seusianya. Sean mencari uang untuk bertahan hidup. Satu satunya orang yang bisa diandalkan hanyalah dirinya sendiri. Sean kehilangan ayahnya—Jorge, diusia sebelas tahun. Semenjak Jorge meninggal, Sean sudah tidak punya orang tua ataupun kerabat. Dan akhirnya Sean dibawa ke panti asuhan. Sean mulai hidup tanpa keluarga, mungkin saat awal kelahirannya, Sean memang sudah tidak memiliki keluarga.

Apa seseorang yang menyakiti masih layak disebut saudara?!

Beranjak delapan belas tahun, Sean keluar dari panti asuhan. Sean mulai menjalani hidupnya seorang diri dengan rasa parnoid. Sean bekerja di toko roti, menjadi tukang bersih-bersih di sebuah restaurant, dan Sean juga menjadi kasir di sebuah mini market. Sean menjalani hidupnya bagai robot. Tidak ada hati, tidak kenal lelah, dan terus berkerja.

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now