2. Redo

216 18 13
                                    

Luka adalah seni,

Seni menghapus rasa perih dan bertahan melaluinya. 

***

Sudah tiga bulan sejak  Seona kembali menyandang status single. Setelah kabar kandasnya pertunangan wanita itu dengan kekasihnya yang sudah berhubungan selama delapan tahun, Seona menjadi layaknya sebuah bunga yang tengah merekah--Indah, harum, memukau. Menarik kumbang-kumbang untuk mendekat, turut mengendus wangi aroma menggoda dan kilau pribadinya.

Tak sedikit staff dan guru pria yang terang-terangan menyatakan ketertarikan. Sang ayah juga sering menyuruhnya pulang ke rumah. Namun, ujung-ujungnya ia malah terjebak kencan buta dengan putra rekan bisnis ayahnya. Itulah kenapa Seona semakin malas pulang ke rumah yang tak pernah terasa bersahabat dengannya itu.

Mengenaskan? Tidak juga.

Seona jadi sering menghabiskan waktu di karaoke sendiri. Sudah berapa judul animasi yang ia tonton di bioskop juga sendiri. Mulai dari kungfu panda, zootopia, bahkan film kartun yang menceritakan para tokoh game--yang sampai di penghujung filmnya diputar, pun Seona tak tahu jalan ceritanya. Karena ia malah tertidur sejak pertengahan film diputar.

Kihyun?

Jangan tanyakan lelaki yang sebulan lalu masih sering berkeliaran di apartemen Seona itu. Ia bahkan masih berani datang ke Oliver, juga menunggunya pulang kerja. Kihyun masih berusaha meluluhkan hati Seona yang kini sudah sekeras karang. Tiba-tiba, sudah seminggu ini ia justru tak lagi menampakkan batang hidungnya.

Seona tidak kecewa. Justru bagus untuk kesehatan mental Seona. Ia tak perlu repot-repot mengatur emosinya saat melihat lelaki brengsek itu. Seona harus move-on. Berdamai dengan kenyataan atas runtuhnya percintaan 8 tahunnya itu.

Hah... Memikirkannya saja membuatnya kembali naik pitam!

Namun ajaibnya, saat di sekolah Seona seolah benar-benar lupa. Ia hilang ingatan tentang seuma sakit hati yang menimpanya. Seona begitu ceria, bahagia, menikmati waktunya di Oliver Institute.

Seperti siang ini, ia mampir ke baby class sebelum jam sekolah usai. Sudah menjadi rutinitas baru bagi Seona semenjak Aeri ada di sana. Cucu semata wayang Nyonya dan Tuan Son itu kini telah berusia tujuh bulan lebih. Ia hebat dalam merangkak. Sangat menggemaskan.

Seona tersenyum bangga memperhatikan Aeri yang merangkak mengejar bola. Bertepuk tangan girang memberikan semangat pada gadis kecil itu.

"Apa hari ini pengasuhnya lagi yang akan menjemput Aeri?" tanya Yuri pada Sana, rekan pengasuh yang seusianya sebaya dengan Seona.

Sana mengangguk. "Sepertinya begitu. Saat mengantar tadi, Tuan Son berpesan tidak bisa menjemput. Tunggu sebentar!" Sana meletakkan tumpukan selimut di dalam rak, lantas mengangkat gagang telepon untuk menghubungi kediaman Tuan Son.

Sudah hampir pukul empat sore. Aeri seharusnya sudah dijemput.

"Pembantu di rumahnya bilang Tuan Son sudah di jalan," ujar Sana setelah memutuskan sambungan telepon.

"Terima kasih banyak, Sana-ssi. Kau bisa pulang terlebih dahulu. Aku akan menunggu Aeri."

"Terima kasih telah menyelamatkan malam mingguku, Ibu Yuri. Ibuku ini memang selalu bisa diandalkan!" kekeh Sana. Gadis single itu menepuk-nepuk pundak Yuri dan mendaratkan kecupan di pipinya. Berhasil mengundang protes dari wanita yang hampir berusia 50 tahun itu.

"Yya!! Aku tak sudi memiliki putri genit sepertimu! Auuh!" Yuuri mencak-mencak. Sana menyambar sling bagnya lantas berlari keluar sebelum Yuri melayangkan handuk.

[M] TOUCH (Monsta X Shownu)Where stories live. Discover now