Tidak apa berbohong. Aku tidak mau kembali lagi kalau Nana tahu aku mencuri tubuh orang lain. Tidak untuk saat ini.
"Kamu percaya reinkarnasi?"
_____
Status: Completed [Prolog + 37 part + Bonus (5 part) + From author (3 part)]
Rating: PG +15
Main pa...
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
.
.
.
Senin, 2020
Hari pertama sekolah dengan kelas baru, beberapa teman baru, bahkan wali kelas baru. Renjun begitu semangat menyiapkan buku-buku ke dalam tas. Memakai seragam, kemudian merapihkan rambutnya. Ia memandang pantulan wajahnya di depan cermin. Wajah dari tubuh pria asing yang sudah delapan tahun ia diami. Saking lamanya, ia bahkan lupa wajah aslinya bagaimana.
"Lele! Cepat sarapan!"
"Iya, Eomma!" Sahut Renjun.
Ya, Zhong Chenle adalah nama pria yang tubuhnya ia tempati ini. Entah di mana roh pria itu sekarang. Mungkin sedang berkeliaran atau sudah tinggal di alam baka. Apapun itu, ia sudah terlalu nyaman di tubuh yang sekarang. Juga, ada alasan kuat yang membuatnya enggan meninggalkan tubuh Chenle.
Na Jaemin.
Sang kekasih yang entah di mana sekarang.
"Aku merindukanmu, Nana-ya." gumam Renjun. Ia menghela napas berat kemudian meraih tas ranselnya dan berjalan keluar kamar menuruni tangga.
"Lama sekali. Jisung sudah menunggumu." Omel ibunya begitu ia tiba di ruang makan.
"Jisung?" Tanya Renjun bingung. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang selalu mengikutinya.
"Ya, Park Jisung. Siapa lagi? Kamu tidak lupa kan? Tidak mungkin setelah liburan tidak bertemu dengannya kamu jadi lupa anak itu." Ucap ibunya kemudian meletakkan dua kotak bekal makan di atas meja.
Renjun menatap dua kotak makan. Pasti satunya lagi untuk Jisung. Ia segera memasukkannya ke dalam tas. "Aku pergi dulu, Eomma."
"Sarapannya?" Tanya sang ibu.
Renjun segera meraih satu lembar roti, memakannya, setelah itu pamit pada sang ibu dan bergegas keluar rumah. Sudah ada Jisung berdiri di depan gerbang dengan raut wajah kesal.
"Oh ayolah tuan putri, kau lama sekali." Ketus Jisung.
Renjun menatap Jisung. Kalau dilihat-lihat, Jisung ini manis sekali. Tinggi pula. Bahkan ia yakin kalau Jisung tentu lebih tinggi dari Jaemin. Sayang sekali ia tidak suka berondong.
"Terus saja melamun. Buang-buang waktu." Decak Jisung membuyarkan lamunan Renjun. Lelaki itu melangkah pergi meninggalkannya.
"Eh, tunggu!" Renjun segera mengejar Jisung dan mensejajarkan langkahnya dengan Jisung.
"Jisung-ah, kamu tidak perlu terus menungguku. Kalau aku lama, duluan saja. Aku tidak enak membuatmu menunggu." Ucap Renjun sembari mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
Jisung melirik Renjun berwujud Chenle sekilas kemudian mendengus sebal. "Begitukah caramu berterima kasih?" Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Kalau kau memang merasa tidak enak padaku, bisakah kamu memanggilku 'Hyung'?"
Renjun mendelik. Hyung apanya? Ia bahkan terlihat seperti bocah sekolah dasar kalau saja tubuhnya tidak bongsor seperti itu. Bukankah Renjun lebih tua dari bocah ini? Dasar. "Yak, bukankah aku juga pernah bilang? Panggil aku Renjun. Aku bukan Chenle." Ucap Renjun. Sebenarnya sejak umur -umur Chenle lebih tepatnya- enam tahun, Renjun selalu menyuruh kedua orangtuanya memanggilnya Renjun.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
"Mengapa kami harus memanggilmu Renjun? Namamu kan Zhong Chenle." Itulah pertanyaan pertama yang dilontarkan sang ayah begitu Renjun meminta dipanggil dengan nama aslinya.
"Aku suka nama itu, Appa." Rengek Renjun.
Alhasil, kedua orang tuanya memanggil Renjun dengan nama aslinya. Mereka pikir nama 'Renjun' adalah nama tokoh kartun favorit Chenle. Sampai mereka sadar tidak ada tokoh kartun bernama 'Renjun', mereka pun kembali memanggilnya dengan nama 'Chenle'.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
"Tidak mau. Namamu kan Zhong Chenle." Tegas Jisung.
"Cih, ya sudah. Jangan harap aku memanggilmu dengan embel-embel 'Hyung'!" Sebal Renjun kemudian mempercepat langkahnya.
Jisung tersenyum tipis. Sebenarnya ia merasa ada yang sedikit berbeda dari Chenle yang ia kenal delapan tahun yang lalu. Chenle yang ia kenal selalu memanggilnya 'Hyung' ketika diminta, suka berolahraga -terutama basket-, makanan favoritnya ramen, warna favoritnya biru, lalu tempat yang suka ia kunjungi adalah sungai Han. Tapi Chenle yang ia kenal sekarang lebih suka membaca buku dari pada berolahraga, pecinta karakter Moomin, warna favoritnya kuning, dan tempat yang suka ia kunjungi adalah taman bermain.
Tapi Jisung selalu berpikir positif. Mungkin saja perubahan itu terjadi seiring dengan berjalannya waktu, iya kan?
.
.
.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.