Interlude

27.5K 3.5K 3.3K
                                    

"Sungguh hari yang teramat sangat luar biasa spektakuler melelahkan."

Dua tokoh utama kita dalam perjalanan pulang, dengan mobil tentunya. Chenle terlalu trauma untuk mengendarai si besi beroda dua lagi.

Jisung melirik lewat ekor matanya, si pemuda Zhong tengah khidmat berceloteh. "Tidak sekalian kau bilang istimewa pakai telur?"

"Aku ingin nasi goreng kimchi." sungguh, bukan itu jawaban yang Jisung duga.

"Kau lapar?" tanya yang lebih tinggi.

"Kau bodoh?" yang ditanya malah balik menyebalkan.

"Kenapa kau malah mengataiku!" bola matanya bergulir malas, Chenle dan mulut kurang ajarnya akan ia bungkam suatu hari nanti. Lihat saja, Jisung berjanji untuk itu.

"Ya, kau pikir saja sendiri. Memangnya ada orang yang ingin makan tapi tidak lapar?"

"Ada," Jisung tak akan mau kalah, "aku terkadang makan hanya karena ingin bukan karena lapar."

"Berarti kau aneh."

See? Hanya beberapa detik berselang, namun kesabaran si pemuda Park sudah diuji sedemikian berat.

Bolehkah Jisung menghantamkan kepala cantik itu ke kaca mobil? Sekarang? Katakan iya! Jisung memaksa.

Zhong Chenle, bersiaplah untuk menerima akibatnya suatu hari nanti. Park Jisung tidak akan melepaskanmu begitu saja.

Bicara soal Jisung, pemuda Park itu baru saja menyelesaikan urusan soal surat rekomendasi rehabilitasi untuk Choi Minho. Keputusan untuk Choi Minho akan ditetapkan bertepatan dengan pembacaan putusan sidang Choi Hansol dan dokter Lee. Sidang itu akan dilaksanakan satu minggu dari sekarang.

Walaupun keputusannya akan jelas satu minggu lagi, Choi Minho sudah mendapat penangan mental. Sulung Choi itu sudah tidak dirawat rumah sakit lagi, melainkan ditangani langsung oleh seorang psikiater.

Mengejutkannya lagi, hal tersebut merupakan permintaan langsung dari seorang Park Chanyeol.

Apakah rumor lama yang dikatakan Sungchan beberapa waktu lalu memang benar adanya? Hanya Park Chanyeol lah yang mengetahui jawabannya.

"Aku teringat janjimu untuk memasak makan malam." alih-alih membalas, Jisung justru mengangkat topik lainnya.

"Kapan aku berjanji? Tidak ada tuh." Chenle mengelak, berpura-pura lupa.

"Tidak usah mendadak amnesia."

"Kau tidak takut kalau aku meracunimu, ya?"

"Jika memang sudah waktunya mati, dengan atau tanpa kau racuni pun aku tetap akan mati." Chenle diam, kehabisan kata untuk membalas.

"Masakanku tidak enak."

"Tapi kau dengan percaya diri menawarkan. Walau tidak enak, setidaknya kau pasti yakin bahwa masakanmu layak untuk dimakan."

"Kau sedang memujiku?"

Si pemuda Park tergelak, "Aku tidak sedang memujimu, aku hanya menagih hutang."

Chenle cemberut, "Jangan salahkan aku kalau kau diare besok pagi."

"Tenang saja, aku akan memastikan kau bertanggungjawab." lampu merah menghadang, Jisung berhenti. "omong-omong, kau mau Pro Max atau Fold?"

"Hah? Paramex cold?" sahut si manis tak nyambung.

Jisung merotasikan bola matanya, sudah berisik budek pula. Untung cantik.

Yah... dunia memang kejam, kawan. Keadilan hanya untuk kaum good looking semata.

"Aku bertanya soal ponsel, bukan obat sakit kepala."

Chasing Antagonist | ChenJiWhere stories live. Discover now