Interlude pt.3

20.1K 2.8K 2.2K
                                    

Beruntungnya luka yang Chenle alami tidak begitu membahayakan, walau sempat di rawat ia diperbolehkan pulang malam itu juga. Darahnya memang banyak terkuras, namun tidak sampai pada tahap harus menerima transfusi darah. Beberapa keping pil penambah darah sudah lebih dari cukup untuknya.

Namun sayangnya, Chenle tidak akan terbebas dari masalah semudah itu.

Seperti sekarang.

"Minum."

"Tidak mau!"

"Ini bagus untukmu."

"Hiii..." Chenle menatap ngeri gelas berisi cairan hijau pekat di genggaman Jisung. "kau pasti mau meracuniku!"

"Tidak beracun, ini hanya smoothie bayam dan sawi."

"Karena itu bayam dan sawi makanya beracun!"

"Mereka sehat." Si jangkung masih setia pada bujukannya.

"Kau yang tidak sehat!"

"Minum."

"Tidak mau!"

"Astaga, Park Chenle." Tahan, harus sabar. "minuman ini sangat baik untuk menambah kadar hemoglobin darahmu."

"Tidak mau!" Chenle makin menggeser masuk tubuhnya. Ia meringkuk di kolong tempat tidur, omong-omong.

Jisung bahkan terpaksa menyalakan flash ponselnya. Memastikan makhluk manis tersebut benar ada disana.

Ingin marah, tapi tak tega. Padahal ia sudah repot-repot membuatkan minuman berkhasiat untuk sang rekan. Jangankan diminum, dihargai saja tidak.

"Minum, ya?" nadanya kian melembut, seolah sedang membujuk seorang balita. Tapi Jisung akui, pemuda didepannya ini memang lebih balita dari balita. Sudah keras kepala, tukang merajuk pula.

"Tidak mau!" si manis masih bersikeras. "aku sudah punya obat!"

Jisung mendengus malas, lelah juga terus menungging begini. "Obat apanya? Tidak kau minum tuh."

"Nanti." Chenle berkilah. Alasan ia membuang obat tersebut karena baunya sangat anyir, rasanya juga. Ia bisa biasa saja ketika melihat darah, namun meminumnya lain lagi ceritanya.

"Nanti apanya, aku lihat obat itu sudah kau buang ke tempat sampah."

Chenle mati kutu. Padahal sudah ia bungkus plastik hitam, tapi Jisung tetap mengetahuinya. Ia jadi curiga kalau pemuda kelebihan kalsium itu punya hobi mengorek-ngorek tempat sampah.

"Aku tidak mengorek-ngorek tempat sampah."

Nah.

"Aku juga tidak membaca pikiranmu. Semua yang ingin kau katakan tercetak jelas di dahimu."

Woah... apa aku--

"Dahimu tidak punya layar LED." sambung Jisung lagi.

Dia--

"Berhenti berbicara didalam kepalamu dan jawab aku!" hilang juga kesabarannya.

Dasar pe---

"Aku tahu kau sedang mengumpat."

Si manis memajukan bibirnya, tak lupa menjulurkan lidahnya untuk mengejek. "Park Jisung bodoh!"

"Daripada mengataiku, lebih baik cepat minum ini."

"Tidak mau, ya tidak mau!"

"Jangan keras kepala."

"Kepalaku memang keras, aku bukan bayi!"

Chasing Antagonist | ChenJiWhere stories live. Discover now