Bloody Pearl Pt.4

15.9K 2.4K 2.6K
                                    

Brukk!

"Sekarang!"

Dor!

"Arrghh!!!"

Tepat sasaran. Pisau digenggaman Taeil terpelanting jauh.

Hey kawan, jangan pernah ragukan kemampuan menembak seorang Liu Yangyang.

"Jungwoo hyung!"

Sang empunya nama melompat cepat lalu segera memiting leher si pria Moon. "Target berhasil dikunci!"

Jisung pun tak tinggal diam. Dengan sigap ia meraih salah satu wadah cairan anestesi yang selalu dibawanya. Menusukkan ujung jarumnya tepat ke titik terluka Taeil.

Tak cukup sampai disana, pemuda Park tersebut kembali membuka penutup suntikan yang kedua. Kemudian menusukkan jarumnya ke bagian tengkuk belakang Taeil. Alhasil, pergerakan pria bermarga Moon itu benar-benar lumpuh total.

Sial! Taeil mengumpat dalam hati. Menyuarakan sepatah kata pun ia sudah tak mampu. Bius ciptaannya memang seampuh itu. Ternyata begini rasanya senjata makan tuan.

Sementara disisi satunya, saat tiga pemuda lain beraksi dengan begitu gagah, Chenle hanya bisa megap-megap ditempatnya duduk. Mata melotot, lubang hidung kembang-kempis, mulut terbuka-tutup macam ikan julung-julung.

Satu kata; sempurna.

Ya, sempurna bodohnya.

Bukan salahnya juga sih, semua memang terjadi begitu cepat. Dimulai dengan Taeil yang hampir saja menusuk bola mata Jisung lalu dilanjutkan setir yang tiba-tiba dibanting keras. Menimbulkan bunyi gedebug nyaring ketika moncong mobil sukses menyerempet sebatang pohon.

Belum lagi sebutir proyektil yang mendadak terbang melewatinya. Chenle bahkan masih memegangi helaian rambutnya yang terpotong akibat timah panas tersebut.

Saking terkejutnya, ia sampai lupa soal surai jeruknya yang sudah tergantikan warna blonde. Ia sempat mengira rambutnya telah berubah semua menjadi uban. Padahal ia sudah berniat mencuri semir sepatu milik sang rekan sekamar---ups! Rekan seapartemen maksudnya.

"Tangkap ini." Tanpa aba-aba Jisung melempar sesuatu kearahnya.

Hap!

Chenle berhasil---

"Apwa iwnwi?"

---menangkapnya dengan mulut.

Si pemuda Park memasang wajah jijik yang---demi masakan super duper lezat buatan Mark---begitu menyebalkan. "Jangan mengotorinya dengan air liurmu."

"Ah... maaf, maaf." Si manis melepas potongan rambut yang ia genggam sejak tadi. Setelahnya ia mengernyit saat mendapati sebilah pinset, sebuah gunting, seutas benang beserta jarum operasi terbungkus rapi di kemasan plastik yang Jisung lemparkan tadi.

"Ini harus aku apakan?" tanyanya bingung.

"Kau makan." Balas si jangkung dongkol. Si manis justru tersenyum gusi, diam-diam berharap sepiring makanan benar-benar datang. Menyumpit udon dengan pinset sepertinya ide yang bagus.

"Jelas-jelas Taeil hyung terluka tembak, masih juga bertanya. Kau tidak punya mata, ya?" Sarkas Jisung kemudian.

Yang ditanya kehilangan selera, semangkuk lezat ramyun lenyap begitu saja dari angannya. Maka dengan mata sipit yang dipaksa melotot ia pun balas memaki. "Kau yang tidak punya mata!" Sial. Bahkan biji-bijian yang sering ia makan lebih besar ketimbang biji mata rekan tiangnya itu.

Chasing Antagonist | ChenJiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt