04 - Sedikit Pencerahan

101 23 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa nih yang pergi ke Gramedia terus bingung mau beli buku apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa nih yang pergi ke Gramedia terus bingung mau beli buku apa?

Soalnya mau beli semua tapi isi dompet menangis 😫

🌸🌸🌸

"Argh! Kenapa sih, susah banget!"

Diandra meradang, gadis itu mengacak rambutnya karena frustrasi. Bagaimana tidak, sudah hampir satu jam duduk di depan laptop, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil dia ketik. Gadis itu sudah lelah mencari riset tentang Badboy di Google karena hampir semua artikelnya sama.

Jika bukan masalah percintaan, ya pasti tentang kekerasan dan juga tawur-tawuran. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana bisa hidup mereka bisa sampai hancur seperti itu.

"Argh! Gue hampir gila!" pekik Diandra lebih kencang lagi. Sampai membuat Hani yang berada di kamar sebelah, lari terbirit-birit mencapai kamarnya.

Bruk!

Suara dobrakan pintu membuat Diandra spontan menoleh, bersamaan dengan itu muncullah Hani, si pelaku pendobrakan.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Hani dengan raut wajah panik.

Diandra yang tidak tahu apa-apa, hanya melongo seperti orang linglung. "Kenapa kak?" tanyanya balik.

"Tadi kakak denger kamu teriak. Kamu jatoh? Kepentok dinding?"

Diandra menggeleng dengan polos, perasaan dia tidak berteriak sekeras itu sampai terdengar ke kamar kakaknya. Atau kakaknya saja yang mempunyai pendengaran yang tajam?

Hani menghela napas lega, lalu berubah ekspresinya menjadi mode serius. "Terus, ngapain teriak-teriak?" tanyanya yang sedang memainkan peran sebagai seorang kakak, yang bertanggungjawab atas adiknya selama orang tua mereka tidak ada. Menggelikan sekali menurut Diandra. Kakaknya tidak cocok bersikap dewasa seperti itu.

"Diandra pusing Kak," keluhnya sembari menunjuk ke arah laptop. "Tuh liat, belum ada satu kata pun. Masih kosong," adunya lagi.

Hani memijat pelipisnya, dia memang terlalu berlebihan tadi. "Udah jam sepuluh, sebaiknya kamu tidur," saran gadis itu yang kemudian memilih untuk keluar dari kamar Diandra.

Jungkir Balik Dunia Diandra [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang