13 - Beritanya Hoax?

80 20 59
                                    

Diandra semakin mengeratkan pelukannya pada sweater rajut berwarna maroon yang membaluti tubuhnya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Diandra semakin mengeratkan pelukannya pada sweater rajut berwarna maroon yang membaluti tubuhnya. Itu karena tubuhnya terasa menggigil saat angin berembus kencang di pagi hari. Tadi subuh kota Jakarta sempat diguyur hujan deras sampai jam enam pagi, itulah mengapa cuacanya menjadi dingin.

Akibat bangun kesiangan, selain karena hujan memang membuat rasa ngantuk berkali-kali lipat, mereka semua lelah akibat acara semalam. Jadilah Diandra tertinggal Bus dan berakhir diantar oleh Hani dengan motor matic kesayangan gadis itu.

"Diandra langsung masuk ya, kak?" pamitnya pada Hani, bahkan dengan terburu-buru melepaskan helm dari kepalanya.

"Hati-hati, jalanan licin habis hujan," peringat gadis itu sebelum akhirnya masuk ke dalam area sekolah.

"Cepetan Neng, mau bel ini," seru satpam yang sudah berjaga di depan pagar SMA Rajawali. Diandra pun mempercepat ritme langkah kakinya agar segera melewati pagar yang menjulang itu.

Seperti biasanya Diandra selalu menyapa siapa saja yang dilihatnya di koridor kelas. Namun, anehnya mereka malah hanya melihatnya tanpa balas menyapa. Apa dia salah seragam hari ini?

Sampai hampir ke depan kelasnya pun, anak-anak SMA Rajawali tetap tidak membalas sapaannya. Diandra hanya mengendikan bahu acuh, mungkin mereka sedang sibuk kali ... sepertinya.

Namun, Diandra merasakan suasana yang semakin aneh saat melihat Karin menduduki tempatnya. Gadis itu pun berjalan pelan, tetapi semua orang menatapnya aneh. Seperti seorang tersangka yang masih berkeliaran. Apa dia berbuat salah?

"Rin," panggilnya pelan karena hanya Putri dan Karin yang belum menyadari keberadaan.

"Eh? Diandra?"

Keduanya tampak terkejut melihat Diandra yang kini berdiri di dekat mereka.

"Lo sekolah?" tanya Putri, tatapan gadis itu tampak berbeda. Biasanya Putri yang akan sangat antusias saat melihatnya datang ke sekolah.

"Iya gue sekolah. Hujannya enggak sederas tadi," sahut Diandra. Berpikir jika itu maksud dari pertanyaan Putri. Suasana setelahnya hanyalah hening, dan itu membuat Diandra merasa terintimidasi oleh tatapan mereka.

"Kenapa sih? Kok diem?"

"Lo belum buka Instagram ya?" tuding Putri.

Diandra mengernyit bingung, "kenapa emangnya? Apa ada berita baru soal Novel gue? Udah sampe ya?" Buru-buru gadis itu membuka ponselnya sendiri, sejak semalam dia memang sibuk mengobrol dengan sepupunya. Tidak sedikitpun mengecek ponsel.

Sayangnya binar yang terpancar dari kedua bola mata Diandra meredup saat membaca deretan kalimat di salah satu akun. Begitu juga dengan komentar-komentar pengguna lain yang menyurutkan.

"Ini beritanya hoax, gue enggak plagiat," gumam Diandra. Napas gadis itu memburu, lututnya terasa melemah detik itu juga.

"Tapi menurut beberapa bukti yang ada di sana, ceritanya emang sama," celetuk salah satu teman kelasnya Diandra.

Mereka percaya?

"Tapi sumpah gue enggak plagiat. Lagian gue juga enggak pernah baca karya Saraswati," terang Diandra lagi. Dia berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa dia tidak melakukan hal rendahan seperti itu.

Jungkir Balik Dunia Diandra [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin