4 tahun kemudian

194 23 0
                                    

Ketsueki sedang bermain dengan Raito yang umurnya sekarang 8 tahun dan dirinya 4 tahun sudah sekolah dasar, sekolah mereka sama, namun Raito kelas 6 dan dirinya kelas 3 karena loncat kelas berulang kali.

Saat ini mereka disekolahan, saat istirahat. Mereka selalu terlihat bersama tanpa teman yang lain karena Raito mendapatkan tatapan kasar dari anak kelas 6, begitu juga Ketsueki diabaikan lagipula Ketsueki tidak tertarik untuk berteman.

"Ketsueki, bagaimana pelajaran dikelasmu?" tanya Raito yang menghentikan kegiatan menbaca buku Ketsueki.

"Biasa" jawab singkat Ketsueki yang kembali sibuk membaca buku.

"Bagaimana kalau kita loncat kelas lagi? Dikelasku anak-anak lainnya sangat kasar" curhat Raito.

"Terserah kamu" balas Ketsueki yang terserah-serah saja mau apa.

"Tapi disini tenang, tidak ada Hollow, pedang kitapun tidak ada..." ucap Raito yang tiba-tiba saja.

"Apa kau tahu, Hollow itu masih ada namun tidak ada disini, semoga saja disini tidak ada" ucap Ketsueki yang menutup bukunya dan berdiri.

"Mau kemana?" tanya Raito yang juga ikut berdiri.

"Ke kelas, sudah waktunya masuk kelas" jawab Ketsueki perhi ke arah kelas 3 dan meninggalkan Raito.

"Oh begitu ya" balas Raito yang juga pergi ke kelas 6, lalu-

Ding! Dong! Ding! Dong!

Bel sekolah berbunyi dan anak-anak pergi kekelas mereka masing-masing. Di kelas 3, anak-anak sibuk berbicara dan berlarian dikelas.

Lalu guru masuk dan anak-anak menghentikan kegiatannya dan kembali duduk. Gurupun mulai menerangkan materi pelajar walaupun anak-anak tidak mendengarkan kecuali anak yang ingin belajar pasti mendengarkan.

Sepulang sekolah.

Ding! Dong! Ding! Dong!

Anak-anak pun berhampuran keluar dan berlarian menuju orang tua mereka yang menjeputnya. Mereka tertawa dan senyum. Ketsueki menunggu seseorang yaitu kakaknya, Raito. Kelas 6 jam pulangnya sangat lama, jadi dia keperpustakan dan membaca.

Ibunya? Ibunya yang pasti bekerja mencari uang sebagai Dokter, dia sangat sibuk akan pekerjaannya, dan Ayahnya juga sama.



Ding! Dong! Ding! Dong!...

Anak-anak kelas 6 pun keluar dari kelasnya. Didepan gerbang seorang anak kecil dengan rambut putih yang tertutupi oleh hoodie jaket dan mata merah dingin, ya dia Ketsueki, dia sedang menunggu kakaknya, Raito.

"Ketsueki!" teriak riang Raito sambil berlari dan melambaikan tangannya kepada Ketsueki yang sedang duduk dikursi kayu.

Ketsueki yang mendengar teriakan riang Raito, langsung menoleh kearah Raito yang tersenyum.

"Ayo pulang!" ucap Raito yang berjalan duluan dan diikuti Ketsueki dari belakang. Diperjalanan pulang, mereka melihat seorang nenek yang berdagang dipinggir jalan, namun tidak lakj jualannya.

"Hey, Ketsueki.." panggil Raito sambil menatap kasihan kepada nenek penjual itu. Mengeri akan pandangan itu, Ketsueki hanya menjawab: "Terserah".

Di tempat Nenek penjual, Raito dan Ketsueki mendekat lalu berjonkok dan melihat barang dagangannya, ada satu yang menarik pandangan, adalah sebuah buku kotor.

"Nenek, aku ingin membeli buku ini" ucap Ketsueki sambil menunjuk ke sebuah buku kotor itu.

"Buku ini? Buku ini hanya 10 Yen saja" ucap Nenek penjual itu dengan ramah, dan Ketsueki merogoh saku jaketnya dan memberikan 10 yen dan mengambil buku kotor itu.

(Catatan Author: Saya bukan orang Jepang, saya orang Indonesia, jadi saya tidak begitu tahu dengan mata uang negara lain)

"Jadi...kakak, kau ingin membeli apa?" tanya Ketsueki yang melihat Raito yang sangat fokus melihat barang dagangan milik nenek.

"Itu!..." ucap Raito sambil menunjuk sebuah buku kotor lain, Ketsueki juga terkejut.

"Nenek, apa nenek mempunyai buku seperti ini dan itu  yang lain?" tanya Ketsueki. Lalu, Nenek itu berpikir dan mengambil 2 kardus ukuran sedang.

"Ini, isinya sama seperti yang itu" jawab Nenek itu sambil membuka kedua kardus yang isi buku-buku kotor, itu membuat Raito dan Ketsueki saling memandang dan sejutu membelinya.

Nenek itupun terkejut, namun menerima uang yang diberikan dia sangat berterimakasih, sampai membungkuk 90°, dan begitu juga Raito dan Ketsueki, mereka langsung pulang kerumah, rumahnya tidak jauh dari Sekolahan jadi jalan kaki.



"Kami pulang!" ucap Raito dan Ketsueki bersamaan, ibu yang melihat anaknya membawa kardua kotor yang terlihat berat dia langsung membantu membawa sampai ditempat anaknya sering bermain.

"Apa kalian membeli buku lagi?" tanya ibu kepada anaknya yang selesai melepas sepatu.

"Y-Ya..." Mereka sering sekali membeli buku, dari buku pelajar Sekolahan sampai buku mata pelajaran kulihan. Ibunya sempat curiga, namun dia buang kebelakang kepalanya, karena anaknya sering membeli buku, dia juga membangun sebuah ruangan buku beukuran sedang untuk anaknya.

Ibu menghela nafas, dan menyuruh mereka mencuci kaki, cuci tangan dan makan siang. Selesai makan, Raito dan Ketsueki membantu ibunya memberihkan meja makan dan muncuci piring.

"Ibu, apa anda melihat Yami dan Akarui?" tanya Raito, sedangkan Ketsueki sedang menata buku dan membersihkannya.

"Mereka tidur" jawab Ibu dengan wajah bingung.

"Terimakasih" ucap Raito langsung pergi ketempat tidur Yami dan Akarui yang seperti keranjang. Tanpa izin, Raito langsung menarik tubuh Yami dan Akarui dan pergi ketempat Ketsueki.

Karena, buku ini sangat aneh, jadi mereka ada membaca diruang baca mereka.

Di ruang baca milik Raito dan Ketsueki, terlihat banyak rak dan buku disana dan ada Ketsueki sedang menata buku.

Kriit,,,

Pintu terbuka yang memperlihatkan Raito dengan Yami dan Akarui dipundaknya. Raito menutup pintu dan menurunkan Yami dan Akarui dimeja.

"Tuan Ketsueki, ada apa?" tanya Akarui yang melihat Ketsueki memasang wajah fokus dan serius, lalu Ketsueki menyerahkan sebuah buku "Diary Shinigami".

"Aku tidak tahu kapan, yang pasti dulu para Hollow pernah disini dan ada juga Shinigami disini" ucap Ketsueki sambil menyerahkan buku lagi "Diary Hollow", "Diary Kapten", dan lain-lain.

"Yang paling aneh, adalah dulu Shinigami memiliki sebuah kerajaan, namun kerajaan itu tidak pernah ditemukan, kurasa kerajaan itu ada didunia lain atau Soul Society" jelas Ketsueki sampai menatap ketiga temannya dengan serius.

"Jadi, kita harus menemuka kerajaan itu?" tanya Raito yang membaca buku "Diary Shinigami".

"Tidak, Oken, kunci kerajaan, harus dibuat menggunakan Hogyoku, dan itu sendiri, tidak tahu dimana mendapatkannya, kita juga tidak punya pedang, Kak" jawab Ketsueki yang tidak minat sama sekali dengan kerajaan jiwa, sedangkan Raito juga berpikir, 'Kemana perginya pedang kita, ya?'

"Raito! Ketsueki!" panggil Ibu dari luar ruang baca, Raito dan Ketsueki segera bergegas menuju ibu yang sedang berada didepan pintu dengan 2 kotak balok panjang didepan pintu rumah mereka.

"Kalian, apa kalian memesan sebuah paket?" tanya Ibu kepada anak-anaknya, namun mereka menggeleng-gelengkan kepalanya, yang berarti tidak.

"Tidak, kami tidak memesan apapun" jawab mereka, lalu mendekat kearah ibunya yang terlihat bingung.

"Tadi ada pengantar paket, dan paketnya untuk kalian..." ucap Ibunya sambil membawa satu kotak dan yang satu dibawa oleh Raito dan Ketsueki.
































New World + New LifeWhere stories live. Discover now