5 (Telat)

3.2K 256 1
                                    

Jangan mengcopy cerita ini!!
Sangat susah membuatnya.
Tolong hargai cerita ini.
Vote dan comment tidak membuat anda jatuh miskin.

Cash : hanya milik tuhan semata. Saya hanya pinjam saja.

Menuju b x b, yaoi, yadong, boyslove, bl, homo, gay, bromance, 3some mpreg. 🔞🔞

Author Pov

Dua pria yang kini menginjak remaja itu sibuk dengan kegiatan nya masing-masing.
Si manis dengan sifat rajin nya  menyapu dan si play boy 'cap kadal' yang masih foku dengan ponsel pintar  itu.

Beberapa kali Fahrul mengajak bicara Quinn, tapi tetap saja Quinn tidak menjawab nya. Pikir Quinn tidak penting menjawab pertanyaan 'kadal' itu.

Dan sekarang ini aktivitas Quinn sudah beralih menjadi memegang kemoceng dan membersihkan debu di alat musik angklung.
Fahrul tidak menyerah sampai disitu, ia ingin lawan bicara nya tidak abai pada diri nya.

Baru kali ini ada seseorang yang tak acuh dan tidak terpikat dengan paras nya. Sadar jika Quinn nya berbeda dari yang lain. Ia tetap memancing pembicaraan agar tidak terasa sepi. Tapi yang diajak bicara sangat tidak peduli, malah terlihat makin asyik membersihkan angklung satu per satu.

Tinggal satu kata yang menurut Fahrul pasti akan digubris oleh Quinn, tidak mungkin jika sehabis menyebutkan kata ini dia tidak menengok. Ini adalah....

Kata sakral.

"Pendek..." panggil Fahrul datar. Yang dikatai 'pendek' itu mengepalkan tangan kirinya kuat, padahal ia sudah geram. Betapa berani nya seseorang yang menurut Quinn tidak akrab dengan nya memanggil dengan sebutan 'pendek'. Menahan emosi dengan muka memerahnya adalah hal yang dilakukan si 'pendek'. "Itu tangan boneka atau tangan manusia? Kecil amat..." mukanya merah padam. Jika alat pengukur suhu digunakan untuk mengukur panas amarah nya saat ini. Dipastikan itu 40°c.

Bukan meminta maaf Fahrul malah beralih ke alat musik drum dan memukul asal hingga tercipta suara super berisik.
Rip pendengaran Quinn saat ini.
Sepertinya tuli yang dibilang Fahrul akan menjadi kenyataan bagi telinga nya.

Rasa ingin marah sejadinya, tapi ia gengsi. Lalu sepintas ide lewat begitu saja di pikiran Quinn.

Abang nya....

Ia meraih tas nya dan mengambil handphone nya. Membuka apk chatting dan menekan tombol video call.

Beberapa waktu berdering dan video call pun tersambung.

Ia membesarkan volume nya.
Membiarkan si 'kadal' itu supaya dengar.

"Abang!!!" Quinn berteriak. Fahrul pun kaget, ia berhenti memainkan drumnya. Karena ia mendengar Quinn menyebut kata abang.

Mantan ketua gang Inferno.

"Ada apa dek? Abang baru mau makan" ia menunjuk martabak mie yang ia buat.

"Ih laper..... Eh!! Ini adek di bully!" Dareen yang berada di panggilan video call sangat kaget. Siapa yang berani membully adiknya, cari mati sekali.

"Hah?? Siapa?? Mana anaknya??" Di ujung sana Fahrul berdiri, sudut mata Quinn melihat orang itu berdiri dan menghampirinya.

Dengan sok nya Fahrul mendekati Quinn lalu menyapa seseorang di sana.

"Eh bang Dareen..." Disapa nya orang yang berada di sambungan video call itu.

"Oy Fahrul, itu adek gua di bully katanya. Siapa yang bully??" Darren begitu bodoh, padahal lawan bicara nya yang telah membully Quinn.

LOVE AND SECRETWhere stories live. Discover now