25.

162K 7.4K 796
                                    

jadi sebenernya di part kmrn kalian itu gemes apa kesel sih sama Anna?:)

sumpah part ini gaje...

warn 18+

Adrian duduk sendirian di pinggir lapangan indoor. Ia memantulkan bola basket dengan pelan. Kepalanya menunduk menatap bola berwarna jingga itu.

Adrian kira, Anna akan mengejarnya dan membiarkan si Deodoran mengobati lukanya sendiri, tapi ternyata gadis itu lebih memilih bersama kakak kelasnya.

"Dri?" panggil seseorang.

Adrian tidak berniat untuk menoleh apalagi membalas sapaan gadis itu. Ia sedang tidak mood untuk berbicara.

Gadis itu berdiri di hadapan Adrian setelah menyandarkan sapu dan pengki di tempat duduk yang diduduki Adrian.

"Muka lo kenapa?" tanyanya sambil menunduk, berusaha menatap wajah tampan Adrian yang terdapat beberapa lebam, bahkan bibirnya masih mengeluarkan sedikit darah.

Laki-laki itu masih diam dan hanya fokus memantulkan bola basketnya. Masa bodo dengan gadis yang suka mengganggunya itu.

"Lo berantem? Sama siapa?"

Tiba-tiba ibu jari gadis itu mengusap sudut bibirnya membuat Adrian tersentak. Ia menatap gadis di depannya dengan datar.

"Pergi lo."

"Gue obatin ya?"

"Dian." tekan Adrian tidak suka.

Ya, gadis itu Diandra. Gadis yang sangat menyukai Adrian dan berusaha memilikinya, meskipun ia tahu laki-laki itu sudah punya pacar.

"Yaudah kalo gamau diobatin. Gue temenin lo disini aja deh." Diandra masih berdiri di hadapan Adrian, tidak peduli dengan tatapan tajam laki-laki itu.

"Gue tuh disuruh Pak Jojon naro itu di belakang ruang ganti," Diandra menunjuk sapu dan pengki yang tadi dibawanya. "Sebenernya gue males banget, tapi karena gue baik jadi gue bantuin deh." Adrian masih diam, ia bahkan tidak mendengarkan apa yang dikatakan gadis itu.

"Oh ya, lo cepet banget ya baikannya sama Anna. Padahal gue berharap kalian ga usah baikan terus putus." kata Diandra santai.

"Putus, putus, dasar lampir!"

Jelas saja bukan Adrian yang berkata seperti itu, tapi seorang gadis dengan nafas ngos-ngosan yang baru saja datang.

Adrian dan Diandra menoleh ke samping dan menemukan Anna melangkah cepat ke arah mereka. Ketika sampai di depan mereka, Anna mendorong Diandra kesal ke samping. Wajah gadis itu memerah dengan bibir mengerucut.

Kini Anna berdiri di depan Adrian dan menatap Diandra yang berdiri di depannya. Adrian hanya diam memperhatikan kedua gadis tersebut. Bola basketnya sudah menggelinding ntah kemana, karena ia lebih tertarik menonton mereka.

"Idih bocah lo." kata Diandra

Kemudian gadis yang lebih tinggi dari Anna itu balik mendorong Anna membuat gadis itu oleng dan malah terjatuh ke pangkuan Adrian. Laki-laki itu tentu saja refleks menangkap pinggang Anna.

Anna bangkit berdiri dan hendak mendorong Diandra kembali, tapi pinggangnya ditarik Adrian dan ia kembali duduk di pangkuannya.

"Dasar bocah manja!" desis Diandra lalu meraih benda yang tadi dibawanya dan melangkah menuju ruang ganti.

"Dasar nenek lampir!" pekik Anna sambil berusaha lepas dari Adrian dan berniat menjambak rambutnya.

Anna mengerang kesal ketika melihat Diandra mengangkat jari tengahnya. Gadis itu mendengus pelan kemudian menatap Adrian yang juga menatapnya.

"Adrian kok ga jawab telpon Anna sih? Anna capek nyari Adrian kemana-mana, tau-tau lagi dideketin ulet keket." rengek Anna.

"Ngapain lagian ngobatin Deo dulu?" kata Adrian datar.

"Loh, siapa yang ngobatin? Masa aku lebih milih ngobatin dia daripada kamu?"

"Terus ngapain ke UKS?"

"Ambil ini." Anna mengeluarkan obat merah dan kapas dari saku roknya. "Kamu tadi mau aku ajak ke UKS biar langsung aku obatin malah kabur, udah gitu pas aku telponin ga diangkat, aku nyari-nyari kamu ke lantai dua, lantai tiga, tau-tau malah di sini sama ulet keket."

Masih di pangkuan Adrian, Anna membersihkan luka-luka Adrian kemudian ia berikan obat merah. "Aku kira kamu udah pulang, tapi mobilnya masih di parkiran." cerocos gadis itu lagi.

"Aku tadi kaget kamu tiba-tiba nonjok Kak Deo. Saking kagetnya yupi aku ampe jatoh." Anna memasang wajah sedih, tapi masih fokus mengobati Adrian. "Sayang banget, isinya masih ada dua, terus pas jatoh dua-duanya loncat keluar. Aku sedih harus buang-buang yupi kayak gitu."

"Emang bener kamu ga pernah nolak kalo Deo ngedeketin?" tanya Adrian tiba-tiba.

Anna menatap mata Adrian sekilas lalu mengangguk. "Karena Kak Deo kakak kelas. Aku gamau di cap adek kelas kurang ajar kalo ngacangin dia." Adrian mendengus pelan.

"Adrian jangan berantem lagi." kata Anna. "Pasti sakit kan ini?"

"Lebih sakit pas liat cewek aku dipojokin gitu sama cowok lain."

"Maaf." sesal Anna kemudian menunduk setelah selesai mengobati Adrian.

Adrian meraih dagu Anna membuat gadis itu kembali menatapnya. Ia mencium bibir Anna dengan pelan, tapi Anna menolaknya.

"Bibir kamu luka, emang ga sakit?" tanya Anna khawatir. Adrian menggeleng pelan setelah itu kembali menyatukan bibir mereka.

Anna akhirnya pasrah dan membiarkan Adrian mencium bibirnya. Ia melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dan semakin merapatkan tubuh mereka.

Tanpa sengaja kaki Anna menyenggol milik Adrian di bawah sana. Hal itu membuat Adrian mendesis kemudian melepaskan ciuman mereka. Ia menarik Anna dan melangkah terburu-buru menuju parkiran.

"Dri?" tanya Anna bingung ketika Adrian tiba-tiba menariknya.

Adrian melepaskan tasnya dan tas Anna kemudian melemparnya ke kursi belakang. Setelah itu ia masuk dan menarik Anna agar duduk dipangkuannya. Tidak lupa untuk menutup pintunya.

Beberapa menit kemudian, Adrian menyandarkan tubuhnya dan menatap Anna yang wajahnya memerah dan ngos-ngosan.

"Ah, itu aku basah." cicit Anna, setelah menyadari celana dalamnya basah. Anna melongok ke bawah dan melihat celana abu-abu Adrian ikutan basah. "Dri, itu aku ga enak, basah." rengek Anna.

Adrian hanya diam kemudian menyalakan mesin mobil, karena ia merasa sangat panas dan sesak.

"Drii." rengek Anna lagi ketika tidak mendapat jawaban dari Adrian.

"Apa, sayang?" balas Adrian pelan dan lembut.

"Itu aku basah." Anna menggerakan tubuh bawahnya dan Adrian langsung menahannya.

"Itu apa?" Adrian membuka matanya lalu menatap tepat di mata Anna.

"Itu ihhh." gadis itu merengek kembali dengan wajah yang sangat menggemaskan.

Adrian tertawa kemudian mencubit gemas pipi Anna. "Kamu mau disini apa pindah?" tanya Adrian.

Anna hanya diam dan akhirnya Adrian menarik Anna agar bersandar padanya. Ia mengendarai mobilnya dengan cepat agar segera sampai di rumah dan bisa membersihkan diri.

"Tadi itu enak, Dri," kata Anna pelan.

"Hmm nanti kalo udah masuk lebih enak." jawab Adrian santai.

"Masuk? Masuk apa? Masuk sekolah? Besok libur bukannya?"

"Bukan masuk sekolah, An." kata Adrian geli.

"Terus masuk apa?"

"Ada pokoknya."

Anna mendengus kesal dan Adrian menyadarinya. Laki-laki itu tertawa lalu mengecup sisi kepala Anna. "Kamu masih bayi, belom boleh tau."

"Ish."

Anna and AdrianOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz