10.

160K 8.4K 1.6K
                                    

Pagi-pagi Anna terkejut ketika mendapati adanya noda merah di sprei putihnya. Segala pemikiran buruk berkeliaran di otaknya. Ditambah dengan perutnya yang seperti melilit.

Air matanya berjatuhan membuat pipi berisinya basah. Anna segera turun dan berlari ke bawah untuk memberi tahunya pada Naomi.

"Mamii!" panggil Anna dengan suara bergetar.

David dan Adrian yang berada di meja makan terkejut melihat penampilan berantakan Anna. Naomi segera keluar dari dapur dan menghampiri putrinya.

"Kenapa, sayang?! Kamu sakit? Pusing?" tanya Naomi berturut-turut.

"Anna, di jawab, jangan diem aja." kata David tegas.

"Hiks, Mami, Anna berdarah, terus perut Anna sakit, Mami." adunya sambil meremas kaus yang berada di depan perutnya.

Adrian menelusuri tubuh depan Anna dan tidak menemukan adanya bercak darah. "Berdarah?" tanya Adrian.

Anna mengangguk kecil lalu memutar tubuhnya. "Ini, Mii, gimana ini, Mi? Anna takut ada apa-apa sama Anna." tangisannya semakin deras.

Begitu melihat bagian belakang tubuh Anna, Adrian langsung mengalihkan tatapannya. Astaga, itu darah datang bulan!

David pun sudah menahan tawanya agar tidak menyembur keluar. Anaknya ini masih polos sekali.

"Kok, p-pada diem?" tanya Anna.

Naomi mengajak Anna untuk pergi ke kamarnya dan di turuti oleh Anna. Wanita itu mengelus rambut anaknya dengan pelan. Ia menghembuskan napas antara lega tapi juga kesal karena hal yang menurutnya sepele ini. Namun, ia memaklumi karena Anna baru pertama kali merasakannya.

"Anna umurnya berapa sekarang?" tanya Naomi.

"Lima be-belas, Mi." katanya di sela sesegukan dan memperhatikan Naomi yang sedang mengambil sesuatu di dalam kamarnya.

"Anna, darah yang kamu liat itu darah menstruasi. Anna pernah belajar kan?" Anna mengangguk kecil.

"Tapi perut Anna sakit, Mi." adunya.

Naomi membalikkan tubuhnya setelah mendapat apa yang ia dapat. "Iya, sayang, emang kayak gitu. Setiap bulan setiap perempuan akan mengalami menstruasi. Sakit perut, sakit pinggang, pusing, itu udah biasa kalo kamu lagi datang bulan."

"Jadi Anna ga kenapa-napa, Mi?" tanya Anna.

Wanita itu tersenyum lalu mengangguk. Ia mengajak Anna ke dalam kamar mandi dan membantu Anna membersihkan dirinya.

"Kalo misalnya kamu bocor kayak gini, jangan panik. Itu juga hal biasa kalo lagi datang bulan."

Naomi memberitahu tentang apa yang harus Anna lakukan selama datang bulan dan beberapa hal lainnya terkait datang bulan.

Kini Anna sudah bisa bernapas lega. Awalnya ia kira, ia memiliki penyakit serius sampai membuatnya mengeluarkan darah seperti tadi.

"Anna mau sekolah?"

"Anna mau, tapi sakit perut, Mi." kata Anna.

"Yaudah ga usah. Titip surat aja ke Adrian ya?" Anna mengangguk.

Kemudian Naomi membantu mengganti sprei kasur Anna dengan yang baru. Setelah itu, ia keluar dari kamar Anna untuk membuatkan putrinya teh hangat.

Anna hanya diam sambil mengelus-elus perutnya. Ketika mendengar suara pintu terbuka, Anna menoleh dan mendapati Adrian dengan seragam lengkapnya.

"Kata Mami, kamu sakit perut?" tanya Adrian sambil meletakkan teh hangat di atas nakas.

"Iya." jawab Anna singkat. Tiba-tiba Anna merasa malu dengan kejadian di ruang makan tadi.

Anna and AdrianHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin