13.

137K 7.9K 867
                                    

just a reminder, gaya pacaran Annadrian ini 'berbeda', lebih ke orang barat. that's why i put 18+ in the blurb.

Setelah lulus sekolah menengah pertama dengan nilai yang memuaskan, Anna dan Adrian masuk ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tentu saja mereka satu sekolah. Tidak mungkin seorang Anna bisa berpisah lama-lama dengan Adrian.

Anna sempat merasa sedih ketika mengingat tidak bisa satu sekolah lagi bersama Kelvin. Adrian waktu itu menenangkannya dan mengatakan Kelvin pasti melihat kita dari sana dan Kelvin pasti ikut senang karena mereka masuk ke sekolah yang mereka inginkan, meskipun tanpa Kelvin.

Dan pagi ini, suasana rumah Anna begitu ramai karena teriakan gadis itu sendiri.

"Mamii! Adrian nakal! Name tag Anna diumpetin, Mi!" adu Anna ketika sampai di depan Naomi.

Naomi yang sedang menyiapkan sarapan itu menggelengkan kepalanya, sudah biasa mendengar segala macam aduan Anna tentang jahilnya Adrian.

"Apasih? Ngga." kata Adrian santai kemudian duduk di samping David yang memainkan iPad.

"Terus kemana name tag aku?!" Anna berbalik menatap Adrian yang sedang meminum susu buatan Naomi.

Laki-laki itu melirik sekilas. "Mana aku tau, kamu taronya dimana emang?"

Mereka berdua sudah siap untuk mengikuti MOS pada hari Senin ini. Namun, Adrian malah menyembunyikan name tag yang semalam Anna buat dengan susah payah, ketika gadis itu sedang mandi.

"Mamii, Adrian itu, Mi!" Anna menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Dasar anak Mami." ledek Adrian.

"Adrian, balikin. Nangis ntar." ucap David yang masih menatap iPad-nya.

Adrian tertawa pelan. "Iya-iya. Ada di atas kulkas tuh."

Anna menoleh cepat pada kulkas yang terlihat dari sini. Gadis itu mendengus kesal. Kulkas di rumahnya itu lumayan tinggi—menurut Anna—dan Adrian malah meletakkannya di atas sana? Jahat sekali.

"Ambil ga!!" kata Anna galak.

"Ambil sendiri, aku lagi nikmatin nasi gorengnya Mami."

"Drii!!" pekik Anna kesal.

"Minta yang baik."

"Gamau! Kan kamu yang duluan ih!"

Naomi melirik Adrian yang masih anteng, sedangkan wajah Anna sudah memerah antara kesal dan ingin menangis.

"Nangis tuh, Dri." kata Naomi yang dibalad hembusan napas dari David yang menatap Adrian tajam.

"Asik soalnya, Pi, gangguin Anna." kata Adrian lalu beranjak dari kursinya dan menghampiri Anna yang matanya sudah berkaca-kaca.

Adrian mengelus puncak kepala Anna sekilas kemudian mengambil name tag Anna dengan mudah. Ia memberikannya pada gadisnya yang masih cemberut.

"Bocah." ledek Adrian.

Anna menabok keras punggung Adrian yang malah membuat tangannya sakit. "Punggung apa tembok?" sinis Anna lalu berlalu begitu saja sambil mengibaskan tangannya.

Laki-laki yang terkena tabokan itu mengelus punggungnya sebentar. Setelah itu Adrian menyusul Anna dan kembali memakan sarapannya.

"Cari temen, Anna, jangan nempel sama Adrian terus." kata David.

"Anna gamau, Pi." balas Anna.

"Loh kenapa?"

"Anna gabisa nyari temen." katanya polos. "Lagian, Anna gamau nanti dapet temen, tapi temen Anna itu diem-diem suka sama Adrian."

Anna and AdrianWhere stories live. Discover now