45. You Are My Cassandra

16K 2.2K 529
                                    

Tuan Carlson menyambut kedatangan Cassy pulang ke rumah bersama Max. Dia tidak khawatir sedikitpun ketika melihat anaknya murung, malahan dia tersenyum kecil— mengira kalau gadis ini sedang marahan dengan Max.

Orang tua Cassy sudah mengetahui hubungan anak mereka, itulah sebabnya tidak ada yang curiga sedikitpun. Lagipula, keluarga Macallan selalu digambarkan sebagai keluarga baik-baik secara turun temurun, reputasi Maxim Macallan di sekolah pun juga baik.

Belum sempat sang ayah bicara, Cassy buru-buru pergi masuk ke dalam rumah, kemudian naik ke lantai atas, meninggalkan Max yang masih di ambang pintu depan.

“Oh, kalian ada masalah?” tanya Tuan Carlson sembari menatap Max.

Max menggeleng. “Dia lelah, Tuan Carlson.”

“Kegiatan kalian pasti banyak,” kata pria itu lalu mempersilakan masuk, “kau bilang ingin menginap karena ada urusan rapat acara sekolah Minggu depan?”

“Iya, semacam pekan olah raga tahunan.” Max masuk ke dalam rumah, sesekali pandangannya mengarah ke anak tangga, sangat ingin menyudahi obrolan basa-basi ini dan segera berbicara dengan Cassy.

Namun pandangannya teralihkan tatkala Penelope keluar dari dalam dan ikut menyambut Max. Wanita itu memang membungkuk sopan, tapi tatapan matanya tak bisa berbohong kalau tidak suka dengan keberadaannya.

Max tersenyum tipis saat menyadari kebencian itu. Dia yakin wanita ini sudah mengetahui tabiat buruknya— dan mungkin akan menjadi batu ganjalan untuk dia tetap bisa kemari.

“Hai, Penelope,” sapanya berpura-pura ramah.

Penelope mau tidak mau harus tetap bersikap sopan. “Selamat datang, Tuan Macallan.”

Tuan Carlson melihat jam tangannya sejenak, kemudian berkata, “Max, kau duduk saja dahulu di ruang tengah, nanti biar Penelope yang menyediakan kamar tamu untukmu.” Dia bergegas pergi ke dalam pula. “Aku masih harus mengurus berkas pekerjaan.”

Max mengangguk. “Selamat bekerja, Tuan Carlson.”

Penelope dan Max saling bertukar pandangan selama beberapa detik. Keduanya punya pemikiran sendiri— dan kelihatan sama-sama membenci.

Untuk menyudahi pandangan kebencian mereka, Penelope menuding ke dalam seraya berkata, “mari ke ruang tengah, Tuan Macallan.”

“Ya.” Max berjalan ke arah ruang tengah.

“Saya akan siapkan minum dahulu.” Penelope masih berdiam diri, tak mengikuti langkah Max. Setelah itu, dia berjalan masuk pula, namun bukan mengarah ke dapur, melainkan ruang kerja tuannya.

Dia yakin Cassy tertekan dengan keberadaan Max. Bagaimana pun, orang yang paling sering bersama gadis itu ketika di rumah adalah dirinya. Sudah sewajarnya dia mengetahui perubahan sikap Cassy yang tadinya sangat santun, lembut, ceria, dan suka bercanda, mendadak berubah menjadi penakut berlebihan. Anak gadis majikannya itu juga ketakutan ketika nama Max disebut— padahal hanya berupa nama sudah menakutinya, lantas apa itu wajar?

Dahulu Cassy selalu terbuka padanya, banyak bicara, meskipun dengan orang lain sangat pemalu. Kemudian sekarang semuanya berubah, gadis itu lebih sering berada di kamar— dan menjadi pemurung.

Obsessive Boyfriend [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang