06. The Incident

38K 4.1K 163
                                    

Olah raga, mata pelajaran pertama di kelas tahun pertama hari ini. River yang paling bersemangat di antara murid lainnya. Ini adalah hari ulang tahunnya, dan semua orang tampak menantikan pesta yang akan diselenggarakan selepas pulang sekolah. Pesta pertama bersama teman-teman baru.

Begitu sudah berada di lapangan indoor sekolah, seorang guru pria bertubuh gempal , Tuan Stewart, memerintahkan murid dari jadwal piket untuk mengambilkan sebuah bola volly khusus dari gudang olah raga. Hari itu adalah jadwalnya River.

River pergi dengan semangat.

Akan tetapi setelah lama menunggu, yang datang adalah Tuan Callister, wali kelas mereka. Pria itu terlihat membisikkan beberapa kalimat pada guru olah raga. Sebelum akhirnya berlari pergi keluar lagi dengan wajah panik.

Abby dan Cassy saling memandang penuh tanya.

"Maaf, Murid-murid, sepertinya untuk pengenalan materi olah raga kita akan tertunda hingga minggu depan, nanti akan aku berikan buku tugas untuk kalian," ucap Tuan Stewart juga ikutan panik, "teman kalian mengalami kecelakaan kecil di gudang olah raga, lengan kanannya patah."

Semua orang kaget.

Cassy tak menyangka sama sekali. "Bagaimana bisa?"

"Menurut Tuan Callister, lemari penyimpanan bola ambruk dan mengenainya, baut pengaman kemungkinan lepas," sahut Tuan Stewart tampak diliputi rasa bingung, "padahal ini aneh sekali, kami selalu memeriksa secara berkala, tak mungkin bisa ambruk sembarangan."

Abby mengerutkan dahi. Dia curiga ini pasti bukan ketidaksengajaan. "Pasti ada yang teledor, mungkin petugas jaga sengaja membongkarnya? Dan lupa memberitahu—"

"Tidak mungkin, Nona Brooks," sela Tuan Stewart cepat, "tidak ada yang masuk ke gudang olah raga sejak dua hari yang lalu, lagipula yang memegang kunci adalah pihak tata usaha, ada pemeriksaan rutin, jadi tak mungkin ada orang sembarang masuk." Dia kemudian berbalik badan, lalu pergi. "Kalian kembalilah ke kelas dan menunggu kelas selanjutnya, nanti ketua kelas—tolong melapor ke ruang guru."

Gudang olah raga?, Cassy menyadari sesuatu. Ia tak ingin berpikiran buruk, tapi memang hanya ada satu kemungkinan buruk. Pikiran ini terus menghantuinya hingga bel pulang berbunyi.

Pihak keluarga Harrison telah mengatakan bahwa pesta perayaan ulang tahun tak jadi dilaksanakan. Semuanya batal dan tidak mungkin dilakukan sementara River sedang menjalani operasi patah tulang.

Insiden ini disebut keteledoran pihak sekolah. Tidak ada yang menyangka kalau perabotan gudang sudah usang. Namun Cassy punya pikiran tersendiri.

Suasana koridor lantai bawah sudah sunyi, menyisakan melodi biola di dalam ruang klub musik.

Setelah menguatkan diri, Cassy membuka pintu ruang musik. Dia ingin memastikan sesuatu. Keraguannya takkan sirna sebelum tahu apa yang terjadi pada River.

Max sendirian, memainkan biola di samping grand piano. Situasi ini sangat persis ketika mereka pertama kali bertemu.

"Max?" sapa Cassy gelisah. "Aku mencarimu."

Max menghentikan permainannya, lalu menaruh biola tersebut di kursi panjang piano. Dengan langkah pelan, dia menghampiri Cassy. "Kau mencariku? Ah, senangnya, padahal kau selalu menjauhiku." Perkataan ini lebih terdengar seperti sindiran halus.

"Aku tidak menjauhimu."

"Ada apa, Cassy? Kau sudah menanyakan masalah kursus pribadi kita pada orangtuamu?"

Belum, sahut Cassy dalam hati. "Masalah itu, nanti saja dibahas, ada hal yang harus kupastikan dulu."

"Kau masuk klub ini, jangan khawatir, dan aku sudah menyiapkan jadwal rutin pembelajaran musik untukmu, khusus untukmu saja."

Obsessive Boyfriend [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang