09. Tell Me

29.8K 3.4K 205
                                    

Dengan diantar sopir pribadinya, Max mengunjungi kawasan rumah Cassy. Tak perlu menanyakannya karena dia sudah tahu. Cassandra Carlson adalah putri pejabat, mencari tahu tentangnya sangatlah mudah.

Di antara deretan rumah di kawasan elite ini, rumah besar bernomor 99B adalah tujuannya. Rumah milik keluarga Carlson.

"Larry, aku akan lama, pulang saja—aku akan pulang sendiri, katakan saja pada Leo kalau aku mati di jalan, dia pasti bisa tidur nyenyak malam ini," kata Max keluar dari mobil dengan membawa tas hitam biolanya.

Perkataannya membuat pria yang sudah dua tahun bekerja untuk keluarganya menjadi tidak nyaman. Orang itu memang sudah terbiasa sikap aneh tuannya, tapi hingga sekarang dia masih tidak mengetahui jalan pikirannya.

Max melongok ke dalam mobil, lalu meralat ucapannya, "aku hanya bercanda, kau tak perlu tegang begitu—katakan saja aku sibuk masalah sekolah kalau ada yang tanya."

"Baik, Tuan."

Mobil itu pergi melaju, meninggalkan Max sendirian di depan pagar rumah Carlson.

Senyum cerah menghiasi bibir Max. Dia senang bisa mendatangi rumah ini dengan cara "diundang".

***

Cassy dan Max berada di ruang tengah. Segala macam hidangan telah disiapkan oleh asisten rumah tangga Penelope. Wanita itu terlihat begitu senang karena menganggap nonanya kini sudah bisa beradaptasi dengan sekolah baru dengan baik.

Saat itu rumah sepi, seperti biasa—orangtua Cassy takkan pulang dalam waktu dekat. Keduanya lebih sering menghabiskan waktu di kantor ketimbang di rumah. Namun mereka sudah mendapatkan kabar bahwa "teman" Cassy datang ke rumah.

"Kau terlihat cantik dalam gaun kasual," puji Max seraya memandangi Cassy yang duduk di sofa panjang dengan pandangan tegang. Gadis itu memakai gaun warna hijau terang selutut. Kebanyakan baju sehari-harinya memang seperti itu. Jarang sekali dia memakai celana jeans ataupun semacamnya.

Cassy hanya bisa menjawab, "terima kasih."

Max mengeluarkan biola putih miliknya. "Kau tahu rasanya saat berhari-hari hanya menghabiskan waktu bersama Abby ketika aku ingin bersamamu? Rasanya sangat tersiksa."

"Apa Abby sudah pulang?"

"Tentu, dan dia bahagia sekali karena aku mengantarnya pulang tadi."

"Berhenti melakukan itu, kau hanya memainkan perasaannya'kan?"

"Intinya dia bahagia, aku suka melihat orang bahagia." Max tersenyum padanya. "Apalagi jika kau yang bahagia—jadi, ubah mimik wajahmu itu, jangan muram terus, memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?"

"Hentikan."

"Apanya?"

Tak ada jawaban dari Cassy.

Max menggosokkan rosin ke bow miliknya. "Aku sedang mengajarimu bermain biola ini, coba perhatikan—sebelum menggesekkan senar biola ini, kau harus menggosokkan rosin dahulu agar suaranya merdu seperti suaramu saat membohongiku tadi."

"Aku tak bermaksud—"

"Aku tahu, aku tak marah padamu, lagipula kau sudah membiarkanku masuk rumahmu, dan selama kau memperlakukanku dengan baik—aku akan memperlakukanmu dan teman-temanmu dengan baik."

"Max, berhentilah mengganggu Abby, kau sudah melukai River, tolong jangan seperti itu lagi. Aku takkan mengatakan apapun tentang kecelakaan itu pada siapapun, jadi tolong—jangan menekanku."

"Baik sekali kau ini."

"Kumohon."

"Tapi memangnya aku pelakunya?"

Obsessive Boyfriend [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang