Dylan 09 - Semoga lekas sembuh

92 14 0
                                    

Tanpa di minta kamu telah masuk kedalam teritoriku sampai kamu tidak bisa lagi keluar untuk selamanya.

^^^

Tolong kalau ada typo bertebaran tolong di correct ya teman-teman (:

Happy reading💖

^^^

Sudah satu minggu ini Raya di rawat di Rumah Sakit dan sudah satu minggu ini Raya tak kunjung bangun dari tidurnya. Sebagai seorang Kakak, Risma harus bolak-balik dari kantor ke Rumah sakit demi memastikan keadaan Raya.

Kayla dan Aksara dengan senang hati menemani Raya di sampingnya. Kayla menepis perasaannya untuk Aksara demi kebaikan dirinya dan Aksara, Kayla tidak ingin memaksakan perasaan orang lain untuk menyukai dirinya. Maka dari itu Kayla mencoba melepaskan Aksara demi kebahagiaannya.

"Gue mau keluar sebentar, ada urusan di luar. Lo mau nitip apa?" ucap Aksara.

"Ngga usah, biar nanti gue beli sendiri aja." tolak Kayla halus.

Aksara mengangguk kecil lalu keluar dari kamar, tempat Raya di rawat. Untuk saat ini keadaan mulai membaik, jadi Raya di pindahkan ke kamar pasien.

Tak lama setelah kepergian Aksara, datanglah Dylan dengan kaus putih oblong yang di lapisi jaket kulit hitam, celana jins hitam sobek bagian lutut dan sepatu vans. Dylan datang tanpa tangan kosong, ia datang membawa sebuket bunga tulip.

Kehadiran Dylan mengejutkan Kayla, sontak Kayla berdiri menyambut kedatangan Dylan dengan senang hati.

"Datang lagi?" iseng Kayla.

Sejak kejadian Raya pingsan di rooftop, Dylan rajin menjenguk Raya walaupun kehadirannya bukan yang pertama tapi Dylan sangat perduli dengan keadaan Raya.

Dylan meletakan bunga tersebut di atas nakas dekat ranjang Raya tanpa menjawab pertanyaan Kayla.

Dylan menatap Raya yang tengah terpejam dengan tatapan datar.

"Gimana?"

Kayla ikut memperhatikan Raya yang terbaring di atas ranjang bankar. "Sejauh ini Raya udah lebih baik dari sebelumnya, tapi dia masih belum sadar." ungkap Kayla kembali murung.

"Bisa tinggalin gue sama Raya?" pinta Dylan.

Kayla mengangguk kemudian ia melangkah keluar kamar, memberi ruang untuk Dylan dan Raya.

Dylan duduk di kursi bekas Kayla duduk. Tangannya menggapai tangan Raya yang dingin dan di genggamnya erat. Beberapa menit keadaan hening, Dylan terpaku dengan wajah Raya yang terpejam. Jujur saja Dylan mendapat keberanian dari mana mulai perduli dengan gadis berparas cantik itu.

"Ini gue." ucap Dylan lirih di samping telinga Raya, berharap jika Raya akan membuka mata dan menatap matanya dengan senyuman manisnya itu.

Tatapan Dylan berubah putus asa, dia melepaskan tautan tangannya, lalu beralih mengusap rambut Raya.

Dalam kesempatan ini tidak ada yang berharap banyak dari Raya, Dylan hanya mau gadisnya itu membuka mata, menyapanya dengan teriakan cempreng di pagi hari dan selalu mengganggunya, itu lebih baik daripada harus diam seperti manusia tak bernyawa membuat Dylan merasa hampa dalam hidupnya.

Dylan kini beralih pada bunga tulip yang ia letakan di atas nakas, kemudian mengambilnya. Raya ini memiliki kemiripan dengan almarhumah neneknya yang sangat menyukai bunga lavender dan bunga tulip. Yah, memang warna bunga tersebut begitu cantik dan indah.

 [✔] DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang